tirto.id - Sulawesi Selatan atau daerah pemilihan (Dapil) Sulsel merupakan salah satu wilayah dengan jumlah pemilih besar di Pulau Sulawesi. Mengutip data KPU RI, jumlah pemilih di Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 6.670.582 pemilih pada Pemilu 2024.
Dalam pelaksanaan pemilu, Sulsel dibagi dalam tiga dapil, yakni: Sulawesi Selatan I (Bantaeng, Gowa, Jeneponto, Kepulauan Selayar, Talakar dan Kota Makassar) sebanyak 8 kursi, Sulawesi Selatan II (Barru, Bulukumba, Bonne, Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Sinjai, Soppeng, Wajo dan Kota Parepare) dengan 9 kursi, dan Sulawesi III (Enrekang, Luwu, Luwu Timur, Luwu Utara, Pinrang, Sidenreng Rappang, Tana Toraja, Toraja Utara dan Kota Palopo) dengan 7 kursi.
Bila mengacu pada hasil Pileg 2019, setidaknya dua partai kuat “berkuasa” di Sulawesi Selatan yakni Golkar dan Nasdem dengan masing-masing 4 kursi. Golkar memegang 2 kursi di Dapil Sulsel II dan masing-masing 1 kursi di Dapil Sulsel I dan III. Sementara Partai Nasdem mengamankan 2 kursi di Dapil Sulawesi Selatan III dan masing-masing satu kursi di dua dapil lain.
Setelah Golkar dan Nasdem, disusul PDIP, Gerindra dan PAN yang sama-sama mendapatkan tiga kursi dari 3 dapil di Sulsel. PKB, PPP dan Demokrat masing-masing memperoleh 2 kursi dari tiga dapi di Sulsel. 1 kursi tersisa di ketiga dapil Sulsel adalah milik PKS.
Pada Pileg 2024, mengacu pada data DCS KPU RI, sejumlah nama populer maju sebagai caleg dari dapil ini. Di Dapil Sulsel I misal, PKB memasang eks Wakil Walikota Makassar, Syamsu Rizal; Haruna (petahana); dan Ketua Pengurus Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia, Masrurah Mokhtar.
Dari Gerindra ada petahana sekaligus mantan Bupati Bantaeng yang juga eks kader Golkar, Azikin Solthan; Sekretaris Umum DPD Gerindra Sulsel sekaligus Direktur Kampanye Prabowo Presiden 2024 di Sulawesi Selatan, Anhar Rahman; adik Wakapolri Komjen (Purn) Jusuf Manggabani, Andi Idris Manggabani; Wakil Ketua DPD Gerindra Sulsel, H. Najmuddin, tokoh majelis Gereja Toraja, Aris Titti; dan eks Stafsus BNPB RI, Brigjen (purn) Jahidin Chilo.
Di sisi lain, PDIP menerjunkan beberapa tokoh, antara lain petahana dan Ketua DPD PDIP Sulawesi Selatan, Andi Rdwan Wattiri; anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Rudy Pieter Goni.
Golkar dan Nasdem tak mau kalah di dapil ini. Golkar kembali menurunkan petahana DPR yang juga eks Wabendum Partai Golkar, Hamka Baco Kady; istri Ketua DPD Golkar Jeneponto Iksan Iskandar, Hamsiah Iksan; istri eks Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah, Lestiaty Fachrudin; putra eks Menteri BUMN Tanri Abeng, Emil Abeng; mantan Ketua DPRD Kota Makassar, Farouk M. Betta; dan eks Anggota DPD RI, Ajiep Padindang.
Sementara Nasdem menurunkan Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Maju, Syahrul Yasin Limpo; Ketua DPRD Kota Makassar, Rudianto Lallo; Anggota DPRD Kota Makassar Fraksi Nasdem, Mario David PN; dan Tenri Olle Yasin Limpo (saudara Syahrul Yasin Limpo).
PKS menerjunkan Ketua Fraksi PKS di DPRD Sulawesi Selatan, Sri Rahmi; Anggota Komisi E Sulsel, Meity Rahmatia; eks kandidat DPD Sulsel, AM Iqbal Parewangi; Dewan PKS Sulsel, A. Kasmawati Z. Basalamah; dan eks Pjs Bupati Kepulauan Selayar, Ariady Arsal.
Dari PAN, ada petahana Ashabul Kahfi; putra daerah Jeneponto, Irwan Zulfikar; mantan Juru Bicara Relawan Sahabat Prabowo-Sandi, Putri Utami Muis; eks petinggi kader Partai Hanura, Mukhtar Tompo; dan Anggota Fraksi PAN di DPRD Sulawesi Selatan, Usman Lonta.
Demokrat pun menerjunkan kembali petahana mereka, yakni Aliyah Mustika Ilham; politikus senior Demokrat, Andi Nurpati; mantan Kepala BNNP Sulsel, Brigjen (purn) Idris Kadir; dan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Purnabakti Kepala Desa Seluruh Indonesia dan mantan Ketua APDESI Dua Periode, Sindawa Tarang.
Di sisi lain, PSI menyodorkan Ketua PSI Sulsel, Muhammad Surya; eks Sekjen DPN PKP Takudaeng 'Keke' Parawansa sebagai tokoh yang disorot di daerah tersebut. Sementara itu, dalam daftar caleg Perindo ada nama artis jebolan Rising Star Indonesia, Nayunda Nabila Nizrinah. PPP menerjunkan petahana yang juga pengurus PPP, Amir Uskara.
Bergeser ke Dapil Sulawesi Selatan II. Di dapil ini para petahana juga kembali maju, seperti Andi Muawiyah Ramly (PKB), Andi Iwan Darmawan Aras (Gerindra), Samsu Niang (PDIP), Andi Rio Idris Padjalangi (Golkar), Supriansa (Golkar), Andi Akmal Pasluddin (PKS), Muhammad Aras (PPP) dan Andi Yuliani Paris (PAN).
Nama-nama yang cukup disorot di Dapil Sulsel II, antara lain: eks calon Bupati Pangkajene, Abd. Rahman Assagaf (PKB); anak sulung eks Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Andi Amar Maruf Sulaiman (Gerindra); istri mantan Bupati Sinjai Andi Rudiyanto Asapa, Felicitas Tallulembang (Gerindra); pengusaha Sulawesi Selatan, Andi Tajerimin (Gerindra); eks atlet karate Andi Mesyara; dan anak petinggi Gerindra Sulsel Andi Iwan Aras, Andi Adrian Adiputra (Gerindra).
Lalu, ada mantan Staf Ahli Panglima TNI Majyen Purn Andi Gunawan Pakki (PDIP); petinggi Partai Golkar, Nurdin Halid (Golkar); Walikota Parepare M. Taufan Pawe (Golkar); eks Bupati Pangkep Syamsuddin A. Hamid (Golkar); Bupati Bone Andi Fahsar Mahdin Padjalangi (Golkar).
Kemudian ada anak Bupati Barru, Teguh Iswara Suardi (Nasdem); Anggota DPRD Sulawesi Selatan Fraksi Nasdem, Desy Susanty Sutomo (Nasdem); pengusaha muda Soppeng, Andi Palalloi Tabrang (Nasdem); mantan Wakil Ketua DPRD Pangkajene dan kepulauan, Rizaldi Parumpa (Nasdem); mantan Kepala Badan Instalasi Strategis Pertahanan Mayjen (purn) Heros Paduppai (PKS); mantan Kabiro Pemerintahan Umum Sulsel, Muhammad Hasan Basri Ambarala (Hanura); mantan Dirdok Kodiklatad Brigjen (purn) Agustinus Purboyo (PAN); eks Bupati Bulukumba Zainuddin Hasan (Demokrat); dan Ketua Ikatan Alumni Universitas Muslim Indonesia Koordinator Jabodetabek, Andi Muzakkir (Demokrat); dan mantan Kapolrestabes Makassar Brigjen (purn) Wisnu Sanjaya (Perindo).
Bagaimana dengan Dapil Sulawesi Selatan III? Para petahana kembali turun di dapil ini, yaitu: La Tinro La Tunrung (Gerindra), Sarce Bandaso Tandiasik (PDIP), Muhammad Fauzi (Golkar), Rusdi Masse Mappasessu (Nasdem), Eva Stevany Rataba (Nasdem), Mitra Fakhruddin (PAN), dan Muhammad Dhevy Bijak (Demokrat).
Nama-nama yang patut dijadikan perhatian dari dapil ini, antara lain: Anggota DPRD Sulsel dua periode, Irwan Hamid (PKB); Ketua DPC Gerindra Pinrang, Ahmad Abdy Baramuli (Gerindra); Fungsionaris DPD Partai Gerindra Sulsel, Andi Unru Baso (Gerindra); pengusaha PO Bus Primadona, Herman Opy Sanda (PDIP); putri mantan Bupati Luwu Timur, Andi Hatta Marakarma yang juga pernah menjadi anggota DPR, Andi Fauziah Pujiwatie Hatta (Golkar), istri Bupati Toraja Utara yang juga Ketua DPD Golkar Toraja Utara, Yohanis Bassang, Agustina Mangande atau dikenal Agustina Bassang (Golkar).
Lalu, ada Pj Sekda Gubernur Sulsel, Aslam Patonangi (Nasdem); Ketua DPW PKS Sulsel, Muhammad Amri Arsyid (PKS); Ketua DPP BM PAN, Mardan Muhammad (PKS); eks Deputi Kebijakan dan Strategi Bakamla RI Irjen (purn) Frederik Kalalembang (Demokrat), mantan Staf Ahli Panglima TNI dan Komandan Kodiklat TNI, Mayjen (purn) Kasim Genawi (Perindo); Wakil Ketua Bidang Komunikasi dan Media Masa DPW Perindo Sulsel sekaligus pendiri Kendari Pos, Jerry Bittikaka (Perindo).
Peta Kekuatan Parpol di Dapil Sulsel
Analis politik dari Unpad, Kunto Adi Wibowo menilai, Sulsel merupakan daerah menarik di tiap dapil. Ia mencontohkan bagaimana tidak ada petahana Pileg 2014 yang lolos dari Dapil Sulsel III pada Pileg 2019 dan perubahan kekuatan partai di Sulsel III.
“Kalau dilihat dari sejarahnya, memang dinamika di Sulawesi Selatan ini cukup luar biasa misalnya di Sulsel 3 yang tadinya Golkar terus, kemudian diganti sama Nasdem. Terus di situ juga PDIP yang 2 pemilu enggak dapat kursi, di 2019 dapat kursi,” kata Kunto, Jumat (15/9/2023).
Lantas, apakah ada kemungkinan tokoh baru bisa merebut kursi petahana Pileg 2024? Kunto sebut meski sulit, tapi ia melihat masih ada upaya partai untuk merebut suara, yakni lewat penggunaan keluarga bekas penguasa lokal, seperti mantan kepala daerah, istri maupun anak dari kepala daerah. Hal ini dilakukan karena mudah meraup suara lantaran keluarga kepala daerah dikenal publik.
“Saya lihat banyak nama-nama yang terkait dengan apa? Ya mantan bupati, istri bupati, anak bupati atau wali kota yang memang dipasang oleh partai-partai ini untuk meraup [suara] di Sulawesi Selatan,” kata Kunto.
Kunto menekankan, situasi Sulsel tidak lepas dari Golkar. Ia mengatakan, tidak sedikit tokoh sentral Golkar seperti Jusuf Kalla dan tokoh lain berasal dari Sulawesi Selatan. Akan tetapi, dalam kacamata Kunto, pengaruh Golkar mulai memudar akibat banyak fungsionaris Golkar merapat ke Nasdem.
Menurut dia, Nasdem juga berupaya meraih para pemimpin dan keluarga pemimpin daerah untuk meraih suara lebih besar. Hal itu berimbas pada kenaikan suara Nasdem seperti kisah Sulsel III yang mana Nasdem berhasil mendapat dua kursi.
“Istilahnya, kan, mengambil atau menggerogoti kejayaan Golkar di Sulawesi Selatan. Jadi menurut saya partai-partai yang mungkin berhasil, ya partai-partai seperti Golkar, Nasdem, Gerindra mungkin akan mendapatkan suara yang lumayan di Sulawesi Selatan,” kata Kunto.
Analis politik dari Universitas Jember, M. Iqbal juga menilai, Sulsel menjadi sarang Nasdem dan Golkar karena kedua partai sebelumnya berada pada akar yang sama, yakni Golongan Karya. Mesin partai mereka sudah cukup lama eksis di wilayah tersebut.
“Jadi pertama kalau untuk menjelaskan peta pileg, di Dapil Sulsel itu memang harus dimasukkan variabel Partai Golkar yang memang sangat lama, efektif, punya jaringan yang sangat luas di wilayah Sulsel,” kata Iqbal.
Menurut dia, situasi suara Nasdem dan Golkar menguat akibat efek ekor jas dari Pilpres 2019. Kedua partai sebelumnya mendukung Jokowi dan kedua partai ini akhirnya mendapat efek ekor jas.
“Coattail effect dari Jokowi waktu itu yang sangat efektif untuk mendongkrak suara partai," kata Iqbal.
Iqbal menekankan, Nasdem adalah partai baru, tetapi mampu menjadi partai besar di Sulsel. Akan tetapi, kata Iqbal, Nasdem berhasil memanfaatkan efek ekor jas dalam Pilpres 2019 dengan mendukung Jokowi serta 'mengelola' jaringan Partai Golkar di Sulsel.
“Sedangkan untuk 2024, itu tentu tergantung apakah Golkar di bawah Airlangga ini masih sangat kuat mengingat sudah terbelah. Jadi secara dukungan Jusuf Kalla itu ke Anies, lalu Yasin Limpo ke Nasdem dan tentu secara mesin partai boleh jadi Jusuf Kalla juga akan tetap mengarahkan ke Golkar, tetapi tentunya pemilih dalam jaringan JK itu akan bisa bergeser ke arah Nasdem, bisa jadi begitu," kata Iqbal.
Pendapat Iqbal bukan tanpa alasan. JK yang mengarah ke Anies bisa saja mendorong pemilih malah bergeser ke Nasdem untuk memenangkan Anies. Di sisi lain, posisi Yasin Limpo yang mantan Gubernur Sulsel bisa membawa lebih banyak pemilih di pileg. Di sisi lain, Anies berhasil mencuri perhatian pemilih di Sulsel lewat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) XVI Tahun 2023 beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, Iqbal yakin, ada potensi besar pergeseran suara. Setidaknya, suara Nasdem berpotensi menguat akibat efek ekor jas Anies. Kemudian, posisi Golkar yang belum jelas di Koalisi Indonesia Maju. Ia menilai, posisi Airlangga gagal maju pilpres akan membuat Golkar semakin rentan. Pendukung Golkar bisa saja menggeser dukungan ke Anies. Hal itu diikuti pengaruh Jusuf Kalla dan Syahrul Yasin. Faktor-faktor itu bisa saja membuat suara Nasdem meningkat signifikan.
Iqbal menilai, faktor efek ekor jas Anies juga akan menguntungkan bagi PKS dan PKB karena suara kedua partai bisa saja bertambah. Dari situasi tersebut, Iqbal yakin ada perubahan suara di Sulsel.
“Jadi kesimpulannya untuk 2024 ini sangat mungkin dominasinya masih akan dipegang oleh Nasdem atau Golkar, tapi perkiraan saya Nasdem akan menguasai di Sulsel, jadi pemenangnya, nomor 2 Golkar, nomor 3 Gerindra,” tutur Iqbal.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz