Menuju konten utama

Purbaya Soroti Dampak Penerbitan SRBI ke Likuiditas Perbankan

Berdasar catatan BI, per Agustus 2025 total outstanding SRBI yang dimiliki oleh investor asing, perbankan dan non-bank senilai Rp711,72 triliun.

Purbaya Soroti Dampak Penerbitan SRBI ke Likuiditas Perbankan
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa bersiap mengikuti pelantikan menteri dan wakil menteri Kabinet Merah Putih di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (8/9/2025). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.

tirto.id - Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) membuat uang yang berada di sistem perekonomian berkurang. Sebab, surat utang yang dirilis bank sentral itu membuat perbankan memilih untuk membeli instrumen investasi itu alih-alih menyalurkan dananya dalam bentuk kredit. Akibatnya, likuiditas di perbankan pun mengetat.

“Jadi, mereka mengeluarkan surat utang, SRBI kepada bank, banknya naruh di SRBI, banyak itu. Akibatnya apa? Yang di perbankan juga hilang kan uangnya? Masuk ke sana semua. Jadi, uang berada di sistem perekonomian berkurang,” ujarnya, dalam acara Acara Great Lecture: Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan yang Inklusif Menuju 8 Persen, di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (11/9/2025).

Berdasar catatan Bank Indonesia (BI), per Agustus 2025 total outstanding SRBI yang dimiliki oleh investor asing, perbankan dan non-bank senilai Rp711,72 triliun, dengan masing-masing kepemilikan senilai Rp122,52 triliun, 563,5 triliun dan 25,7 triliun.

Kendati sudah terus mengalami penurunan, namun pada Oktober lalu, jumlah kepemilikan investor di SRBI sempat mencapai rekor tertinggi, dengan outstanding sebesar Rp262,17 triliun oleh investor asing, Rp83,62 triliun oleh investor domestik non-bank dan Rp586,3 triliun oleh perbankan. Sehingga, total kepemilikan investor pada periode tersebut mencapai Rp932,09 triliun.

Di saat uang di sistem perekonomian berkurang, pemerintah justru kian mempertebal dana yang disimpan di Bank Sentral. Purbaya menyebut, uang pemerintah di perbankan, pada Juni lalu sampai Rp800 triliun, dengan Rp488 triliun di BI dan Rp394 di bank nasional.

“Sekarang di Bank Sentral ada Rp538 triliun, tapi terakhir Rp428 triliun, Rp425 triliun lah,” ungkapnya.

Padahal, penempatan uang di bank dinilai tidak akan menjadi pendorong yang efektif untuk memulihkan ekonomi. Sebab, salah satu yang penyebab kenapa uang itu kering dari sistem, seringkali berhubungan dengan kemampuan pemerintah dalam membelanjakan anggaran.

“Pemerintah kan ngeluarin utang, tarik pajak, uangnya turun dimana? Taruh di BI. Mereka pikir, oh aman, uangnya aman di sana. Bagus. Tapi yang mereka lupa, ini kan ada sistem. Tarik ke sini, di sana kering,” kata Purbaya.

Sebaliknya, dengan menempatkan uang terlalu banyak di Bank Indonesia, pemerintah seakan melakukan pemborosan.

“Jadi dampak pertumbuhan tadi, terlihat sekali dampak uang tadi. Saya bilang tadi, ekonomi jaman SBY seperti ini, zaman Jokowi seperti itu. Karena supply uang di sistemnya berbeda rezimnya. Dosanya, bukan pemerintah aja, bank sentral juga ikut. Ini adalah total open market operasi bank sentral,” tukas Purbaya.

Baca juga artikel terkait MENTERI KEUANGAN PURBAYA YUDHI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra