tirto.id - Bencana tanah longsor terjadi secara berturut-turut di dua wilayah Jawa Tengah pada bulan ini, yakni Banjarnegara dan Cilacap. Keduanya sama-sama menimbulkan korban jiwa serta kerugian materiel besar bagi warga.
Longsor sebelumnya terjadi di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, pada Kamis (13/11) lalu. Bencana serupa juga melanda Dusun Situkung, Desa Pandanarum, Kecamatan Pandanarum, Banjarnegara pada Sabtu (15/11). Longsor di daerah itu diawali hujan deras selama lebih dari 3 jam yang memicu tebing hutan pinus amblek menimpa permukiman.
Menteri Sosial, Saifullah Yusuf (Gus Ipul), menyatakan bahwa pada masa tanggap darurat, Kementerian Sosial (Kemensos) terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat, terutama dalam penanganan warga terdampak bencana.
“Kita bekerja sama dengan bupati, dengan gubernur Jawa Tengah, tentang apa saja yang bisa kita lakukan secara gotong-royong, baik dari sisi penyediaan shelter maupun juga logistik yang dibutuhkan,” kata Gus Ipul saat konferensi pers di kantor Kemensos, Jakarta, Selasa (18/11/2025).
Menurut dia, berbagai upaya sudah dilakukan dalam penanganan warga korban bencana di Cilacap dan Banjarnegara. Hal itu termasuk proses evakuasi korban longsor yang didukung oleh petugas dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, TNI, Polri, hingga para relawan yang terlatih.
Untuk respons cepat dalam masa tanggap darurat, Kemensos bersinergi dengan pemerintah daerah untuk menyalurkan bantuan logistik bagi warga terdampak bencana. Kolaborasi pun dilakukan untuk penyediaan shelter dan layanan psikososial, hingga pendirian dapur umum.
“Kementerian Sosial dengan SDM Tagana dan juga SDM-SDM terlatih lainnya, biasanya kita memberikan bantuan-bantuan yang dibutuhkan, ada makanan siap saji, ada lauk-lauk siap saji, ada makanan untuk anak-anak, ada tenda gulung, ada tenda keluarga, ada kasur atau matras, ada tenda serbaguna, ada selimut, ada family kit, ada kitware, ada beras, dan juga bantuan-bantuan lain,” jelas Gus Ipul.
Setelah masa tanggap darurat, kata Gus Ipul, proses rehabilitasi dan rekontruksi di wilayah bencana bakal dijalankan di bawah koordinasi BNPB.
“Jika diperlukan untuk melakukan relokasi, tentu pemerintah bersama-sama, ini baik daerah maupun pusat, untuk menyiapkan satu perencanaan. Nah relokasi itu kan memang di samping memerlukan lahan, juga memerlukan persetujuan dari mereka yang di relokasi,” ujar dia.
Kemensos mencatat, longsor di Banjarnegara mengakibatkan 823 warga mengungsi ke tiga titik, yaitu Kantor Kecamatan Pandanarum, GOR Desa Pringamba, dan GOR Desa Baji. Ada 30 rumah yang tertimbun material longsor dan 195 rumah juga terancam longsoran tanah.
Longsor di Banjarnegara tercatat mengakibatkan 2 korban meninggal dunia, 10 orang luka-luka, dan empat warga luka berat. Seturut perkiraan BNPB, ada 27 orang yang masih dalam proses pencarian karena tertimbun tanah longsor.
Sementara di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, Cilacap, longsor pun memicu banyak korban jiwa. Berdasarkan data (BNPB), dari 23 warga yang sempat dilaporkan hilang, 16 di antaranya ditemukan tewas di lokasi longsor dan 7 korban lain belum ditemukan.
Kemensos telah menyalurkan santunan bagi 5 korban meninggal dunia dan 4 korban luka di Cilacap pada Minggu (16/11) lalu. Santunan bagi korban meninggal sebesar Rp15 juta per orang, sedangkan untuk korban luka sebesar Rp5 juta per orang.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis
Masuk tirto.id


































