tirto.id - Ditres Siber Polda Metro Jaya menerima sebuah laptop milik anak berhadapan dengan hukum (ABH) terkait dengan kasus ledakan di SMAN 72 Jakarta Utara. Laptop tersebut baru diserahkan kepada penyidik pada Minggu (9/11/2025).
"Satu buah laptop yang sempat tidak berada di tangan anak tersebut itu baru ditemukan oleh penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum dan sudah diserahkan pada hari Minggu kemarin kepada kami penyidik di Direktorat Siber," ungkap Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, Kombes Roberto Gomgom Manorang Pasaribu dalam konferensi pers, Selasa (11/11/2025).
Dia menjelaskan laptop itu akan dilakukan uji laboratorium forensik untuk mengetahui rekam jejak digital yang kerap dilakukan anak berhadapan dengan hukum. Penyidik akan mendalami apa saja yang dipelajarinya, situs yang kerap dikunjungi, serta apa yang didistribusikan melalui daring.
"Untuk seluruh media online termasuk juga termasuk situs yang diakses atau diikuti oleh anak yang berkonflik dengan hukum atau anak ini saat ini masih dalam proses pendalaman melalui proses digital forensik di laboratorium," ucap Roberto.
Ditambahkan Roberto, terkait dengan situs yang kerap dikunjungi oleh anak berhadapan dengan hukum, tim penyidik sudah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital. Upaya ini dilakukan guna memblokir situs tersebut.
"Untuk semua terkait mengenai website yang sudah termonitor juga ada dari rekan Densus yang memberitahukan kepada kami saat ini kami juga sudah melakukan koordinasi dengan Komdigi, Direktur Jenderal Pengawasan Ruang Digital. Itu untuk melakukan pembatasan atau pemblokiran terhadap website-website tersebut," tutur dia.
Jubir Densus 88 Antiteror AKBP Mayndra Eka Wardhana menambahkan, terkait dengan situs mengandung aktivitas kekerasan yang kerap dikunjungi anak berhadapan dengan hukum, memang memiliki berbagai perspektif di negara lain. Dia menjelaskan, ada beberapa negara yang menganggap sebagai aksi ekstrimisme, kekerasan, maupun teror.
Dari analisis yang dilakukan Densus 88, kata Mayndra, terdapat pencampuran ideologi dikagumi oleh anak berkonflik hukum. F cenderung tidak konsisten kepada satu ideologi, sehingga bisa dikatakan bukan termasuk terorisme.
"Artinya kenapa mix banyak sekali ideologi di sini, akan tetapi tidak ada satu ideologi yang konsisten yang dia ikuti. Ada pola yang berurutan yang mereka posting di komunitas media sosialnya dan ini juga menjadi awareness ke depan bagi kita semua terkait adanya violence atau kekerasan di dunia maya," kata Mayndra.
Penulis: Ayu Mumpuni
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































