Menuju konten utama

Pasar Keuangan RI Tetap Stabil Meski Ada Gejolak Global

Berdasarkan asesmen KSSK kondisi gejolak global belum mengindikasikan situasi yang genting.

Pasar Keuangan RI Tetap Stabil Meski Ada Gejolak Global
Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK Kuartal I-2024 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). tirto.id/Faesal Mubarok

tirto.id - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melihat level tekanan yang dihadapi pasar keuangan Indonesia belum masuk pada situasi yang genting. Sebaliknya, level pelemahan yang terjadi masih sejalan dengan mekanisme pasar yang normal.

Bahkan, dalam sepekan terakhir level tekanan gejolak geopolitik di Timur Tengah terhadap pasar keuangan nasional juga masih dalam rentang yang aman dan dinilai belum memberikan dampak signifikan, baik terhadap perekonomian maupun kinerja industri jasa keuangan, termasuk kinerja fiskal negara.

“Dari sisi level tekanan yang dialami pasar keuangan Indonesia, berdasarkan asesmen belum mengindikasikan situasi yang genting. Level pelemahan masih sejalan dengan mekanisme pasar normal,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi (KLI) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Deni Surjantoro, saat dihubungi wartawan, Senin (23/6/2025).

Sebagai contoh, dari sisi rambatan ke dalam negeri melalui tekanan harga minyak terhadap inflasi yang terkait dengan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), masih dapat diredam dengan adanya subsidi dan kompensasi yang diberikan Pemerintah terhadap PT Pertamina (Persero). Pun, masih terdapat ruang fiskal untuk menyerap risiko lonjakan inflasi terhadap melalui kebijakan subsidi dan kompensasi tersebut.

Apalagi, level harga minyak yang pada perdagangan Senin pagi masih di level 78,89 dolar Amerika Serikat (AS) per barel untuk minyak mentah Brent, masih berada di bawah asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, yaitu di harga 82 dolar AS per barel.

Berdasar catatan Kementerian Keuangan, harga minyak Brent di akhir pekan lalu juga masih di level 77,27 dolar AS per barel dan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) masih berada di bawah 73 dolar AS per barel.

“Sehingga masih terdapat ruang fiskal untuk meredam rambatan inflasi,” tambah Deni.

Dalam kondisi ini, menurut Deni, APBN juga telah menjalankan fungsinya dengan baik sebagai shock absorber. Di sisi lain, kepercayaan investor terhadap sovereign instrument yaitu Surat Berharga Negara (SBN) juga masih terjaga.

Meski terjadi aliran modal keluar (outflow), namun dari sisi tekanan terhadap harga (kenaikan yield/imbal hasil) masih sangat terbatas.

“Pemerintah terus mewaspadai risiko global dan transmisinya pada perekonomian domestik, dengan menyiapkan langkah-langkah mitigasi awal dan mengoptimalkan peran APBN sebagai shock absorber,” ujar Deni.

Kendati tekanan terhadap pasar keuangan masih belum genting, namun pemerintah melalui koordinasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara reguler memantau berbagai perkembangan kondisi global yang memberikan risiko bagi perekonomian dan sektor keuangan Indonesia.

Pun, secara reguler KSSK yang di dalamnya juga terdapat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga mengeluarkan asesmen bersama untuk mengukur potensi risiko dari berbagai perkembangan, terutama global terhadap ekonomi dan pasar keuangan Indonesia.

“Pada akhirnya, Pemerintah berkomitmen untuk menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional serta melindungi daya beli masyarakat, agar Indonesia tetap berada pada jalur pemulihan dan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan,” tutup Deni.

Baca juga artikel terkait KSSK atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Insider
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Dwi Aditya Putra