tirto.id - Green Brigade selama ini bersuara lantang dalam memberikan dukungan untuk Palestina. Meskipun kerap mendapatkan hukuman, kelompok suporter klub sepakbola Celtic itu tak henti-hentinya beraksi di atas tribun maupun di luar stadion.
Pada tahun 2014 dan 2016, Green Brigade Celtic pernah mengibarkan bendera Palestina. Aksi mereka langsung membuahkan denda untuk klub.
Celtic harus membayar sanksi sebesar £8.600 kepada UEFA dan menutup area stadion yang ditempati Green Brigade dalam laga kualifikasi Liga Champions 2017 melawan Rosenborg.
Namun, hukuman tersebut dibalas lewat aksi penggalangan dana sebesar £176.000 yang didonasikan untuk badan amal Medical Aid for Palestine dan Lajee Centre di Kamp Pengungsi Aida di Tepi Barat.
Di tengah situasi yang memanas antara Israel-Hamas sejak Sabtu (7/10/2023), Green Brigade kembali melakukan tindakan yang sama.
Mereka membentangkan bendera Palestina pada pertandingan kontra Atletico Madrid dalam duel Liga Champions 2023/2024, Kamis, (26/10), di Celtic Park, Glasgow, Skotlandia.
Kendati sudah ada larangan dari pihak klub, Green Brigade tetap keukeuh. Mereka beramai-ramai membentangkan bendera Palestina baik di dalam stadion maupun di luar.
Siapa Green Brigade?
Menurut laporan BBC, Green Brigade dibentuk pada 2006 dan mempunyai anggota sebanyak 1.500 suporter Celtic. Sebanyak 250 orang terdaftar secara resmi di klub.
Mereka termasuk kelompok Ultras dan mempunyai tiket musiman. Anggota Green Brigade biasa berdiri di area Rail Seating Section, tribun utara Stadion Celtic Park.
Selama ini, Green Brigade terkenal sebagai kelompok suporter yang menampilkan koreografi di tribun penonton disertai suara drum. Mereka juga bernyanyi dan menyalakan kembang api.
Anggota Green Brigade kerap menyembunyikan identitasnya dengan cara foto yang diburamkan. Sejumlah anggota Green Brigade juga sudah dicabut tiket musimannya karena sejumlah kasus.
Pihak klub sebenarnya sudah berkali-kali melarang untuk membawa bendera Palestina ke dalam stadion. Akan tetapi, kelompok ini tetap bersikeras menyuarakan dukungan lewat tribun.
Alasan Suporter Celtic Mendukung Palestina
Pasca pertandingan kontra Atletico Madrid, pihak klub kini melarang Green Brigade untuk menghadiri seluruh pertandingan kandang Celtic.
Mereka membeberkan sejumlah alasan, seperti perilaku anti-sosial, penggunaan kembang api dan yang utama adalah saat melawan Atletico Madrid.
"Itu hanya sebuah tabir. Klub sangat pintar dan sinis. Mereka ingin memberikan sanksi kepada kami, mereka ingin menghukum kami. Mereka ingin mengirimkan pesan agar membuat kami tetap berada di jalur yang benar dan mencegah kami melakukan tindakan," ucap pernyataan Green Brigade kepada Al-Jazeera.
Menurut klaim Green Brigade, pejabat senior Celtic sempat mengungkapkan bahwa mereka juga sangat memperhatikan citra perusahaan dan tanggung jawab terhadap para pemegang saham.
"Namun, kami tidak malu dan tidak ragu-ragu dalam memberikan dukungan untuk Palestina dan akan terus berlanjut," lanjut mereka.
Mengutip laman The Athletic, mayoritas pendukung klub ini dinilai sayap kiri dan banyak yang menganggap diri sebagai klub imigran, sehingga lebih pro-imigrasi, pro-pengungsi, dan telah menjadi pro-Palestina selama beberapa tahun.
Celtic sebelumnya juga didirikan atas inisiasi para imigran Irlandia di Glasgow. Mereka mengumpulkan dana untuk keluarga miskin dan para penggemar yang telah lama memiliki hubungan atas dasar tujuan sosial dan politik.
Irlandia sendiri dikaitkan sebagai negara yang memiliki kedekatan dengan Palestina dan ada pula dukungan kuat dari Irlandia Utara.
Sebelum ramai dukungan tentang Palestina, anggota Green Brigade juga pernah menunjukkan kaos/spanduk pro-IRA atau menyanyikan lagu pro-IRA. Hal ini berujung pada dakwaan dari UEFA.
Mereka juga pernah membentangkan spanduk dengan tulisan "Teroris atau pemimpi? Biadab atau pemberani?".
Hal ini merujuk pada William Wallace, seorang pemimpin Perang Pertama Kemerdekaan Skotlandia pada abad ke-13 yang dibandingkan dengan Bobby Sands, anggota IRA yang meninggal karena mogok makan di penjara tahun 1981.
Neil Lennon, manajer Celtic, sekaligus mantan pemain internasional Irlandia Utara saat itu, turut mengecam tindakan tersebut.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra