tirto.id - KRAy Winari Sri Haryani kembali disorot setelah kisruh suksesi Keraton Surakarta menyeret nama putranya, KGPH Hangabehi. Ia merupakan istri kedua PB XIII yang dinikahi sebelum sang raja naik takhta. Pernikahan itu memberinya gelar bangsawan Kanjeng Raden Ayu Winari.
Sebagai ibu dari putra tertua PB XIII, posisi Winari kerap dikaitkan dengan dinamika internal keraton yang kini kembali menghangat. Latar keluarganya berada di tengah persinggungan dua kubu pendukung calon penerus takhta. Kondisi ini membuat sosok Winari kembali masuk dalam pemberitaan seiring naiknya tensi politik keraton.
Sorotan terhadap Winari menguat setelah Hangabehi dinobatkan oleh Lembaga Dewan Adat dalam prosesi yang berbeda dengan deklarasi kubu lain. Situasi tersebut menempatkan garis keturunannya dalam perhatian publik. Dalam konteks itu, peran Winari muncul kembali sebagai bagian dari kisah panjang suksesi di Keraton Surakarta.
Profil KRAy Winari Ibu KGPH Hangabehi & Eks Istri Kedua PB XIII
KRAy Winari Sri Haryani dikenal sebagai istri kedua Pakubuwono XIII yang dinikahi sebelum sang raja resmi naik takhta. Melalui pernikahan itu, ia menerima gelar bangsawan Kanjeng Raden Ayu Winari. Statusnya kembali diperbincangkan setelah dinamika suksesi Keraton Surakarta mencuat pasca wafatnya PB XIII.
Winari menjadi bagian penting dalam sejarah keluarga PB XIII karena dari pernikahan ini lahir putra sulung sang raja, GRM Suryo Suharto. Putranya kemudian dikenal dengan gelar GPH Mangkubumi sebelum berganti menjadi KGPH Hangabehi. Pergantian gelar itu dilakukan Lembaga Dewan Adat (LDA) pada 24 Desember 2022.
Selain Hangabehi, pernikahan Winari melahirkan dua putri, yakni almarhum BRAy Sugih Oceania dan GRAy Putri Purnaningrum. Ketiganya menjadi bagian dari tujuh anak PB XIII dari tiga pernikahannya. Anak-anak dari Winari lahir di masa ketika PB XIII belum dinobatkan sebagai raja.
Pernikahan Winari dengan PB XIII berakhir sebelum sang suami naik takhta pada 2004. Kondisi tersebut membuatnya tidak berstatus permaisuri dalam struktur resmi keraton. Meski demikian, garis keturunannya tetap menempati posisi strategis dalam urutan keluarga PB XIII.
Keberadaan Hangabehi sebagai putra tertua membuat posisi Winari ikut terhubung dengan isu suksesi yang kembali mencuat pada 2025. LDA menetapkan Hangabehi sebagai SISKS Pakubuwono XIV dalam prosesi adat di Sasana Handrawina. Penetapan ini memicu perbedaan pandangan dengan kubu lain yang mendukung Gusti Purbaya.
Status Winari sebagai ibu dari calon raja versi LDA menempatkan dirinya dalam sorotan baru. Legitimasi gelar dan garis keturunan menjadi fokus dalam perdebatan dua kubu keraton. Peran Winari dalam struktur keluarga pun kembali diperhitungkan dalam dinamika tersebut.
Di tengah konflik, sosok Winari tidak tampil di ruang publik. Namun catatan sejarah keluarga memperlihatkan bahwa ia adalah bagian dari fase penting perjalanan PB XIII sebelum naik takhta. Relasinya dengan tiga anak yang ia lahirkan tetap menjadi bagian integral dari silsilah keraton.
Perjalanan rumah tangganya dengan PB XIII juga berada dalam konteks sejarah panjang suksesi Keraton Surakarta. Setelah bercerai dari Winari, PB XIII kemudian menikah dengan Asih Winarni yang kelak menjadi GKR Pakubuwana. Situasi ini ikut membentuk perbedaan jalur keturunan yang kini dipersoalkan.
Posisi Winari dalam sejarah keluarga PB XIII pada akhirnya berkaitan langsung dengan kisah perebutan takhta yang kembali mencuat setelah wafatnya sang raja. Anak sulungnya menjadi figur sentral dalam penetapan versi LDA.
Sekilas Mengenai Istri Pakubuwana XIII
Sepanjang hidupnya, Pakubuwana XIII menikah tiga kali. PB XIII menikah dengan Nuk Kusumaningdyah yang bergelar KRAy. Endang Kusumaningdyah. Melalui pernikahan pertamanya itu mereka dikaruniai tiga putri, yakni GRAy. Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, GRAy. Devi Lelyana Dewi, dan GRAy. Dewi Ratih Widyasari.
Namun, pernikahannya kandas sebelum Pakubuwana XIII naik takhta. Perceraian ini membuat Nuk Kusumaningdyah tidak dianggap sebagai permaisuri.
Kemudian, Pakubuwana XIII menikah lagi dengan Winari Sri Haryani yang bergelar KRAy. Winari. Melalui pernikahan tersebut, KRAy. Winari melahirkan seorang putra bernama GRM. Suryo Suharto (GPH Mangkubumi) dan dua orang putri bernama GRAy. Sugih Oceania dan GRAy. Putri Purnaningrum.
Sama halnya dengan pernikahan pertamanya, pernikahan kedua Pakubuwana XIII juga dilakukan sebelum ia naik takhta. Bernasib serupa, pernikahan ini juga kandas lewat perceraian.
Kemudian, Raja Solo itu menikah untuk ketiga kalinya dengan Asih Winarni yang diberi gelar KRAy. Adipati Pradapaningsih. Melalui pernikahannya tersebut lahir seorang putra, yakni GRM. Suryo Aryo Mustiko yang bergelar GPH. Purubaya.
Pada 2012, Pakubuwono XIII memutuskan bahwa Asih Winarni yang bergelar KRAy. Adipati Pradapaningsih menjadi permaisurinya secara resmi. Dengan demikian, Asih Winarni resmi menjadi istri Raja Solo yang paling utama dan diberi gelar baru, yakni GKR. Pakubuwana.
Pembaca yang ingin mengikuti informasi seputar Keraton Surakarta dapat klik tautan di bawah ini.
Penulis: Satrio Dwi Haryono
Editor: Indyra Yasmin
Masuk tirto.id


































