tirto.id - Kumpulan puisi tentang Ibu Kartini berikut ini bisa digunakan untuk merayakan Hari Kartini 2024. Misalnya, saat mengikuti lomba membaca puisi Ibu Kita Kartini di sekolah.
Adapun Hari Kartini tahun ini jatuh pada hari Minggu Tanggal 21 April 2024. Hari Kartini diperingati untuk mengenang jasa salah satu pahlawan nasional wanita, Raden Ajeng (R.A.) Kartini.
R.A Kartini semasa hidupnya telah berjuang supaya derajat para wanita Indonesia bisa terangkat. Lahir pada 21 April 1897, Kartini tanpa mengenal kata lelah berusaha untuk memperjuangkan emansipasi wanita melalui buah pikiran dan tulisannya.
Hal ini supaya kaum wanita tak dipandang sebelah mata. Di samping itu, dia turut memprakarsai pendidikan bagi kaum wanita dan mendirikan sekolah.
R.A Kartini meninggal dunia pada tanggal 17 September 1904. Usahanya tersebut telah membuat banyak wanita Indonesia menjadi terinspirasi. Oleh karena itu, tanggal 21 April ditetapkan sebagai Hari Kartini.
11 Puisi Ibu Kita Kartini untuk Peringati Hari Kartini 2024
Untuk merayakan Hari Kartini biasanya dengan mengadakan berbagai kegiatan bermanfaat. Seperti lomba fashion show mengenakan kebaya, pidato dengan tema perempuan, dan membaca puisi Ibu Kartini singkat, misalnya, puisi Habis Gelap Terbitlah Terang.
Berikut ini kumpulan puisi Raden Ajeng Kartini singkat, tetapi sarat akan makna, sebagaimana dikutip dari buku Puisi untuk ibu Kartini: Puisi Pilihan Event 2nd Anniversary Paper dan Ink (2018) karya Clarisa, dkk.
1. Kartini Pengejar Mimpi
Oleh: Afif Maulana
Kartini kartini pengejar mimpi
Menyusuri bukit penuh duri
Memikul mimpi yang terangkai suci
Semangatnya membelah langit dan bumi
Menggoreskan pena di dalam hati
Kartini-kartini pengejar mimpi
Terbangkan nama ibu pertiwi
Melangkah kaki di atas lautan api
Tak gentar walau musuh menghalangi
Melangkah kaki dalam kesunyian diri
Kartini yang senantiasa mengejar mimpi
Takkan lupa akan janji suci nan abadi
Senantiasa menari sepanjang khatulistiwa
Senantiasa mengukir seluas samudera
Senantiasa bersimpuh dalam doa
Kartini-kartini pengejar mimpi
Ciptakan sejarah sepanjang masa
Tiupkan seruling syahdu irama
Sinarkan lentera terangi cakrawala
Berjuang dalam sepenuh nyawa
Kartini-kartini pengejar mimpi
Engkaulah wajah-wajah ibu pertiwi
2. Inspirasi Ibu Pertiwi
Oleh: Aila Azhura Aslamia
Dikala sunyi....
Aku sendiri hanya sepi yang menghampiri
Engkau datang menginspirasi
Oo.. Ibu pertiwi...
Dengarlah puisiku ini
Engkau laksana sebatang pohon
Yang tumbuh di tanah kelahiranku,
Kekuatan akarmu
Mampu menahan ketegaran batang pohonmu
Dari terjangan angin sekaras apapun
Oh... Ibu pertiwi...
Sosokmu... Menginspirasi
Para pemuda pemudi
Sedikitpun kau tak akan lari
Meskipun maut menghampiri
Oh... Ibu pertiwi...
Namamu selalu dihati
Abadi tak kan terganti...
Ibu... Kartini... Ibu pertiwi
3. Ksatria Wanita Indonesia
Oleh: Aisyah Nabilla
Ketika mereka menganggap wanita rendah
Disitulah kau memendam amarah
Ketika mereka berargumen wanita tak pantas sekolah
Kau datang berusaha mematahkannya
Kau datang menyelamatkan negeri ini
Dari tangisan wanita yang merindukan edukasi
Cita-citamu murni untuk negeri
Berjuang mengedepankan emansipasi
Kartini bagi perempuan laksana pahlawan
Kartini bagi perempuan laksana bintang
Kartini bagi perempuan laksana perwira
Kartini bagi perempuan laksana ksatria
Tak ada yang lebih berani darinya
Sang wanita perwira pahlawan
Negara Sang wanita yang pantang mundur sebelum setara
Memperjuangkan hak-nya dengan jiwa dan raga
4. Demi Aku, Kartinimu, dan Bianglala
Oleh: Ali Mufti
Nak, lawanlah tidurmu
Redup nyala lilin itu rayuan waktu, agar lelapmu kian bersemayam
Mimpi-mimpi itu pun kebohongan, darinya (waktu), si jahat yang mengincarmu
“Tak ada bedanya dengan apa yang ada di luar sana,
begitu kejam,
biarkan saja, Bu!
Kupeluk waktu, dipapah Ibu.”
Jangan, Nak!
Ingatlah betapa ibu paksakan senyum dahulu,
dalam payah menyajikan riangmu
Karena aku Kartinimu
Lekaslah melompat,
langkahi sanubari yang merundung
Sambutlah doa-doaku yang dijawab-Nya
Lekaslah, Nak!
Demi aku, Kartinimu
5. Mengenang Kartiniku
Oleh: Alifia Intan Karima
Terngaung akan sebuah figur elok
Meraut nama dalam lintas sejarah
Tertutur indah santun dalam suatu pokok
Terajut keselarasan, membantang duka lara
Membungkam keselarasan sang ibunda
Menyakralkan kehangatan bunga negara
Terangi gelapnya isi bumi
Tentramkan hati, kaum insani
Bagai pendongkrak dunia
Runtuhkan ancaman kaum jahiliyah
Tegak kan kewajiban
Tuk hapus kemunafikan
Terlintas bayangan sosok kartini
Menguras problematika negeri nan pilu
Robohkan fitur anarki
Goreskan sejarah bak harum mewangi di bumi pertiwi
Ibu kartini..
6. Jangan Mengaku Kartini
Oleh: Dean Perdana
Mereka berkata “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang berani berkata seperti itu
Jangan mengaku kalian ibu kita Kartini
yang bersaksi kepada Nusantara yang tak berdosa itu
Mereka berlantang “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang sengaja menjadi ibu kita Kartini
Jangan sekali-kali menjadi ibu kita Kartini
Filosofi Nusantara saja tak mengerti
Mereka berikrar “Ibu kita Kartini.”
Siapa kalian, yang sengaja berkata seenaknya
Masih saja membuang sampah di sungai
Tidak pantaslah mengaku ibu kita Kartini
Masih saja tidak cinta tanah air sendiri
Tidak pantaslah berikrar ibu kita Kartini
7. Dia Itu Superhero!
Oleh: May Pochan
Kesiur angin mengabarkan
Wanita luar biasa dengan segala perjuangan
Banyak hal yang dikorbankan
Waktu,
Tenaga,
Fikiran,
Hingga perasaan.
Cicitan burung menyampaikan
Wanita Jepara dengan seluruh keuletan
Memperjuangkan kemerdekaan
Kebebasan,
Kemajuan,
Kesetaraan.
Semilir angin membisikan
Wanita cantik pemilik kesabaran
Perjuangannya lekat dalam ingatan.
Meninggalkan beribu kenangan.
8. Wanita Istimewa
Oleh: Nufriyanti
Teruntuk Wanita teristimewa
semoga dalam lindungan sang Maha Kuasa.
Kita adalah hambaNya
yang terlahir sederajat dan dengan tujuan yang sama,
hanya takdirlah yang membedakan kita
Mungkin rasa minder sempat tersemat dihatimu sahabatku,
Bahkan orang hanya memandangmu sebelah mata
dan mengatakan hal buruk kepadamu
Engkau tak peduli dengan caci maki mereka
kau tidak membalas benci kepada mereka
hanya senyuman yang mampu engkau aturkan,
kau jadikan itu hanyalah sebuah penguat semangat.
Kau tutup cacian mereka dengan sebuah prestasi yang membanggakan.
Engkau memiliki cara terunik di Setiap langkah yang engkau kerjakan,
karena beda adalah istimewa.
Hatimu tabah terpancar nyata
laksana bulan yang tetap bersinar diantara bintang-bintang.
9. Antara Kartini dan Kita
Oleh: Ananda Cahyo Wibowo
Sajak ini adalah antara Kartini dan Kita
Antara Hawa dan merajut bangsa
Antara ambisi, impian dan cita
Aku membuka mata
Pada pena yang mengukir lembar
Bersiratkan hukum waris yang akan kami emban:
Mengabdi, dengan sabar berbakti pada negeri
Bernyanyi inspirasi, dengan tekun memberi dan berbagi
Ketulusan hati, bagaimana ikhlas dalam menerima segala kehendak Ilahi; dan
Bermimpi. Ya, Mimpi
Akan menggapai angan yang kami gantung bersama cita dan harapan
Menebar kasih antara sukma dan raga, dalam
Merajut sutra pada zamrud khatulistiwa
Bait ini adalah antara Kartini dan Kita
Kita, Insan yang tak letih merayu Tuhan Karena Kami tahu,
“Teruslah berharap dan berangan, Selagi Engkau masih dapat bermimpi”
10. R.A. Kartini
Oleh: Ananda Putra Brahmana
R.A Kartini...
21 April 1879
Tanggal kelahirannya
Puteri Indonesia
Ia....
Pahlawan indonesia
Pahlawan wanita
Ia menciptakan buku
Habis gelap terbitlah terang
Judul buku itu
Banyak yang menjadikan motivasi
Terutama untuk orang
Yang gagal
Sekarang.....
Ia sudah tenang
Di rumah bapa
Terima kasih kartini
11. Lentera Wanita
Oleh: Andi Lola Amelia
Ku terpesona melihat ketangguhannya
Citra dan kharismanya
Seakan menggoncang manipulasi yang ada
Hingga relung tuk kembali lagi mengacau dalam asa
Seantero berdecak kagum padanya
Sesosok wanita yang berhati ikhlas dan terala
Bagai lentera yang terus menyala
Di kalangan wanita yang sedang tersiksa
Sesosok wanita yang rela teranas dalam nestapa
Merangkak dengan kerja keras yang luar biasa
Mengabdi pada negara dan melanggar aturan keluarga
Demi emansipasi wanita yang begitu berharga
Terkungkung dalam kebodohan yang nyata
Membuatnya bangkit dari ilusi yang mengaduk-aduk jiwa
Dengan semangat menggebu dalam dada
Melawan amukan sang raja
Pengorbanan yang begitu menguras tenaga
Tak membuat cita-citanya yang mulia
Terbang dan terhempas seketika
Tak ada kata menyerah dalam prinsipnya
Maju, maju dan terus maju
Membebaskan kaum wanita dari kesengsaraan yang membara
Dan tak ada lagi cita-cita yang menjadi angan-angan saja
Hingga rona kebahagian itu tampak pada mereka
Wahai engkau sosok wanita yang mulia
Terima kasih atas segala pengorbananmu yang begitu bermakna
Engkau bagaikan lentera
Yang menerangi cita-cita kaum wanita dari gelap gulita
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Ibnu Azis