Menuju konten utama

Pengaruh TikTok terhadap Ekosistem Perbukuan Tanah Air

Sejak 2022, TikTok meluncurkan kampanye#SerunyaMembaca untuk mendukung minat baca. Saat ini, tagar #SerunyaMembaca mencapai lebih dari 400 ribu unggahan.

Pengaruh TikTok terhadap Ekosistem Perbukuan Tanah Air
Perayaan Hari Buku Nasional di TikTok. Sumber foto/TikTok Indonesia

tirto.id - Siapa yang menyangka jika platform hiburan TikTok bakal menjadi ruang seru bagi para pecinta buku? Di tingkat global, lebih dari 55 juta unggahan melampirkan tagar #BookTok. Di tingkat lokal, tagar #SerunyaMembaca mencapai lebih dari 400 ribu unggahan.

TikTok, dengan kekuatan penemuannya, menghubungkan para pecinta buku. Lewat video pendek maupun siaran langsung, para pecinta buku tidak hanya membaca, tapi juga memberi ulasan dan saling bertukar rekomendasi bacaan. Dampaknya, sebagaimana terjadi pada “Stone Maidens”, mencengangkan.

“Ada satu buku yang sudah hampir 10 tahun terbit, dan tidak laku, kemudian anak si penulis membuat ulasan mengenai buku ayahnya di TikTok. Kontennya dilihat banyak orang. Buku tersebut, judulnya "Stone Maidens", sekarang menjadi salah satu buku best seller di dunia,” ungkap Windy Ariestanty, penggagas patjarmerah_id, dalam obrolan virtual “Rayakan Hari Buku Nasional: Simak #SerunyaMembaca bareng Penulis, Penerbit, dan Komunitas Buku di TikTok”, Selasa (20/5/2025).

Jika "Stone Maidens" kejauhan, Windy punya contoh konkret lain yang lebih dekat tentang bagaimana TikTok memberi dampak terhadap dunia perbukuan. Pada saat pandemi Covid-19, industri buku kelimpungan. Pelaku industri menduga itulah akhir kiprah mereka. Kekhawatiran itu sama sekali tidak terbukti.

“Angka pembaca buku meningkat, dan itu tampak di TikTok. Pembeli buku meningkat, toko buku-toko buku alternatif muncul. Penjualannya bagus sekali. Toko buku yang nyaris bangkrut bangkit kembali berkat TikTok. Regenerasi pembaca ada di TikTok,” sambung Windy.

Kisah tentang bagaimana buku mengubah hidup seseorang melalui TikTok juga disampaikan oleh Syarif (@menceriakan), seorang konten kreator asal Jayapura. Mulanya, Syarif membuat macam-macam konten di TikTok, termasuk kopi dalgona saat pandemi. Ketika Syarif mulai bikin review buku, engagement-nya melejit. Sejak itulah Syarif fokus membuat konten soal buku, ditunjang kecintaannya yang sungguh-sungguh pada membaca.

“Lewat TikTok, saya ingin menunjukkan bahwa membaca itu seru dan kegiatan ini bisa mengubah cara kita melihat kehidupan,” kata Syarif.

Terhubung dengan banyak orang melalui TikTok, Syarif pun meluaskan zona nyamannya dengan mendirikan “Torang Baca”. Sebagai sebuah klub buku, Torang Baca dimaksudkan menjadi ruang yang aman dan nyaman bagi semua kalangan, merangkul keragaman di Jayapura.

“Biasanya kami berkumpul, melangsungkan silent reading selama 40 menit, kemudian membagikan hasil bacaan,” kata Syarif.

Indra Dwi Prasetyo (@indradwiprasetyoofficial), penulis buku "Dewasa Tak Seseram Isi Kepalamu", juga punya cerita sendiri tentang dampak membuat konten perbukuan di TikTok.

“Saya terharu ada orang cerita kalau dia baca buku saya ketika menemani istrinya lahiran,” kata Indra.

Indra adalah seorang peneliti di sebuah lembaga riset, lahir dan besar di Singkawang, Kalimantan Barat. Di TikTok, Indra gemar membagikan perspektif menarik serta rekomendasi bacaan bagi pencinta genre pengembangan diri dan filosofi hidup. Dari pengalamannya membuat konten, Indra percaya bahwa konten-konten yang disukai adalah konten yang sangat subjektif.

“Kalau yang objektif-objektif sudah ada di Wikipedia. PoV-mu terhadap sesuatu apa? PoV-mu terhadap suatu buku itu apa? Itu yang diharapkan pembaca,” kata Indra.

Demi mendukung gerakan membaca, TikTok meluncurkan kampanye sekaligus tagar #SerunyaMembaca sejak 2022. Kampanye itu dilakukan TikTok juga di luar jaringan, termasuk dengan melakukan kolaborasi bersama Gramedia dan patjarmerah.

Obroan virtual “Rayakan Hari Buku Nasional: Simak #SerunyaMembaca bareng Penulis, Penerbit, dan Komunitas Buku di TikTok” diselenggarakan untuk memperingati Hari Buku Nasional yang jatuh pada 17 Mei. Tanggal itu dipilih sebagai Hari Buku Nasional karena pada 17 Mei 1980 Perpustakaan Nasional Indonesia berdiri.

Baca juga artikel terkait HARI BUKU NASIONAL atau tulisan lainnya

tirto.id - Aktual dan Tren
Reporter: Zulkifli Songyanan
Editor: Zulkifli Songyanan