Menuju konten utama

Produksi Bioetanol RI Masih Jauh dari Target Asta Cita Prabowo

Meski demikian, Andre optimis bahwa dengan fokus pemerintah terhadap gula aren dapat mengisi gap yang ada.

Produksi Bioetanol RI Masih Jauh dari Target Asta Cita Prabowo
Ilustrasi Bio Ethanol. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Pemerintah dinilai menghadapi tantangan besar dalam memenuhi target campuran bioetanol 10 persen ke dalam bahan bakar minyak (BBM) sesuai dengan visi pembangunan nasional Asta Cita yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Sebab kapasitas produksi bioetanol nasional saat ini masih jauh dari memadai.

VP Business Development New & Renewable Energy Pertamina NRE, Andre Harahap, mengatakan kapasitas produksi bioetanol per tahun hanya mencapai sekitar 63 ribu kiloliter atau 63 juta liter. Sementara volume bioetanol diperkirakan akan melonjak 1 miliar liter per tahun atau sebanding dengan 1 juta ribu kiloliter di 2029-2030

"Jadi di 2029 dan 2030 kita membutuhkan volume hampir 1 bilion (miliar) liter per tahun ya, jadi 1 juta ribu liter per-tahun, sementara kalau kita melihat produksi kapasitas per hari ini hanya sebesar 63 ribu kilo liter per-tahun. Jadi itu jauh sekali gap-nya," kata Andre dalam Webinar bertajuk Peran Teknologi Dalam Upaya Pengembangan Komoditas Aren, melalui Zoom Meeting, pada Kamis (28/8/2025).

Meski demikian, Andre optimis bahwa dengan fokus pemerintah terhadap gula aren, dan potensi terhadap hasil produksi aren tersebut dapat mengisi gap yang ada. Andre juga memperlihatkan sebuah grafik di mana, wilayah Jawa Barat hingga Jawa Timur masih kesulitan untuk memproduksi gula aren.

Pemerintah sendiri memang menargetkan pengembangan tanaman aren sebagai salah satu upaya menekan ketergantungan pada impor energi dan memperkuat ketahanan pangan. Oleh sebab itu, Pertamina NRE berusaha menggenjot tiga strategi untuk pengembangan bisnis bioetanol.

Untuk jangka pendek (2024-2027), Pertamina NRE akan melakukan pilot bioetanol aren, pemanfaatan feedstock yang tersedia yakni tebu untuk pembangunan pabrik baru, dan revitalisasi pabrik-pabrik yang sudah ada.

Kemudian pada jangka menengah (2027-2029), langkah yang diambil yakni penanaman feedstock baru seperti jagung, sorghum, singkong dan aren. Lalu ada pembangunan pabrik multi-feedstock.

Lalu yang terakhir yakni jangka panjang (2030-onwards), di mana ada peningkatan skala produksi rantai pasok terintegrasi, inisiasi bahan baku 2G (agri-waste), dan pionir 3G teknologi (algae-based).

Diketahui, aren masih menjadi salah satu pilar utama dalam diversifikasi bahan baku karena produktivitasnya, yang masih dianggap tinggi. Potensi pengembangan aren dengan menggabungkan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) juga semakin besar.

"Tapi setidaknya untuk tahap awal, jangka menengah untuk pengembangan aren kita mempunyai potensi lokasi pengembangan yang cukup tersebar di wilayah Indonesia," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait BIOETANOL atau tulisan lainnya dari Natania Longdong

tirto.id - Insider
Reporter: Natania Longdong
Penulis: Natania Longdong
Editor: Dwi Aditya Putra