Menuju konten utama

Raja Airlangga Turun Takhta & Terbelahnya Kerajaan Kahuripan

Raja Airlangga mengakhiri era kejayaan Kerajaan Kahuripan dengan membelah wilayah kekuasannya menjadi dua.

Raja Airlangga Turun Takhta & Terbelahnya Kerajaan Kahuripan
Petugas Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim melakukan ekskavasi di situs Bhre Kahuripan atau petilasan Tribhuwana Tunggadewi Desa Klinterejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Rabu (07/10/2020). ANTARA FOTO/Syaiful Arif/aww.

tirto.id - Raja Airlangga adalah pendiri Kerajaan Kahuripan. Penerus Kerajaan Mataram Kuno itu akhirnya terbelah setelah Airlangga turun takhta dari tampuk kekuasaan.

Airlangga awalnya menyiapkan Sanggramawijaya Tunggadewi sebagai penerus tahta kerajaan. Akan tetapi, sang putri justru menjadi pertapa.

Raja Airlangga lantas membelah Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian. Hal ini dilakukan demi menghindari perselisihan dua putra agar tidak saling berebut kekuasaan.

Sri Samarawijaya berkuasa di sebelah barat hingga membikin Kerajaan Kadiri. Pusatnya ada di Daha. Mapanji Garasakan berhak atas wiayah timur dan menjadi Kerajaan Jenggala dengan pusat di Kahuripan.

Bagaimana kisah Raja Airlangga yang akhirnya turun tahta dan perjalanan Kerajaan Kahuripan yang terbelah? Berikut adalah ulasannya.

Sejarah Berdirinya Kerajaan Kahuripan & Airlangga Mulai Berkuasa

Berdirinya Kerajaan Kahuripan tidak bisa dilepaskan dari sejarah Kerajaan Mataram Kuno alias Medang. Pada era Mpu Sindok atau Rakai Hino Sri Isana (929-947 M), ia memutuskan untuk memindahkan Kerajaan Mataram Kuno ke Jawa Timur.

Kerajaan yang berpusat di Watan itu lalu memperoleh masa kejayaan semasa dipimpin Dharmawangsa Teguh (985-1007 M). Ia sekaligus menjadi raja terakhir.

Dharmawangsa Teguh meninggal dunia dalam serangan yang dilakukan Raja Wurawari dari Lwaram. Kendati demikian, salah satu keponakan yang bernama Airlangga berhasil meloloskan diri dalam peristiwa tersebut.

Airlangga termasuk putra saudara perempuan Dharmawangsa Teguh, yakni Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni yang menikah dengan Raja Bali, Udayana.

Selama menjalani masa pelarian, Airlangga bertemu pendeta dan rakyat Medang (1009 M). Mereka meminta agar ia melanjutkan kekuasaan Dharmawangsa Teguh.

Airlangga menerima dan mendapatkan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.

Kisah berlanjut dengan Airlangga membikin ibu kota kerajaan di Watan Mas. Lokasinya dekat Gunung Penanggungan. Kekuasaannya mencakup Sidoarjo, Pasuruan, dan sebagian Mojokerto.

Seiring melemahnya kekuasaan Sriwijaya, Raja Airlangga lalu mendirikan ibu kota baru di Kahuripan atau sekarang menjadi wilayah Sidoarjo (1037 M). Kerajaan Kahuripan mulai jaya bersama Airlangga.

Kahuripan menggunakan Garuda sebagai lambang kerajaan. Namanya Garudamukha. Airlangga dianggap titisan Wisnu. Garuda adalah burung suci tunggangan salah satu dewa utama dalam kepercayaan Hindu.

Lambang Garuda kelak juga digunakan Kerajaan Panjalu (Kediri) dan Kerajaan Jenggala, yang akhirnya membelah Kerajaan Kahuripan menjadi dua.

Airlangga Turun Tahta & Akhir Kerajaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan berakhir setelah Raja Airlangga memilih untuk menjadi pertapa. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1042 M. Sebelumnya, ibu kota dipindahkan ke Daha (Kediri).

Agar tidak terjadi perebutan kekuasaan, Airlangga membelah Kerajaan Kahuripan menjadi dua bagian. Masing-masing diberikan untuk kedua putranya.

Salah satu putra, Sri Samarawijaya, kebagian wilayah barat dan menjadi Kerajaan Kadiri. Putra lain, Mapanji Garasakan, berkuasa di timur dan mengubahnya menjadi Kerajaan Janggala.

Lantas, Airlangga yang sudah turun tahta akhirnya meninggal dunia dalam kondisi sebagai seorang pendeta alias resi.

Beberapa peninggalan era Kerajaan Kahuripan yang masih bisa ditemui hingga kini di antaranya adalah Candi Belahan dan Candi Semar Jalatunda di lereng Gunung Penanggungan.

Kemudian Prasasti Cane, Prasasti Kamalgnyan, dan Prasasti Terep. Belum lagi sebuah petilasan di Sendang Made, Kudu, Kabupaten Jombang.

Baca juga artikel terkait KERAJAAN atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Edusains
Penulis: Beni Jo
Editor: Iswara N Raditya