tirto.id - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas), menyarankan agar para petani mengembangkan tanaman perkebunan, seperti kelapa, kopi, kakao, hingga cengkeh. Ia beralasan, nilai tukar petani (NTP), khususnya untuk petani perkebunan rakyat dari komoditas-komoditas tersebut, tengah melambung tinggi beberapa waktu terakhir.
“Ini ada yang menarik. Tanaman perkebunan rakyat itu nilainya 156. Jadi, saudara-saudara Kepala Desa, program kita akan swasembada pangan tidak hanya beras. Beras wajib. Tapi kita akan ngembangkan juga satu, karena ini nilainya tinggi sekali. Tanaman kelapa,” kata Zulhas dalam acara Gerakan Nasional Pangan Merah Putih menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan dan Penandatanganan Nota Kesepahaman, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai tukar petani perkebunan rakyat (NTPR) pada Oktober 2024 tercatat sebesar 156,32 poin, naik 1,65 persen dari bulan sebelumnya yang sebesar 153,79 poin.
Selain sedang mengalami lonjakan NTPR, komoditas kelapa juga cukup mudah dikembangkan. Zulhas mengibaratkan kelapa adalah buah yang mampu tumbuh dengan sendirinya atas kehendak Tuhan dan manusia hanya tinggal mengambil buahnya yang berjatuhan. Dengan mudahnya pengembangan perkebunan kelapa, Indonesia berhasil mengekspor kelapa dengan nilai valuasi mencapai 2 miliar dolar Amerika Serikat.
“Karena Tiongkok, sekarang Eropa minum susu bukan sebagian besar, bukan dari hewan. Minum susu sebagian besar dari kelapa. Jadi kelapa akan laku sekali. Jadi kalau Bapak tanam kelapa, kalau bisa yang 4 meter sudah buah. Jangan sampai 15 meter baru buah. Kelamaan,” imbuhnya.
Sama halnya dengan kelapa, coklat atau kakao juga menjadi tanaman perkebunan lainnya yang cukup mudah dibiakkan. Hal itu terbukti dari volume ekspor kakao Indonesia pada 2023 yang mencapai 641 ribu ton dan dengan nilaira Tujuan utama mencakup Amerika Serikat, India, Cina, Estonia, dan Malaysia.
“Atau tanam kopi. Nilai tukar tanam kopi 153. Jadi kalau Bapak punya 1 hektar tanaman kopi, sudah bisa beli mobil 10 tahun. Bisa menyekolahkan anak ke Jawa. Dua tahun, tiga tahun bisa pergi umroh. Karena nilai tukarnya tinggi sekali. Kopi, kelapa yang hari-hari kita lihat kita punya. Cengkeh, apalagi. Coklat,” tegas Zulhas.
Selain berbagai komoditas tersebut, para petani juga bisa menanam komoditas perkebunan lainnya yang telah disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah tempat mereka tinggal. Ia mencontohkan, petani dari Sumatera dapat mengembangkan perkebunan lada putih dan lada hitam karena di daerah itu kaya dengan dua komoditas perkebunan tersebut. Sementara itu, petani Jawa bisa menanam cabai, bawang putih, bawang merah dan komoditas lain karena daerah Jawa yang memiliki tempratur cukup tinggi.
“Di bawah Pak Mentan pertanian, Pak Yandri Menteri Desa, dipimpin oleh Pak Presiden kita yang sudah mengkampanyekan swasembada pangan 2028 dan menjadikan Indonesia yang maju 10-15 tahun mendatang, insya Allah, kita bisa capai. Saudara-saudara, harapan kita kepala desa tokoh sentral di desanya,” pungkasnya.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Andrian Pratama Taher