tirto.id - Pasukan oposisi mengumumkan lewat televisi pemerintah Suriah, Minggu (8/12/2024), bahwa mereka telah menggulingkan rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Usai memasuki Damaskus, mereka mengeklaim telah melenyapkan dinasti keluarga yang telah berkuasa selama 50 tahun di negeri tersebut.
Dilansir Reuters, Assad dikabarkan terbang meninggalkan Damaskus menuju tujuan yang tidak diketahui pada hari Minggu. Hal ini disampaikan dua perwira senior militer kepada Reuters. Sementara itu, pasukan oposisi mengatakan mereka telah memasuki ibu kota tanpa ada tanda-tanda pengerahan militer.
"Kami merayakan bersama rakyat Suriah berita tentang pembebasan tahanan kami dan pelepasan rantai mereka serta pengumuman berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya," kata perwakilan oposisi.
Komandan Hayat Tahrir al-Sham, Abu Mohammed al-Julani, mengatakan semua lembaga negara akan tetap berada di bawah pengawasan perdana menteri al-Assad hingga diserahkan secara resmi kepada kelompoknya. Pengumuman tersebut muncul beberapa jam setelah kelompok oposisi merebut beberapa kota dalam serangan kilat.
Sementara itu, dilansir Al-Jazeera, negara-negara Timur Tengah dan beberapa rekanan Suriah seperti Qatar, Arab Saudi, Yordania, Mesir, Irak, Iran, Turki dan Rusia mengeluarkan pernyataan bersama pada malam sebelumnya, yang menggambarkan krisis Suriah sebagai "perkembangan berbahaya".
Hayat Tahrir al-Sham merupakan kelompok oposisi yang dulu terafiliasi Al Qaeda. Mereka menyampaikan seruan kepada pasukan yang masih setia kepada pemerintahan Assad di Homs untuk membelot.
Sabtu pagi, kelompok opsisi menyatakan sudah merebut kota Daraa di wilayah selatan yang berbatasan dengan Jordania. Sebelumnya, mereka mencapai kesepakatan untuk memberikan jalan aman bagi pejabat militer menarik pasukan ke ibu kota Suriah, Damaskus, secara tertib.
Kelompok oposisi Suriah telah menyatakan bahwa pemerintahan Presiden Bashar al-Assad yang sudah berkuasa selama 24 tahun telah berakhir. Mereka juga menyatakan semua tahanan yang dipenjarakan rezim Assad akan dibebaskan dari fasilitas penjara besar di Damaskus.
Dalam sebuah pernyataan video, Perdana Menteri Suriah, Mohammad Ghazi al-Jalali, mengatakan pemerintah siap untuk menyerahkan kepada kepada oposisi transisi pemerintahan.
"Saya berada di rumah dan tidak keluar, dan ini karena saya adalah bagian dari negara ini," kata al-Jalili dalam sebuah pernyataan video.
Ia mengatakan akan pergi ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaan di pagi hari dan meminta warga Suriah tidak merusak fasilitas umum.
Pada saat yang sama, Abu Mohamed al-Julani, kepala kelompok pejuang utama Hayat Tahrir al-Sham, telah memerintahkan pasukan oposisi untuk tidak menyerang lembaga dan layanan publik mana pun.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fahreza Rizky