tirto.id - Orang tuanya mulai memasuki usia senja, Syamsuddin Nur Majid tergerak meneruskan pekerjaan sebagai petani. Pemuda berusia 28 tahun ini ingin menunjukkan bahwa sektor pertanian bisa memberi hasil menjanjikan.
Majid, sapaannya, memiliki lahan garapan sekitar 2.000 meter persegi di Desa Perdopo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Di lahan terbatas itu, ia berupaya mengolah untuk hal produktif bercocok tanam.
Dulu lahannya ditanami ketela yang merupakan komoditas unggulan di Pati. Namun, Majid merasa hasilnya kurang memuaskan karena dalam setahun hanya sekali masa panen, apalagi harganya terus anjlok.
Dengan pertimbangan matang, Majid menyulap lahannya menjadi ladang jagung. Dalam setahun, bisa tiga kali masa panen. “Tiap panen dapat 6 kuintal. Setahun bisa 18 kuintal,” ujar Majid saat diwawancarai Minggu (20/7/2025).
Untuk memaksimalkan penggunaan lahan, Majid bertani hortikultura dengan sistem tumpang sari atau menanami dua atau lebih jenis tanamam pada satu bidang tanah. Ia menanam jagung sekaligus menanam cabai di sela-selanya.
Pada awal 2025, Majid menyemai 700 bibit cabai rawit merah. Meski tanaman cabai membutuhkan perawatan lebih, tetapi hasilnya sebanding.
Tiga bulan pasca-tanam, cabai bisa mulai dipanen. Secara teoritis, tanaman cabai mampu bertahan sampai 10 bulan. Terhitung hingga bulan ketujuh, cabainya masih produktif, rutin dipanen sepekan sekali.
“Untuk masa tanam ini, sudah 20 kali petik. Kalau ditotal, dapat (cabai) 1,5 kuintal lebih," ujar Majid.
Untuk cabai rawit yang dipetik dalam keadaan masih hijau, ia jual seharga Rp15.000 per kilogram. Sementara untuk yang bacai rawit merah matangnya ia jual Rp38.000 per kilogram.
Majid menuturkan, pemasahan tani cabainya mudah dilakukan. “Ada yang saya setor ke tengkulak, ada juga yang saya jual langsung ke warung sembako dan warung makan di desa,” kata dia.
Bertani karena Pilihan
Bertani karena nasib berbeda dengan menjadi petani karena pilihan. Majid ingin menepis stereotipe yang menyebut petani kurang menarik dan identik dengan kemiskinan.
Majid sebenarnya merangkap guru honorer di MTs Tarbiyatul Aulad (setara SMP). Namun, ia menganggap aktivitas mengajar sebagai pengabdian, sementara pekerjaan utamanya saat ini adalah bertani.
Mantan aktivis dan lulusan program studi pendidikan biologi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang itu minat bertani usai lelah mengadu nasib di Ibu Kota Jawa Tengah.
Anak terakhir dari tiga bersaudara ini merasa perlu mengambil alih pekerjaan orang tuanya sebagai petani. Ia tak ingin pertanian yang menjadi penumpu pangan nasional, dipegang orang-orang berusia lanjut.
“Teman diskusi dan belajar bertani di desa saya rata-rata sudah umur 35-an tahun ke atas, yang lebih muda enggak ada," ujarnya.
Dari seratusan pemuda sepantaran di desanya, bisa dibilang hanya Majid yang mau fokus bertani. Umumnya, selepas tamat SMA sederajat, mereka memilih merantau di luar Jawa atau bahkan mejadi tenaga kerja di Jepang dan Taiwan.
Majid tidak menyalahkan pilihan teman sebayanya, karena tiap orang memiliki hak masing-masing. Hanya saja, menurutnya, petani perlu beregenerasi, jangan sampai kelak tak ada yang minat bergelut di bidang pertanian.
“Saya melihat petani-petani saat ini umurnya sudah tidak produktif. Menurut saya, pemerintah perlu menaikkan gairah petani muda," ucap Majid.

Di tempat berbeda, ada Cahyo Tri yang juga memilih jalan hidup sebagai petani muda. Warga Desa Mlawat, Kabupaten Rembang ini lahir dari keluarga petani, sejak dulu kebutuhan keluarganya tercukupi dari hasil tani.
Cahyo memiliki lahan garapan sekitar 2,5 hektare, terdiri dari lahan pertanian tebu dan lahan yang dimanfaatkan secara bergantian untuk menanam padi di musim hujan dan tembakau di musim kemarau.
“Satu musim panen, padi mendapat sekitar 2 ton. Kalau tebu sampai 100 ton,” kata dia, Minggu (20/7/2025).
Harga gabah kering saat ini Rp6.500 per kilogram berdasarkan acuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Secara matematis, Cahyo bisa mendapat Rp13 juta dari penjualan 2 ton gabah tiap musim panen.
Sementara harga tebu cenderung fluktuatif, di Rembang berkisar Rp600 per kilogram. Hitungan kasar, hasil penjualan 100 ton tebu bisa tembus Rp60 juta.
Dorong Regenerasi Petani
Sektor pertanian kini tidak hanya identik dengan pekerjaan petani tradisional, namun sudah berkembang menjadi sektor yang menyediakan beragam peluang karier dan lapangan kerja baru.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja paling banyak di provinsi yang dipimpin Gubernur Ahmad Luthfi dan Wagub Taj Yasin, yaitu pertanian.
Mengacu pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2025, BPS menyatakan, serapan tenaga kerja sektor pertanian, perikanan, dan perhutanan mencapai 26,69 persen, unggul jauh di banding sektor lain.
Namun, jika dibandingkan dengan data Februari 2024, maka tahun ini serapan tenaga kerja sektor pertanian mengalami penurunan terbesar, sebesar 0,19 persen.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin, terus mendorong agar para anak muda mau berkarya di bidang pertanian, agar terjadi regenarasi petani. Hal ini untuk menjaga ketahanan pangan di wilayahnya.
Menurut pejabat yang akrab disapa Gus Yasin, pentingnya akses generasi muda terhadap pertanian. Ia berharap masyarakat tak lagi menganggap bertani sebagai profesi kelas dua.
“Sektor pertanian ini bukan pelengkap, tapi fondasi. Kita harus tempatkan petani di hati masyarakat,” ucapnya Jumat (18/7/2025).
Gus Yasin menegaskan, pertanian menjadi sektor penting untuk menjaga ketahanan pangan. Bahkan, Presiden Prabowo Subianto sejak awal mengingatkan pentingnya membangun kemandirian pangan sebagai langkah antisipatif terhadap situasi global yang tak menentu.
“Kita patut bersyukur diberi Tuhan tanah yang subur. Di tengah ekonomi dunia yang menghimpit, orang akan kembali ke makanan, ke pertanian. Presiden kita pun feeling-nya kuat, bahkan sebelum krisis terjadi, sudah bicara soal ketahanan pangan,” kata Gus Yasin.
Ia juga mengapresiasi peran generasi muda yang kini ikut menyokong sektor pertanian. Apalagi, banyak inovasi pertanian yang justru ditemukan oleh para inovator muda.
Gus Yasin mendorong keberlanjutan lahan pertanian. Ia mengimbau agar pembangunan perumahan tidak menggerus lahan produktif, dan menyarankan alternatif seperti pembangunan rumah bertingkat agar ruang pertanian tetap tersedia.
Ekspo Pertanian
Sebagai langkah konkret itu, Gus Yasin pada Jumat (18/7/2025), meresmikan gelaran Pekan Agro Digital dan Inovasi (PADI) Pertanian Jateng 2025 di Agro Center Soropadan, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung.
Kegiatan yang mengusung tema "Menumbuhkan Inovasi dan Teknologi Pertanian Menuju Jateng sebagai Penumpu Pangan Nasional" ini menjadi expo pertanian terbesar di Jawa Tengah yang digagas oleh petani milenial.
Event ini juga sebagai ajang temu inovasi lintas sektor pertanian.
Gus Yasin berharap PADI 2025 menjadi pemantik semangat bersama untuk menempatkan sektor pertanian sejajar dengan sektor lain dalam kontribusi pembangunan. “Kita beri jaminan sektor pertanian tidak kalah dengan sektor lain,” kata dia.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, De Fransisco Dasilva Tafares, mengatakan, PADI 2025 tidak hanya menampilkan promosi dan pameran teknologi, tetapi juga dirancang sebagai wadah edukasi dan regenerasi petani muda.
“Acara ini mempertemukan pemangku kepentingan dari kalangan pemerintah, akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat umum, untuk memperkenalkan teknologi terkini sekaligus menumbuhkan semangat generasi muda terhadap sektor pertanian sebagai pilar ketahanan pangan,” katanya.
Acara yang dilaksanakan mulai 18 hingga 23 Juli 2025 ini diramaikam 186 gerai, yang terdiri dari unsur sponsorship, perusahaan mitra, organisasi perangkat daerah (OPD) provinsi dan kabupaten/kota.
Selain itu, pelaku UMKM mitra tani, kuliner, hingga stan-stan inovasi dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Tercatat pula 25 inovator muda dari berbagai daerah berkompetisi dalam lomba inovasi teknologi dan produk pertanian.
Rangkaian acara PADI 2025 diawali dengan penyerahan simbolis Kartu Zilenial dan bantuan usaha KUR kepada tujuh penerima, dilanjutkan dengan pembukaan resmi yang ditandai dengan pemukulan kentongan raksasa oleh Wakil Gubernur Taj Yasin.
PADI 2025 juga menyuguhkan berbagai agenda menarik seperti kompetisi inovasi pertanian, workshop digitalisasi, festival kopi dan tembakau, kontes domba, lomba mancing, parade budaya dan kuliner, hingga “Agro Bersholawat” sebagai penutup.
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz
Masuk tirto.id


































