tirto.id - Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI adalah salah satu film Indonesia selalu ditayangkan pada tanggal 30 September.
Film dokudrama ini menampilkan peristiwa besar yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia, yakni gerakan pemberontakan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1965.
Tidak hanya dari segi cerita besar yang disajikan, film yang dirilis pada tahun 1984 tersebut juga perankan oleh sejumlah nama besar di dunia keaktoran film dan teater, serta beberapa sastrawan besar Indonesia saat itu, salah satunya ialah Umar Kayam.
Umar Kayam merupakan salah satu sastrawan besar Indonesia saat itu yang berperan sebagai Presiden pertama Indonesia, Soekarno dalam film G 30 S PKI. Padahal, Umar Kayam sendiri memiliki perbedaan pandangan dengan Soekarno terkait film.
Perbedaan tersebut terlihat saat Umar Kayam menjabat sebagai Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan tahun 1966-1969 yang memperbolehkan film barat masuk ke Indonesia. Sebelum dirinya menjabat, film barat dilarang masuk ke Indonesia oleh Soekarno.
Meski memiliki perbedaan pandangan, Umar Kayam tetap bersedia memerankan tokoh Soekarno dalam film G 30 S PKI. Alasannya, sutradara film tersebut, Arifin C. Noer, merupakan kawan dekatnya.
Profil Umar Kayam Serta Riwayat Hidupnya
Umar Kayam lahir di Ngawi, Jawa Timur, pada 30 April 1932. Dirinya dikenal sebagai sastrawan, budayawan, akademisi, aktor film, hingga mantan pejabat pemerintah.
Umar Kayam mengeyam pendidikan tinggi di Fakultas Pedagogik Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 1995.
Saat di UGM, Umar Kayam menjadi salah seorang pelopor dalam terbentuknya kehidupan teater kampus. Salah satu muridnya yang menjadi sastrawan besar Indonesia ialah W. S. Rendra.
Umar Kayam kemudian melanjutkan pendidikan tinggi ke Universitas New York pada 1963 dan mendapat gelar M.A. Kemudian, dirinya juga menempuh pendidikan di Univesitas Cornell pada 1965 dan mendapat gelar Ph.D.
Sepulangnya ke Indonesia, Umar Kayam mendapatkan jabatan Direktur Jenderal Radio, Televisi, dan Film Departemen Penerangan tahun 1966-1969. Pada periode yang sama, dirinya juga menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).
Setelah di pemerintahan, Umar Kayam lantas menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta pada 1969-1972 dan Ketua Dewan Film Nasional pada 1978-1979.
Tidak hanya di pemerintahan dan kesenian, Umar Kayam juga aktif di dunia akademisi. DIrinya juga pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Latihan Ilmu-ilmu Sosial di Universitas Hasanuddin pada 1975-1976.
Pada 16 Maret 2022, Umar Kayam meninggal dunia dalam usia 69 tahun karena penyakit pendarahan usus. Dirinya kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak.
Penulis: Bintang Pamungkas
Editor: Dipna Videlia Putsanra