tirto.id - Dinamika politik jelang pemilihan umum serentak terus memanas. Terbaru adalah pernyataan politikus Partai Nasdem yang menyebut ada upaya menjauhkan Presiden Joko Widodo dengan Anies Baswedan, bakal capres yang diusung parpol besutan Surya Paloh itu.
Hal itu diungkapkan Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Nasdem, Hermawi Taslim. Ia menyebut hal itu dilakukan politikus di salah satu partai yang terus 'mengompori' agar Jokowi dan Anies jauh.
“Ini banyak juga politik kompor, maaf saya harus bilang ada oknum di partai itu, hanya itu yang ngomong. Itu terus yang ngomong, yang lain tidak ngomong, coba menjauhkan Anies dengan Jokowi membangun narasi-narasi kebencian,” kata Taslim dalam acara Ngopi dari Seberang Istana yang ditayangkan di Youtube Survei Kedaikopi.
Taslim menilai, upaya pengomporan tersebut gagal karena Jokowi bertemu dengan Anies di Istana Negara, Jumat (21/10/2022). Ia mengingatkan bahwa Jokowi tentu sudah berkalkulasi matang untuk bertemu Anies.
“Faktanya Pak Anies diterima oleh Jokowi. Tidak sembarang juga Pak Jokowi nerima orang, kan? Tidak sembarang juga. Pasti penuh perhitungan, penuh keyakinan,” kata Taslim menambahkan.
Taslim pun menduga pertemuan tersebut baru berlangsung karena Jokowi dan Anies sebelumnya berstatus sebagai atasan dan bawahan. Ia yakin, Jokowi dan Anies tidak ingin membangun spekulasi karena bertemu saat mereka berstatus atasan dan bawahan.
“Kenapa baru sekarang? Ya karena sekarang hubungannya sudah hubungan person. Kalau dulu, kan, gubernur atas bawah. Coba Anda bisa bayangkan kalau Pak Anies diterima sebelum 16 Oktober, ramai,” kata Taslim.
Taslim mengaku senang karena upaya pengomporan tidak berhasil. “Jadi yang kita happy sekarang adalah upaya-upaya pengomporan presiden tidak mempan, politik kompor tidak laku dan di situlah kematangan, di situlah kematangan kita sebagai sebuah bangsa. Tidak mudah [dikompori]” kata Taslim.
Pernyataan politikus Nasdem tersebut tentu menimbulkan pertanyaan “ada apa di balik narasi upaya menjauhkan Presiden Jokowi dari Anies Baswedan?”
Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median), Rico Marbun menilai, hubungan Anies dan Jokowi sebenarnya sudah jauh usai eks menteri Jokowi itu resmi menjadi gubernur DKI. Ia sebut ada konflik secara tidak kasat mata antara Jokowi dan Anies serta terasa hingga ke kelompok grass root.
Menurut Rico, upaya menjauhkan Anies dari Jokowi agar Nasdem tidak mendapat keuntungan politik saat dekat dengan suami Iriana tersebut.
“Bila Nasdem merasa ada manuver yang menjauhkan paket (Nasdem-Anies) dengan presiden, ya itu karena memang alamiah pertarungan partai dan kandidat capres menuju 2024. Bila Jokowi berhasil dibuat semakin menjauh dengan Anies dan Nasdem, tentu yang mendapat keuntungan adalah koalisi partai dan kandidat yang dipersepsikan mendapat blessing atau restu Pak Jokowi,” kata Rico kepada Tirto, Senin (24/10/2022).
Rico mengatakan, kedekatan dengan Jokowi akan membawa sejumlah keuntungan. Pertama, kandidat akan mendapatkan suara pendukung Jokowi di 2019 bila memperoleh restu mantan Wali Kota Solo itu. Kedua, mereka yang dekat dengan Jokowi akan mendapatkan logistik dan jaringan strategis Jokowi.
“Dua hal itu bisa mengalir ke partai dan kandidat yang mendapat restu presiden,” kata Rico menambahkan.
Nasdem, dalam kacamata Rico tengah berkalkulasi dan berhitung secara berani dengan mendukung Anies yang berbeda kubu dengan Jokowi. Namun kalkulasi Nasdem tidak lepas dari upaya mereka untuk tetap bertahan dalam Pemilu 2024.
Menurut Rico, Nasdem perlu tokoh untuk bisa mendongkrak suara di Pemilu 2024. Oleh karena itu, Rico melihat Nasdem memilih Anies dan berupaya mencaplok keuntungan oposisi.
Kini, Nasdem berupaya untuk mengambil benefit elektoral dari Jokowi, tetapi dihalang-halangi kelompok koalisi lainnya. Ia mengingatkan ada koalisi lain di tubuh kabinet yakni koalisi PKB-Gerindra, Koalisi Indonesia Bersatu atau KIB maupun PDIP.
“Ya tone ini bisa dibaca sekarang sedang ada perebutan itu [...] Sulit ini soalnya, kan, hampir secara keseluruhan selain Nasdem," kata Rico.
Rico menambahkan, “Saya pikir hampir semua partai bisa memanfaatkan keputusan Nasdem memilih Anies karena Anies ini simbol paling radikal dari opoisisi terhadap Jokowi.”
Sementara itu, pemerhati komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silvanus Alvin justru menilai bahwa jauhnya hubungan Jokowi dan Anies bukan akibat dijauhkan, melainkan memang Jokowi yang menjauh. Ia beralasan, Jokowi fokus pada masalah bangsa daripada urusan politik.
“Jokowi sebagai presiden di periode 2, saya lihat lebih ingin fokus pada urusan bangsa. Apalagi Jokowi sendiri yang menyatakan 2023 rawan resesi, tentu urusan politik dan hubungan personal bisa dikesampingkan demi kepentingan bangsa,” kata Alvin kepada Tirto.
Alvin menilai, Nasdem ingin membangun hubungan dengan Jokowi karena posisi mantan Wali Kota Solo itu sebagai representasi king maker di Pemilu 2024. Selain itu, kedekatan dengan Jokowi akan membawa efek elektoral kepada Anies.
Di sisi lain, kata Alvin, ada kelompok yang tidak ingin Anies berhubungan dengan Jokowi agar tidak ada kesinambungan pembangunan.
“Betul ada dampak elektoral pada Anies karena kedekatan. Tetapi dari sini, saya melihat bahwa Jokowi yang tidak mau condong ke salah satu kandidat dan sebaiknya dihilangkan pemahaman bahwa Anies adalah antitesis Jokowi karena hal tersebut akan menimbulkan polarisasi," kata Alvin.
Ia menduga, ada pihak yang mengambil untung dari hubungan Anies-Jokowi lewat tuduhan politik kompor oleh Nasdem. Ia tidak tahu siapa pihak dimaksud, tetapi ada motif politik di balik isu tersebut.
“Motif politik di balik isu ini diangkat tentunya Nasdem tidak mau Anies punya hubungan kurang baik dengan Jokowi selaku presiden saat ini. Karena kriteria presiden berikutnya adalah keberlanjutan pembangunan dan program," kata Alvin.
Alvin menyarankan agar elite yang dimaksud Nasdem tersebut dibuka supaya tidak ada salah kaprah. “Klaim politik kompor saya rasa perlu dibuka ke publik supaya tidak jadi isu liar,” tutur Alvin.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz