tirto.id - Kelompok Islam Sunni Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) melakukan pemberontakan di Suriah selama sepekan terakhir. Apa itu Hay’at Tahrir al-Sham dan kenapa memberontak di Suriah?
Pemberontakan kelompok Hay’at Tahrir al Sham dilakukan melalui serangan besar-besaran, di daerah Aleppo Barat, Suriah, pada Rabu (27/11/2024). Serangan mendadak ini diklaim oleh para pemberontak sebagai bentuk “Pencegahan Agresi” terhadap kegiatan militer rezim Bashar al-Assad.
Pemberontakan Suriah berlanjut hingga pendudukan wilayah Provinsi Aleppo, oleh massa pemberontak, Jumat (29/11/2024). Kondisi ini mengharuskan tentara al-Assad mundur dari pertempuran, mempersiapkan berbagai hal demi serangan balik.
Dinukil dari The Jerusalem Post, HTS juga sempat menginformasikan bahwa mereka sudah berhasil menguasai gedung Istana Presiden Suriah, pada Minggu (1/12/2024). Informasi ini menjadi pemicu pula dalam upaya penyerangan balik Suriah.
Pemberontakan yang dikhawatirkan memicu perang saudara ini sudah mengakibatkan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Mengutip The Guardians, siaran televisi setempat melaporkan bahwa pemberontak HTS yang tewas selama sepekan terakhir ada lebih dari 1.000.
Apa Itu Ha'yat Tahrir al-Sham?
Ha'yat Tahrir al-Sham merupakan organisasi bersenjata beraliran Islam Sunni, yang berbasis di Suriah. Hayat Tahrir al-Sham punya sejarah panjang dalam konflik di Suriah.
Dikutip dari BBC, Hay’at Tahrir al-Sham adalah kelompok yang memotori serangkaian pemberontakan di Suriah. Sebelum dikenal sebagai HTS, kelompok ini pertama kali dibentuk dengan nama Jabhat al-Nusra (Front Nusrah).
Jabhat al-Nusra didirikan pada 2011 silam sebagai salah satu afiliasi kelompok Al-Qaeda. Salah satu pendirinya adalah Abu Bakr al-Baghdad, seorang pemimpin kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
HTS dikenal selalu berada di sisi yang kontra dengan, Bashar Al-Assad, Presiden Suriah yang menjabat sejak 24 tahun terakhir. Kelompok ini terus mendesak agar Al-Assad mundur dan mengakhiri rezimnya di negara tersebut.
HTS ini bergerak melalui ideologi jihadis sesuai pandangan Islam yang menurut mereka benar. Beberapa ahli menilai bahwa paham HTS bertentangan dengan prinsip revolusioner.
Perubahan nama dari Jabhat al-Nusra menjadi Hay’at Tahrir al-Sham baru resmi dilakukan pada 2016. Penggantian nama itu bertepatan dengan Pemimpin kelompok, Abu Mohammed al-Jawlani, memutuskan hubungannya dengan Al-Qaeda.
Konflik mereka dengan rezim Al-Assad masih berlanjut hingga saat ini. Pemberontakan HTS pada 2011 merupakan salah satu yang terbesar dan terburuk sepanjang sejarah Suriah.
Pemberontakan HTS 13 tahun lalu dinilai sebagai pemicu Perang Saudara Suriah. Perang tersebut berhenti pada 2020, menyusul perjanjian gencatan senjata yang difasilitasi oleh Rusia sebagai sekutu Assad dan Turki sebagai pendukung HTS.
Sayangnya, belum lima tahun sejak kesepakatan disetujui, pemberontakan HTS kembali pecah di akhir November 2024. Kondisi ini tentu mengancam keamanan wilayah Suriah, khususnya bagi warga sipil.
Pemberontakan HTS selama sepekan terakhir sekaligus memecah fokus pemerintah Suriah yang kini dipimpin oleh Al-Assad. Pasalnya, saat ini Suriah juga terlibat eskalasi perang dengan Israel.
Kenapa Ha'yat Tahrir al-Sham Memberontak di Suriah?
Pemberontakan HTS secara umum sama seperti punya tujuan untuk menggantikan pemerintahan dengan pemimpin yang punya ideologi sepaham. Dengan kata lain, mereka ingin Suriah dipimpin oleh pemerintahan sesuai dasar ideologi berupa hukum Islam.
Kelompok Islam Sunni yang berbasis di bagian utara Suriah ini telah meluncurkan berbagai pemberontakan di Suriah. Pada awalnya, konflik berjalan antara kelompok mereka dengan Assad, ISIS, Front Nusrah, dan faksi-faksi lain.
Dinukil dari data National Counterterrorism Center, mereka kerap menjalankan aksi lewat perebutan wilayah, penghasilan, hingga melawan rezim. Adapun sejak 2016 silam, Front Nusrah memisahkan diri dari hubungannya dengan Al-Qaeda.
Sejak saat itu, mereka membangun 10 Pemerintahan Keselamatan Suriah yang tugasnya mengatur berbagai daerah. Mereka menjalankan aksi untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya