tirto.id - Pemilihan Umum 2024 kali ini bertabur putra dan putri politisi senior yang diprediksi bakal menghiasi parlemen. Deretan nama politisi generasi kedua, salah satunya caleg dari PDIP yang juga anak dari Ketua DPR RI, Puan Maharani, Diah Pikatan O. Putra berpeluang melenggang ke Senayan.
Terlihat berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan sementara yang dimuat di laman pemilu2024.kpu.go.id, real count perolehan suara untuk Dapil Jawa Tengah IV yang meliputi wilayah Kabupaten Karanganyar, Sragen dan Wonogiri mencapai 76,02 persen, Senin (4/3/2024). Cucu Presiden RI ke-5 dan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri itu terlihat memperoleh suara sementara yang cukup tinggi yaitu 64.048.
Sementara itu, mengacu pada perhitungan Sainte Lague, PDIP diperkirakan dapat 2 kursi dari total 7 kursi di Jateng IV.
Selain Diah, anak Ketua Banggar, Said Abdullah yang juga kader PDIP, Kaisar Kiasa Kasih Said Putra, pun bersaing ketat. Terlihat berdasarkan hasil perhitungan sementara yang pada laman Pemilu2024 pada 4 Maret 2024, real count perolehan suara untuk Dapil Jawa Tengah VIII mencapai 80,24 persen.
Putra terlihat memperoleh suara sementara 87.137. Dia diprediksi bakal lolos bersama Adisatrya Suryo Sulistyo yang memperoleh 87.036 suara. PDIP pun diperkirakan mendapatkan 2 kursi dari total 8 kursi di Jawa Tengah VIII.
Tidak hanya dari PDIP, anak dari Partai Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, Ravindra Airlangga dipastikan melenggang ke Senayan. Alasannya, karena partai berlambang beringin tersebut mengantongi 1 kursi di DPR Jawa Barat V.
Berdasarkan rekapitulasi hasil penghitungan sementara di laman KPU real count perolehan suara untuk Dapil Jawa Barat V mencapai 67,29%, pada pukul 13.00 WIB, Selasa (5/3/2024). Anak Menko Perekonomian itu terlihat mengantongi 78.110 suara. Golkar sendiri diperkirakan mendapatkan 1 kursi dari total 9 kursi di Pileg 2024.
Tidak hanya Revindra, anak mantan Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto, Gavriel Putranto Novanto, masih berpeluang untuk menghiasi gedung parlemen. Terlihat berdasarkan rekapitulasi hasil perhitungan sementara di laman KPU, real count suara untuk Dapil NTT II yaitu 50,67 persen dari total 100 persen TPS, pada pukul 21.00 WIB, Sabtu (2/3/2024).
Gavriel mengantongi 21.653 suara atau tepat di bawah Emanuel Melkiades Laka Lena dengan angka 36.952 suara. Golkar sendiri diperkirakan mendapat dua kursi dari total 7 kursi di Pileg 2024 dari Nusa Tenggara Timur II.
Berpotensi Gagal Melenggang ke Senayan
Namun, ada juga anak-anak para politisi yang diprediksi tidak lolos ke Senayan. Anak mantan Ketua Umum PAN, Hatta Radjasa, Rasyid Radjasa berpotensi gagal melenggang.
Mengutip data Sirekap KPU per 2 Maret 2024 pada pukul 19.00 WIB dengan persentase 57,02% dari total 100%, PAN gagal meraup kursi meski suara Rasyid tertinggi yaitu 17.475 suara. Dalam catatan Tirto, Golkar meraih 2 suara, sementara partai lain, yakni PKB, PKS, PDIP, dan Demokrat meraup satu kursi dari total 7 kursi.
Selain Pileg berbasis DPR, sejumlah elite politik juga mencalonkan anaknya dalam laga Pileg DPD. Seperti anak Ketua Bappilu PDIP, Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul, Casytha A. Kathmandu yang mengantongi suara 2.955.663 atau 19,16 persen dari total suara DPD Jawa Tengah.
Posisi Casytha juga tidak jauh dengan suara eks Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin yang memperoleh 3.190.447 suara atau 20,68 persen berdasarkan data 4 Maret 2024 dengan total 84,72 persen total TPS yang sudah terkumpul datanya.
Selain anak Bambang Pacul, anak politikus PDIP Aria Bima, R. A. Yashinta Sekarwangi Mega. Anak Aria Bima itu mengantongi 338.257 atau 20,26 persen dari total suara di DPD DIY. Suara Yashinta tersalip dari Gusti Kanjeng Ratu Hemas yang memperoleh 563.948 atau 33,78 persen total suara di DIY.
Alat Membangun Dinasti Politik
Sementara itu, analis politik Skala Data Indonesia, Arif Nurul Imam, menilai keberadaan para putra dan putri dari sejumlah politisi kawakan yang memiliki suara besar berpeluang sebagai bentuk kaderisasi. Namun, dia juga melihat hal tersebut sebagai upaya membangun dinasti politik.
"Itu kaderisasi dan regenerasi tapi instan dilihat ingin membangun dinasti politik," kata Imam, Selasa (5/3/2024).
Imam mengatakan, dinasti politik lazim terjadi di berbagai negara. Seperti dinasti Bush maupun Clinton di Amerika Serikat. Imam tidak menampik masih ada persepsi negatif dalam dinasti politik. Namun, dia menilai anak-anak dari tokoh politikus atau politisi generasi kedua ini berhak untuk mencalonkan diri di pemilu.
Sementara itu, analis politik dari Universitas Telkom, Dedi Kurnia Syah, menilai kehadiran putra dan putri dari sejumlah politisi menandakan upaya pelanggengan kekuasaan keluarga di politik.
"Situasi di Pileg tentu tidak sampai pada agenda pelanggengan kekuasaan, ini murni membesarkan kekuasaan di tingkat keluarga, karena mereka juga belum tentu diterima sebagai kelompok dominan di parpol," kata Dedi.
Namun, dia menilai munculnya anak-anak dari elite parpol tidak memiliki keuntungan besar bagi partai, mulai dari menjaga suara atau keuntungan bagi parpol.
"Ya itu sebatas pelanggengan kekuasaan keluarga, parpol tidak signifikan mendapatkan tambahan suara atas peran mereka, tetapi sebaliknya, keluarga-keluarga ini mendapatkan keuntungan dari parpol. Berbeda jika mereka disebar di dapil baru di mana parpol belum mendapatkan porsi," kata Dedi.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Intan Umbari Prihatin