tirto.id - Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri, menduga anggota Brimob pengemudi rantis mengalami tekanan psikologis ketika melindas pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan, hingga tewas.
Kejadian rantis Brimob melindas Affan itu berlangsung saat demo terkait tunjangan Anggota DPR di Jakarta, Kamis (28/8/2025) lalu.
"Sebagai pelanggan setia ojek online, jelas ini peristiwa yang sangat menyedihkan. Begitu pula, membayangkan suasana batin pengemudi rantis saat ini pilu hati saya," kata Reza dalam keterangan tertulis, Jumat (29/8/2025).
Reza menuturkan, berdasarkan riset, Polisi juga bisa memiliki kecemasan tinggi, terlebih dalam situasi kerumunan yang kacau ketegangan sangat mungkin meninggi.
"Rantis bergerak dengan kecepatan yang masih bisa pengemudi kendalikan. Tapi tabrakan tak terhindarkan," ujarnya.
Dia menilai, pengemudi tidak bisa berfokus lurus ke depan dengan kondisi jalan yang sangat ramai. Ia mengatakan, pergerakan masa dalam jumlah besar secara acak menyebar membuat pengemudi harus menyapu pandangan ke banyak titik untuk menghindari tabrakan.
Dia juga menganalisa kejadian pelindasan berdasarkan gambar yang diterimanya. Dalam kacamata Reza, pengemudi rantis sudah berupaya mengambil keputusan tepat untuk menghindari massa aksi di jalan.
"Menjelang momen tabrakan, demonstran berjaket hitam secara sekaligus berapa pada jarak terdekat dengan demonstran berjaket hijau dan rantis. Kedua demonstran itu bergerak dengan posisi tubuh, pola, dan kecepatan yang berbeda satu sama lain," tuturnya.
"Secara bertahap, rantis terlebih dahulu harus menghindar dari demonstran berjaket hitam. Dalam tempo sangat singkat, pengemudi hanya punya satu kemungkinan: spontan ke kiri. Adaptasi pengemudi sudah tepat," tambahnya.
Namun, Reza menyebut, pada tahap berikutnya, rantis menabrak dan melindas Affan yang mengenakan jaket Gojek. "Rantis bergerak konstan atau sama, sementara demonstran berbaju hijau tidak sama, posisi tubuh, pola, dan kecepatan, dengan demonstran berbaju hitam. Adaptasi pengemudi meleset, padahal adaptasi itu berhasil sesaat sebelumnya," ucapnya.
Kemudian, dia juga menilai bahwa rantis sempat berhenti sesaat sebelum pergi dengan kencang sebagai akibat dari kepanikan.
"Rantis berhenti sesaat setelah tabrakan. Ini mengindikasikan sesaat setelah terjadinya benturan, pengemudi masih cukup mampu mengendalikan diri, baik kendali oleh diri sendiri maupun oleh penumpang rantis," katanya.
Kata Reza, dua kondisi psikis pengemudi dalam kondisi tersebut menunjukan adanya ketakutan dan miskalkulasi pada saat mengantisipasi dua demonstran yang berbeda.
"Dikaitkan dengan mens rea level kesadaran, bukan motif, jenis pengemudi, maka perlu dibedakan dua momen. Pada momen tabrakan, mens rea pengemudi adalah negligence. Sedangkan pada momen rantis bergerak kembali, mens rea pengemudi adalah recklessness atau bisa pula negligence atau butuh pendalaman. Kedua mens rea tersebut berada pada level rendah," pungkasnya.
Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa kejadian ini sangat menyedihkan dan tidak akan terjadi jika para petinggi di negara ini bisa menjalankan amanah.
Diketahui, seorang pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan (21), meninggal dunia setelah terlindas oleh mobil rantis milik satuan Brimob di kawasan Benhil, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/8/2025) malam.
Kepolisian, langsung lewat Kapolri Jenderal Listyo Sigit, meminta maaf atas kejadian tersebut. Mereka langsung melakukan investigasi atas insiden tersebut. Propam Polri menyatakan 7 orang anggota di dalam mobil itu tengah menjalani pemeriksaan akibat insiden itu.
Penulis: Auliya Umayna Andani
Editor: Andrian Pratama Taher
Masuk tirto.id


































