Menuju konten utama

Apa Penyebab Perang Israel dan Palestina di Tahun 2023?

Apa penyebab serangan Israel ke Palestina pada tahun 2023? Serangan Israel ke Palestina telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu.

Apa Penyebab Perang Israel dan Palestina di Tahun 2023?
Sejumlah orang menggendong jasad anak-anak korban serangan Israel dan kelompok Islam Palestina Hamas di Khan Younis di selatan Jalur Gaza (23/10/2023). FOTO/Reuters

tirto.id - Konflik Palestina dan Israel menyebabkan ribuan orang meninggal dunia, serta jutaan orang lainnya mengungsi. Apa penyebab perang Israel dan Palestina di tahun 2023?

Berdasarkan laporan dari Aljazeera, serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia, Gaza, menyebabkan warga sipil menjadi korban. PBB menyebutnya sebagai kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel.

Selain terus membombardir wilayah Gaza, militer Israel juga mengklaim bahwa pasukannya telah berada di pintu masuk Kota Gaza. Hal tersebut sesuai rencana Israel yang akan melakukan serangan darat.

Israel juga telah memblokir akses bantuan dari luar untuk warga Palestina yang berada di Gaza. Dampaknya, banyak rumah sakit yang tidak bisa beroperasi karena kehabisan sumber daya.

Kendati demikian, ada salah satu akses yang dapat dimanfaatkan oleh warga negara asing dan warga Palestina yang membutuhkan perawatan medis untuk meninggalkan Gaza melalui penyeberangan perbatasan Rafah ke Mesir.

Apa Sebenarnya Penyebab Perang Israel dan Palestina Tahun 2023?

Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok militan Palestina yang dipimpin oleh Hamas melancarkan invasi dan serangan besar-besaran terhadap Israel dari Jalur Gaza.

Pasukan Hamas menembus tembok pembatas Gaza-Israel dan memaksa masuk melalui penyeberangan perbatasan Gaza, ke pemukiman terdekat dan instalasi militer Israel.

Serangan Hamas tersebut menyebutkan sebagai Operasi Badai Al-Aqsa. Dalam sepanjang sejarah konflik Israel-Palestina, hal tersebut merupakan konflik pertama di wilayah Israel sejak Perang Arab-Israel tahun 1948.

Penyerangan di wilayah Israel terjadi pagi hari. Serangan yang dilakukan oleh Hamas dengan menembakkan roket. Setelah melakukan serangan tersebut, kendaraan taktis milik Hamas masuk ke wilayah Israel, dengan beberapa serangan terhadap warga sipil Israel di sekitar dan pangkalan militer Israel.

Aksi serangan Hamas tersebut, menurut laporan Washington Post sebagai awal Intifadah Palestina yang ketiga. Selain itu, serangan ini merupakan serangan paling mematikan sejak Perang Yom Kippur tahun 1973, yang terjadi hampir tepat lima puluh tahun sebelum serangan tahun 2023.

Atas serangan tersebut, Israel meresponsnya dengan mendeklarasikan perang terhadap Hamas. Israel tidak akan diam dan akan membalas apa yang tidak diperkirakan oleh Hamas.

Serangan balasan yang dilakukan oleh Israel sebagai Operasi Pedang Besi oleh IDF. Dengan serangan balasan yang sudah dilancarkan oleh Israel ini, ada sekitar 8.000 orang Palestina meninggal dunia. Korban didominasi oleh anak-anak dan perempuan.

Update Terkini Gencatan Senjata Hamas dan Israel

Negara-negara Amerika Latin telah mengambil sikap untuk mendukung Palestina, melansir Aljazeera, bahwa beberapa negara seperti Kolombia dan Chili telah memanggil pulang duta besar mereka dari Israel.

Begitu pula dengan Argentina mengutuk serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia, dan Bolivia memutuskan hubungan dengan Israel.

Langkah-langkah tersebut dilakukan ketika Yordania, salah satu negara Arab pertama yang menjalin hubungan dengan Israel, memanggil pulang duta besarnya sehubungan dengan perang tersebut.

Kantor urusan kemanusiaan PBB mengatakan bahwa tingkat kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki telah meningkat dua kali lipat sejak 7 Oktober, dengan rata-rata tujuh serangan per hari.

Pertempuran lintas batas terus berlanjut antara Israel dan pejuang Hizbullah di Lebanon, sementara Houthi Yaman telah mengklaim peluncuran pesawat tak berawak yang menargetkan Israel. Perkembangan terbaru ini menggarisbawahi risiko eskalasi yang lebih luas dalam.

Baca juga artikel terkait ISRAEL PALESTINA atau tulisan lainnya dari Sulthoni

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Sulthoni
Penulis: Sulthoni
Editor: Dipna Videlia Putsanra