tirto.id - Sosok pemimpin Hizbullah, Hasan Nasrallah dan rekam jejaknya menjadi perhatian usai muncul memberikan pidato terkait perang Israel-Hamas Palestina yang ditayangkan melalui siaran langsung televisi pada Jumat, 3 November 2023.
Nasrallah memulai pidatonya dengan memuji "para syuhada yang gugur" dari Hizbullah dan kelompok-kelompok lain yang berperang melawan Israel, serta warga sipil yang terbunuh.
Aljazeera melaporkan, dia juga berterima kasih kepada "tangan-tangan kuat dan berani dari Irak dan Yaman yang kini terlibat dalam perang suci ini."
Pernyataan itu merujuk kepada kelompok-kelompok bersenjata di kedua negara tersebut, termasuk Houthi di Yaman, yang merupakan sekutu Hizbullah dan telah melancarkan serangan-serangan terhadap Israel atau Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir.
Nasrallah menggambarkan serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, di mana lebih dari 1.400 orang terbunuh, sebagai "peristiwa besar untuk mengguncang rezim penindas... penjajah, perampas kekuasaan Zionis dan para pendukungnya di Washington dan London".
Dia mengatakan bahwa "operasi itu 100 persen dari Palestina dalam hal keputusan dan eksekusi."
"Unsur kerahasiaan adalah kunci keberhasilan operasi yang tegas ini, ini merupakan kejutan, kejutan yang mengejutkan, tidak seperti yang diasumsikan oleh banyak orang."
Nasrallah mengingatkan setiap orang yang mendengarkan pidatonya itu tentang keterlibatan Hizbullah dalam perang melawan Israel.
"Mereka mengatakan [saya] akan mengumumkan bahwa kita akan memasuki perang," katanya. Tapi "kita telah memasuki pertempuran sejak 8 Oktober."
Sejak saat itu, kata Nasrallah, lebih dari 70 orang telah tewas di pihak Lebanon. Sebagian besar dari mereka yang tewas adalah pejuang Hizbullah, meskipun ada juga warga sipil dan seorang wartawan Reuters.
Israel mengatakan enam tentara dan satu warga sipil tewas di pihaknya, meskipun Hizbullah mengklaim telah membunuh atau melukai 120 tentara Israel.
Profil Hassan Nasrallah Pimpinan Hizbullah
Hassan Nasrallah dilahirkan di Beirut, Lebanon pada 31 Agustus 1960. Dia merupakan milisi dan pemimpin politik Lebanon yang menjabat sebagai pemimpin atau Sekretaris Jenderal Hizbullah sejak 1992.
Britannica menulis, Nasrallah dibesarkan di distrik Karantina yang miskin di Beirut timur, di mana ayahnya mengelola sebuah toko kelontong kecil. Sebagai seorang anak laki-laki, Nasrallah adalah seorang siswa yang sungguh-sungguh dalam mempelajari Islam.
Setelah pecahnya perang saudara di Lebanon pada tahun 1975 yang menyebabkan keluarganya mengungsi ke selatan Beirut, Nasrallah bergabung dengan Amal, sebuah kelompok paramiliter Syiah Lebanon yang memiliki hubungan dengan Iran dan Suriah.
Segera setelah itu, ia pergi ke Najaf, Irak, untuk belajar di seminari Syiah di sana. Setelah pengusiran ratusan mahasiswa Lebanon dari Irak pada tahun 1978, ia kembali ke Lebanon dan bertempur bersama Amal, menjadi komandan lembah Al-Biqa'iyyah.
Setelah invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982, Nasrallah meninggalkan Amal untuk bergabung dengan gerakan Hizbullah yang baru lahir, yang dipengaruhi oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini dan Revolusi Islam 1979 di Iran.
Pada akhir 1980-an, Nasrallah naik pangkat di jajaran militer Hizbullah dan menjadi tokoh utama dalam bentrokan Hizbullah dengan Amal.
Ketika potensi kepemimpinannya menjadi jelas, ia pergi ke Iran untuk melanjutkan pendidikan agamanya di Qom.
Dia kemudian kembali ke medan perang di Lebanon pada tahun 1989 hingga akhir perang saudara di tahun berikutnya. Dia mengambil alih kepemimpinan Hizbullah pada tahun 1992 setelah pendahulunya, Syekh Abbas al-Musawi, terbunuh oleh rudal Israel.
Rekam Jejak Hassan Nasrallah Pemimpin Hizbullah
Ketika menjadi sekretaris jenderal Hizbullah, Nasrallah tidak memiliki kredensial seperti para pendahulunya, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di seminari-seminari agama, dan pengangkatannya ke jabatan tersebut mengguncang beberapa pihak di dalam organisasi.
Council on Foreign Relations melaporkan, Nasrallah memenangkan dukungan akar rumput yang luas dengan mengembangkan jaringan kesejahteraan sosial yang menyediakan sekolah, klinik, dan perumahan di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya Syiah di Lebanon.
Nasrallah juga memimpin Hizbullah pada saat penarikan Israel dari Lebanon. Meskipun ia tidak dapat mengklaim kredit penuh atas operasi militer yang dilancarkan Hizbullah, ia sebagian besar bertanggung jawab atas kampanye propaganda yang memenangkan dukungan Syiah Hizbullah secara luas dan membantu memburuknya opini publik Israel terhadap pendudukan Lebanon.
Penarikan diri Israel menyebabkan popularitas Nasrallah melonjak baik di Lebanon maupun di seluruh dunia Arab. Meskipun Hizbullah telah menduduki kursi di parlemen Lebanon sejak awal 1990-an, penghargaan baru ini memberi Nasrallah modal politik yang lebih besar.
Pada bulan Januari 2004, Nasrallah mengatur kesepakatan pertukaran tawanan dengan Israel, yang memungkinkan pembebasan lebih dari empat ratus tawanan Palestina, Lebanon, dan tawanan Arab lainnya.
Pada pemilihan parlemen 2005, jajak pendapat pertama yang diadakan setelah Suriah mengakhiri pendudukannya selama dua puluh sembilan tahun di Lebanon, Hizbullah meraih keuntungan besar dan bahkan memenangkan dua kursi kabinet.
Ketika Suriah dan Israel menarik diri dari Lebanon, Hizbullah mulai "memposisikan diri sebagai organisasi nasionalis Lebanon," kata Hussein Ibish, direktur komunikasi untuk Komite Anti Diskriminasi Amerika-Arab. Tahun berikutnya, Nasrallah mengatakan, "Selama masih ada pejuang yang siap mati syahid, negara ini akan tetap aman."
Pada Juli 2006, Israel melancarkan serangan ke Lebanon selatan sebagai tanggapan atas agresi Hizbullah terhadap tentara Israel yang berpatroli di perbatasan. Perang selama sebulan pun terjadi, di mana Nasrallah dipuji oleh banyak pihak di dunia Arab atas perlawanan keras Hizbullah terhadap tentara Israel.
Dalam sebuah rapat umum setelah pertempuran berakhir, Nasrallah mendeklarasikan "kemenangan ilahi, bersejarah, dan strategis" atas Israel dan menolak untuk menyerahkan senjata. Hizbullah lantas memenangkan dukungan luas di Lebanon dan sekitarnya.
Pasca peristiwa itu, reputasi Nasrallah semakin meningkat secara lokal dengan membantu membangun kembali rumah-rumah warga Lebanon yang mengungsi akibat pertempuran.
Namun Nasrallah juga menghadapi kritik dari sejumlah politisi Lebanon. Para pemimpin negara di seluruh dunia telah menyatakan keraguan mereka terhadap aktivitas Hizbullah, yang termasuk merebut sebagian besar wilayah barat Beirut pada bulan Mei 2008.
Setelah pengambilalihan tersebut, parlemen Lebanon menyetujui kabinet persatuan nasional. Hizbullah diberi sebelas dari tiga puluh kursi kabinet dan hak veto.
Bahkan setelah kalah dari koalisi 14 Maret yang pro-Barat dalam pemilihan parlemen Juni 2009, oposisi yang dipimpin Hizbullah mampu mempertahankan hak veto di dalam kabinet setelah mencapai kesepakatan dengan Perdana Menteri Saad Hariri.
Pada bulan Desember 2009, pemerintah persatuan nasional di bawah Hariri mengadopsi sebuah undang-undang yang mengizinkan Hizbullah untuk tetap memiliki senjatanya.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto