Menuju konten utama

Kronologi Pemberontakan Suriah, Picu Perang Saudara?

Kronologi pemberontakan Suriah 2024 yang terjadi sejak Rabu (27/11/2024). Benarkah memicu perang saudara kembali setelah 13 tahun?

Kronologi Pemberontakan Suriah, Picu Perang Saudara?
Ilustrasi Perang Suriah. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Pemberontakan besar-besaran kembali terjadi di Suriah pada selama sepekan terakhir. Lantas, bagaimana kronologi pemberontakan di Suriah dan apakah peristiwa ini kembali memicu perang saudara setelah 13 tahun?

Suriah di bawah pimpinan Presiden Bashar al-Assad mendapatkan serangan dari pemberontak. Adapun pergerakan bawah tanah yang tiba-tiba muncul itu dipimpin oleh kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), diklaim masih punya hubungan dengan al-Qaeda.

Pemberontakan ini terjadi sejak, Rabu (27/11/2024), dan memakan ratusan korban jiwa. Menurut, The Syrian Observatory for Human RIghts, sebanyak 372 orang dilaporkan tewas akibat pemberontakan ini.

Dikutip dari The Guardians, pemerintah setempat juga sudah menyiarkan lewat televisi terkait 1.000 orang pemberontak yang ditumpaskan. Pembunuhan terhadap para pemberontak ini tidak ditunjukkan rincian maupun buktinya.

Kronologi Pemberontakan Suriah 2024

Kronologi pemberontakan Suriah 2024 terjadi secara tiba-tiba lewat sebuah serangan mendadak, Rabu (27/11/2024). Pemberontakan itu dilakukan oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham yang merupakan kelompok Islam Sunni di Suriah.

HTS menjadi kelompok yang bertanggung jawab dalam Perang Saudara Suriah 2011. Serangan itu, terjadi di tengah-tengah perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi oleh Rusia dan Turki pada Maret 2020.

Adapun pemberontakan sudah terjadi setidaknya selama sepekan terakhir. Berikut ini kronolologi pemberontakan Suriah 2024:

1. 27 November 2024 – Serangan besar di Aleppo Barat

Pada Rabu, 27 November 2024, pemberontak Suriah meluncurkan serangan besar mendadak ke pemerintahan Suriah di bagian Aleppo Barat. Pihak penantang memberikan pernyataan terkait serangan ini.

Mereka menyatakan bahwa serangan Rabu lalu menjadi pencegahan agresi atas berbagai tindakan militer Bashar al-Assad belakangan ini. Dalam jangka waktu satu hari, pemberontak berhasil mengambil alih sebanyak 13 desa.

Berdasarkan pernyataan oposisi, beberapa wilayah yang dikuasai termasuk Anjara, Urm al-Sughra dan Pangkalan 46 (pusat militer terbesar di Aleppo Barat). Bukan hanya itu, mereka mengklaim telah membunuh 37 orang dari pihak Suriah dan sekutunya.

2. 29 November 2024 – Pemberontak memasuki Kota Aleppo

Tiga hari setelah berhasil merebut wilayah Aleppo Barat, pemberontak Suriah kini lebih dalam lagi menguasai Kota Aleppo. Dinukil dari The Guardians, serangan yang dimulai dari Idlib (di barat laut Suriah) sudah mencapai Kota Aleppo pada Jumat (29/11/2024).

Adapun Rami Abdul Rahman, Direktur Pemantau Perang Observatorium Suriah untuk HAM, menjabarkan bahwa setengah Aleppo telah dikuasai Jumat kemarin. Keterangan ini disampaikan olehnya kepada Agence France Presse, pada Sabtu (30/11/2024).

Peristiwa hari ketiga pemberontakan ini diklaim PBB telah menewaskan 27 orang warga sipil. Dikutip dari Reuters, jumlah itu termasuk anak-anak, seperti yang diucapkan oleh David Carden, Wakoor Kemanusiaan Regional PBB untuk Suriah.

3. 30 November 2024 – Militer Suriah menarik pasukan sementara dari Aleppo

Serangan kejut di Aleppo Barat sampai penguasaan Provinsi Aleppo banyak menimbulkan korban militer untuk pihak Suriah. Mengutip Al Jazeera, korban tentara tewas akibat serangan menjadi dasar penentu mereka dalam menarik pasukan.

Pihak militan dari pemerintahan Suriah pun mengumumkan tentang penarikan pasukan dari kota yang sudah dikuasai. Mereka berniat untuk berkumpul dan mempersiapkan pertahanan yang lebih efektif lagi di kemudian hari.

Berkaitan dengan kemunduran pasukan Suriah, Sabtu (30/11/2024) lalu, tentara Suriah mengklaim bahwa posisi tetap pos pemberontak tidak ada berkat adanya pengeboman. Mereka berjanji pula untuk mengusir pasukan lawan dan memulihkan kembali kondisi wilayahnya.

4. 1 Desember 2024 – Pemberontak dikabarkan menduduki Istana Presiden Al-Assad

Aksi pemberontakan di Aleppo, Suriah, menargetkan gedung-gedung pemerintahan, salah satunya istana kepresidenan. Menurut The Jerusalem Post, para pemberontak mengumumkan telah menduduki Istana Presiden Bashar Al-Assad di Kota Aleppo, pada Minggu (1/12/2024) sore.

Menyusul pemberitaan itu, Presiden Al-Assad menegaskan bahwa akan memberikan serangan balasan dan merebut kembali Aleppo.

5. 1 - 2 Desember 2024 – Militer Suriah kirim serangan balik untuk merebut Aleppo

Janji serangan balik yang sudah dibicarakan oleh militer pemerintahan Suriah benar-benar diluncurkan. Mereka menyerang balik kubu pemberontak dengan serangan udara pada Minggu (1/12/2024).

Menurut pemantau perang, pihak Suriah telah membangun benteng pertahanan di bagian Hama Utara untuk menghadang pemberontak. Ada keterlibatan Rusia dalam upaya menumpas para pemberontak tersebut.

Sebagaimana dikutip dari akun X milik oposisi Suriah, Senin (2/12/2024) WIB, ada 25 orang tewas karena serangan Rusia dan Suriah di bagian barat laut. Namun pastinya, Suriah berhasil memundurkan pihak kontranya.

Apakah Pemberontakan Suriah 2024 Picu Perang Saudara?

Aksi pemberontakan di Suriah 2024 dikhawatirkan dapat memicu perang saudara seperti yang terjadi 13 tahun lalu. Jika perang saudara terjadi, maka akan menambah gejolak dan konflik yang terjadi di Timur Tengah.

Perang saudara besar di Suriah pernah terjadi pada 2011. Berdasarkan pemberontakan dari kubu oposisi terhadap pemerintahan sah Suriah kubu Al-Assad, dikhawatirkan konflik berujung perang saudara lanjutan.

Bukan hanya itu, diklaim juga adanya keterkaitan antara pemberontakan di Suriah dengan berbagai perang lain yang kini sedang berlangsung. Dinukil dari English Ahram, pemberontak mungkin meluncurkan aksi lantaran pasukan Iran mundur dan melemahnya tentara Suriah.

Perlu diketahui bahwa Iran sedang sibuk mendukung Hizbullah, pihak yang sedang bertempur sengit dengan Israel beberapa waktu lalu. Adapun pemberontakan diluncurkan ketika gencatan senjata Israel-Hizbullah berlangsung.

Tujuan utama mereka pun diklaim untuk mendorong Iran dari negara Suriah. Melalui cara ini, Iran tidak bisa turut serta membantu pemerintahan Suriah dalam mempertahankan keamanan maupun kemiliterannya.

Baca juga artikel terkait INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yonada Nancy & Dipna Videlia Putsanra