tirto.id - Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko IPK) akan menawarkan proyek strategis nasional Giant Sea Wall di International Sustainability Forum (ISF) 2025.
Menurut Menko IPK, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), forum ini menjadi platform untuk mempresentasikan peluang investasi dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan yang melindungi pesisir utara Jawa dari ancaman perubahan iklim.
Ia menilai, proyek yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur ini akan menjadi salah satu fokus utama dalam ajang internasional tersebut.
“Kami akan tampilkan kembali proyek ini sebagai bagian dari sustainable infrastructure yang resilient, mengedepankan teknologi ramah lingkungan, dan melindungi masyarakat," ujarnya usai Rapat Koordinasi Persiapan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025 di Kantor Kementerian Investasi/BKPM, Rabu (1/10/2025).
AHY menambahkan, pihaknya juga akan melakukan pembicaraan lebih intensif dengan berbagai negara dan stakeholders yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia.
Proyek tanggul laut raksasa ini dirancang sebagai solusi jangka panjang menghadapi kenaikan permukaan laut dan banjir rob. Selain menggunakan struktur beton, sambung AHY, pembangunannya akan diintegrasikan dengan nature-based solution seperti rehabilitasi bakau.
“Karena juga akan diintegrasikan dengan solusi yang sifatnya lebih alami. Dengan mangrove misalnya. Ini proyek besar,” ucapnya.
Sementara itu, Menteri Investasi Rosan Roeslani menyatakan optimisme bahwa ISF 2025 akan membuka peluang kesepakatan bisnis.
“Kita akan paparkan proyek-proyeknya itu seperti apa dan diharapkan ini bisa terjadi suatu kesepakatan bisnis dengan mitra-mitra strategis,” ujarnya.
Menurutnya, respons calon mitra strategis sangat tinggi, dengan lebih dari 4.000 peserta terdaftar dalam gelaran yang akan berlangsung pada 10 dan 11 Oktober tersebut.
Adapun, proyek Giant Sea Wall telah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Perpres RPJMN 2025–2029. Rencananya, pembangunan akan dilakukan secara bertahap selama 15-20 tahun dengan estimasi biaya mencapai 80 miliar dolar AS.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































