Menuju konten utama

Profil Muhammad Yunus Pemimpin Bangladesh Usai PM Hasina Mundur

Muhammad Yunus ditunjuk untuk memimpin pemerintahan sementara di Bangladesh setelah PM Hasina mundur. Siapa dia?

Profil Muhammad Yunus Pemimpin Bangladesh Usai PM Hasina Mundur
Dr Muhammad Yunus saat sesi potret di Yunus Center di Dhaka. Foto/Reuters

tirto.id - Peraih Nobel Muhammad Yunus ditunjuk untuk memimpin pemerintahan sementara di Bangladesh. Keputusan ini diambil setelah mantan Perdana Menteri (PM) Sheikh Hasina mengundurkan diri dan meninggalkan negara akibat pemberontakan massal terhadap pemerintahannya.

Mengutip dari Al Jazeera, pengumuman Muhammad Yunus sebagai pemimpin sementara Bangladesh disampaikan oleh Joynal Abedin, sekretaris pers Presiden Mohammed Shahabuddin, pada Selasa (6/8/2024)

Abedin juga menyatakan bahwa anggota lainnya dalam pemerintahan yang dipimpin oleh Yunus akan ditentukan segera. Penentuan para anggota pemerintahan sementara Bangladesh akan diumumkan setelah rapat dengan partai politik dan pemangku kepentingan lainnya.

Para pemimpin protes mahasiswa, kepala tiga divisi militer, dan anggota masyarakat sipil, serta beberapa pemimpin bisnis, bertemu dengan presiden selama lebih dari lima jam, pada Selasa (6/8/2024) malam. Mereka mengadakan pertemuan untuk memutuskan kepala pemerintahan sementara.

Nama Yunus datang dari usulan mahasiswa. Usulan itu lantas disetujui oleh pelopor keuangan mikro berusia 83 tahun itu. Media setempat melaporkan bahwa Yunus diperkirakan akan segera kembali ke Bangladesh dari Paris menyusul penunjukkannya sebagai pemimpin pemerintahan sementara.

Profil Muhammad Yunus

Muhammad Yunus adalah pengusaha, ekonom, bankir, dan akademisi kelahiran Chittagong, Bangladesh. Melansir dari AP News, Muhammad Yunus dikenal sebagai kritikus dan lawan politik mantan PM Bangladesh Hasina.

Dia menyebut pengunduran diri Hasina sebagai "hari pembebasan kedua" bagi negara. Sebelumnya, Yunus pernah menyebut Hasina sebagai "pengisap darah."

Yunus menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada 2006 atas statusnya sebagai ekonom dan bankir. Penghargaan itu ia terima usai memelopori penggunaan kredit mikro untuk membantu orang miskin, terutama perempuan.

Komite Penghargaan Nobel memuji Yunus dan Grameen Bank miliknya atas upaya menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial dari akar rumput.

Yunus mendirikan Grameen Bank sejak tahun 1983. Bank itu berdiri untuk memberikan pinjaman kecil kepada pengusaha yang biasanya tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan pinjaman.

Keberhasilan Grameen Bank dalam membantu orang keluar dari kemiskinan mendorong upaya pembiayaan mikro serupa di berbagai negara lain. Mengutip dari laman The Nobel Prize, replika model Grameen Bank beroperasi di lebih dari 100 negara di seluruh dunia.

Masih dari AP News, Yunus pernah mengalami masalah dengan Hasina pada 2008 terkait Grameen Bank. Pemerintah Hasina memulai serangkaian investigasi terhadapnya.

Selama penyelidikan, Hasina menuduh Yunus menggunakan kekerasan dan metode lainnya untuk menagih pinjaman dari perempuan miskin di pedesaan. Tuduhan ini terkait dengan perannya sebagai kepala Grameen Bank. Namun, Yunus membantah tuduhan ini.

Pada tahun 2011, pemerintah Hasina mulai meninjau aktivitas bank. Lantaran hal ini, Yunus lantas dipecat dari posisinya sebagai direktur pelaksana karena diduga melanggar peraturan pensiun pemerintah.

Kemudian, pada tahun 2013, Yunus diadili dengan tuduhan menerima uang tanpa izin pemerintah, termasuk Hadiah Nobel dan royalti dari sebuah buku.

Setelah itu, Yunus menghadapi lebih banyak tuduhan terkait perusahaan yang ia bangun, termasuk Grameen Telecom dan GrameenPhone.

Grameen Telecom merupakan bagian dari perusahaan telepon seluler terbesar di Bangladesh. Sementara itu, GrameenPhone adalah anak perusahaan raksasa telekomunikasi Norwegia Telenor.

Pada tahun 2023, beberapa mantan pekerja Grameen Telecom menuntut Yunus dengan tuduhan dirinya merampas tunjangan kerja mereka. Yunus membantah semua tuduhan tersebut.

Awal tahun ini pengadilan khusus di Bangladesh mendakwa Yunus dan 13 orang lainnya atas kasus penggelapan 2 juta dolar AS. Yunus mengaku tidak bersalah dan saat ini telah dibebaskan dengan jaminan.

Tuduhan yang dilayangkan kepada Yunus tidak dipercaya oleh sebagain orang Bangladesh. Para pendukung Yunus menyatakan bahwa dia menjadi target karena hubungannya yang sangat buruk dengan Hasina.

Dikutip dari situs The Nobel Prize, Yunus lahir pada tahun 1940 di kota pelabuhan Chittagong. Dia menempuh pendidikan di Universitas Dhaka, Bangladesh, sebelum menerima beasiswa Fulbright untuk belajar ekonomi di Universitas Vanderbilt.

Yunus meraih gelar Ph.D. di bidang ekonomi dari Vanderbilt pada tahun 1969. Setahun kemudian, dirinya menjadi asisten profesor ekonomi di Middle Tennessee State University. Setelah kembali ke Bangladesh, Yunus memimpin departemen ekonomi di Universitas Chittagong.

Sepanjang 1993 hingga 1995, Yunus merupakan anggota Kelompok Penasihat Internasional untuk Konferensi Dunia Keempat tentang perempuan. Yunus menduduki jabatan ini setelah ditunjuk oleh sekretaris jenderal PBB.

Dia telah menjabat di Komisi Global Kesehatan Wanita, Dewan Penasihat untuk Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, dan Kelompok Ahli PBB untuk Perempuan dan Keuangan.

Penghargaan yang Diterima Muhammad Yunus

Penghargaan Nobel adalah salah satu penghargaan bergengsi yang diterima Muhammad Yunus. Selain itu, ia banyak menerima penghargaan internasional lain atas kiprahnya di bidang ekonomi, kemanusiaan, hingga budaya.

Berikut penghargaan internasional yang diterima Muhammad Yunus:

  • Penghargaan Mohamed Shabdeen untuk Sains (1993), Sri Lanka;
  • Penghargaan Kemanusiaan (1993), CARE, AS;
  • World Food Prize (1994);
  • World Food Prize Foundation, AS;
  • Penghargaan Hari Kemerdekaan (1987), penghargaan tertinggi Bangladesh;
  • Penghargaan Kepemimpinan Kemanusiaan Raja Hussein (2000), Yayasan Raja Hussien, Yordania;
  • Volvo Environment Prize (2003), Volvo Environment Prize Foundation, Swedia;
  • Nikkei Asia Prize for Regional Growth (2004), Nihon Keizai Shimbun, Jepang;
  • Franklin D. Roosevelt Freedom Award (2006), Roosevelt Institute of The Netherlands; dan
  • Seoul Peace Prize (2006), Yayasan Budaya Hadiah Perdamaian Seoul, Seoul, Korea.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Umi Zuhriyah

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Umi Zuhriyah
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Yonada Nancy & Dipna Videlia Putsanra