Menuju konten utama

Pemerintah Pertimbangkan Teknologi Cina atau Rusia untuk PLTN

Teknologi small modular reactor/SMR Cina dan Rusia dinilai cocok dengan kebutuhan pembangunan 500 MW PLTN Indonesia hingga 2034.

Pemerintah Pertimbangkan Teknologi Cina atau Rusia untuk PLTN
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (14/2/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempertimbangkan teknologi asal Cina atau Rusia untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.

Pasalnya, dua negara tersebut sudah mengajukan penawaran dan Indonesia telah memiliki target untuk membangun PLTN 500 Megawatt (MW) dalam jangka waktu hingga 2034.

Rencananya, 250 MW akan dibangun di Sumatera dan 250 MW sisanya akan dibangun di Kalimantan. Dengan demikian, preferensi pemerintah adalah negara-negara yang menggunakan teknologi reaktor modular kecil (small modular reactor/SMR).

"Jadi, untuk teknologi yang ditawarkan itu ada dari China atau dari Rusia," ujar Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung, Jumat (20/6/2025), seperti dikutip Antara.

Selain mempertimbangkan teknologi yang akan digunakan untuk membangun PLTN, pemerintah juga tengah menyiapkan regulasi untuk mengolah bahan radioaktif, seperti uranium di Kalimantan Barat, untuk dimanfaatkan dalam memenuhi kebutuhan PLTN.

Potensi uranium tersebut juga telah termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2025-2034di samping potensi energi lain di Kalimantan Barat seperti tenaga air, biomassa, biogas, serta batu bara—dengan sumber daya mencapai 24.112 ton di Kabupaten Melawi.

Meski demikian, pemanfaatan nuklir sebagai energi primer masih menunggu adanya kebijakan dari pemerintah yang didukung oleh studi kelayakan pembangunan PLTN.

Baca juga artikel terkait PLTN

tirto.id - Insider
Sumber: Antara
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dwi Aditya Putra