Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Motif di Balik Perebutan Ridwan Kamil oleh Golkar dan PAN

Wasisto sebut Kang Emil adalah figur populer di Jawa Barat yang notabene daerah dengan lumbung suara signifikan.

Motif di Balik Perebutan Ridwan Kamil oleh Golkar dan PAN
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil memberikan sambutan saat Siaran Keliling (Sarling) di Lapang Astana Gede, Kawali, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/rwa.

tirto.id - Nama Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil menjadi perhatian. Pria yang karib disapa Kang Emil itu kini menjadi rebutan dua partai anggota Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), yakni Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN). Hal ini tidak lepas dari kabar Kang Emil yang akan masuk parpol akhir tahun ini.

Wakil Ketua Umum DPP PAN, Yandri Susanto mengklaim bahwa Kang Emil akan bergabung dengan parpol besutan Zulkifli Hasan tersebut. Yandri menyebut, kabar Ridwan Kamil akan mendaftar ke Golkar hanya sebatas isu.

“Setahu saya RK (Ridwan Kamil) itu masuk PAN. Artinya apabila masuk ke Golkar itu masih isu saja," kata Yandri pada Selasa (20/12/2022).

Yandri menilai, partai berlambang matahari itu layak menjadi rumah bagi Kang Emil. “Makanya, kami juga mau menarik RK. Karena sampai saat ini masih isu. Ya sudah tunggu saja kepastiannya nanti,” kata Yandri.

Yandri menambahkan, posisi Kang Emil semakin layak di PAN karena kader PAN ingin mengusungnya sebagai kandidat calon presiden. Nama Ridwan Kamil bersanding dengan Anies Baswedan, Ganjar Pranowo hingga Zulkifli Hasan.

“Artinya dinamika ini terus kami pantau. Sebenarnya ini maunya akar rumput. Walaupun apa yang dikehendaki oleh PAN tidak bisa menjadi kata mati dan berhenti pada salah satu nama saja," ujarnya.

Klam berbeda diungkapkan Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia. Ia menyebut Kang Emil sudah menjadi bagian dari Partai Golkar. Hal itu dikarenakan Ridwan Kamil sudah menjadi anggota Kosgoro 1957 yang merupakan sayap dari Golkar.

“Ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Partai Golkar, jadi sebenarnya begitu seseorang menjadi anggota ormas yang didirikan maupun yang mendirikan Partai Golkar, maka anggotanya menjadi bagian dari Golkar," kata Doli.

Masuknya Ridwan Kamil dalam Ormas Kosgoro 1957 sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Selama durasi waktu tersebut Ridwan Kamil sudah menjaga komunikasi intens dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

“Sudah dua minggu lalu komunikasi Ketua Umum Airlangga Hartarto di Bandung," jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengaku masih menunggu sikap resmi Kang Emil untuk masuk Golkar atau tidak. Akan tetapi, sebagaimana ujaran Doli, Kang Emil sudah masuk Kosgoro sehingga menunggu waktu masuk Golkar.

“Kami masih tunggu, sudah masuk Kosgoro, tinggal masuk Golkar," kata Airlangga saat ditemui di kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta Pusat, Senin (19/12/2022).

Airlangga menjelaskan bahwa pihaknya masih menunggu deklarasi resmi mantan Wali Kota Bandung tersebut sebagai kader Golkar maupun posisinya pada Pemilu 2024. “Kita tunggu saja. Potensinya ada," kata dia.

Ridwan Kamil sendiri belum mau menjawab partai mana yang akan jadi pelabuhannya. Namun, ia memastikan bahwa pendaftaran ke partai dilakukan pada Desember 2022.

“Ya nanti, pokoknya masih di bulan ini, insyaallah waktu imsak sudah dekat," kata Kang Emil usai hadir pada acara Hari Anti Korupsi Sedunia 2022 di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Jumat (9/12/2022).

GUBERNUR JABAR TINJAU PEMBANGUNAN ALUN-ALUN KOTA BOGOR

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) bersama Wali Kota Bogor Bima Arya (kanan) meninjau pembangunan Alun-Alun Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (30/11/2021). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

Mengapa Ridwan Kamil Diperebutkan?

Perebutan Ridwan Kamil tentu menjadi pertanyaan. Apalagi dalam sejumlah survei, nama Kang Emil memang menjadi kandidat kuat sebagai bakal calon wakil presiden.

Dalam survei terbaru Poltracking pada 21-27 November 2022 dengan 1.220 responden dan angka margin of error 2,9 persen, nama Ridwan Kamil melejit di peringkat kedua di bawah Erik Tohir dan melewati Sandiaga Uno.

“Tren terbaru (November 2022) elektabilitas 10 cawapres potensial. Erick Thohir mengalami kenaikan cukup signifikan. Ridwan Kamil, Muhaimin Iskandar, dan Mahfud MD juga mengalami kenaikan. Agus Harimurti Yudhoyono, Khofifah Indar Parawansa dan Airlangga Hartarto cenderung stabil. Sedangkan Sandiaga Salahuddin Uno, Puan Maharani dan Andika Perkasa cenderung mengalami penurunan,” kata Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yudha pada Kamis (22/12/2022).

Dalam pemaparan hasil survei, angka Kang Emil sebagai bakal cawapres naik dari 12,6 persen menjadi 15,1 persen. Angka kenaikan Kang Emil senasib dengan Erick yang melejit dari 10,8 persen menjadi 16,2 persen.

Sementara itu, angka Sandiaga sebagai bakal cawapres dari sebelumnya mencapai 15,5 persen terus menurun jadi 11,9 persen dan di survei terakhir di angka 9,4 persen. Angka Ridwan Kamil juga lebih baik daripada Agus Harimurti Yudhoyono yang kini berada di angka 12 persen atau naik 0,3 persen daripada survei sebelumnya yang hanya 11,7 persen.

Dari segi persebaran, suara Kang Emil berada di sejumlah partai. Kang Emil berhasil membelah suara pemilih Gerindra di kursi cawapres, selain nama Sandiaga Uno dan Muhaimin Iskandar. Di sisi Golkar, nama Ridwan Kamil adalah nama paling dominan.

Ridwan Kamil juga berhasil membelah suara pemilih PKS sebagai bakal cawapres. Ia bersaing dengan Agus Harimurti Yudhoyono dalam perebutan kursi bakal cawapres pemilih PKS. PAN justru lebih kuat nama Erick Tohir daripada Kang Emil. Kemudian nama Kang Emil juga kuat di pemilih Perindo dan PPP.

“Temuan sebaran data survei ini, juga menujukkan temuan sebaran pemilih 3 capres terkuat ke 10 cawapres potensial dengan angka dukungan tertinggi/mayoritas, yakni pemilih Ganjar Pranowo (32,5%) memiliki preferensi pemilih tertinggi kepada Erick Thohir (29,5%) dan pemilih Anies Baswedan (29,1%) memiliki preferensi pemilih tertinggi kepada Agus Harimurti Yudhoyono (29,4%). Sementara pemilih Prabowo Subianto (27,8%) cenderung terbelah ke beberapa cawapres, yakni Ridwan Kamil (16,8%), Erick Thohir (15,9%), Sandiaga Uno (15,5%) dan Muhaimin Iskandar (13,7%),” kata Hanta.

Selain Poltracking, lembaga survei Indikator juga mencatat nama Kang Emil sebagai kandidat terkuat bakal cawapres 2024. Berdasarkan survei mereka pada 30 Oktober - 5 November 2022 terhadap 1.220 responden dengan angka margin of error 2,9 persen, Kang Emil berada di peringkat pertama dengan perolehan 19,7 persen.

Nama Agus Harimurti Yudhoyono menyusul dengan perolehan 16,3 persen, Sandiaga Uno 12,8 persen dan Erick Thohir 9,6 persen. Nama Kang Emil sendiri konsisten di atas dengan angka tertinggi keterpilihan 25 persen pada survei Agustus 2022.

FORUM URBAN20 ROAD TO PRESIDENSI G20

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kanan) dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) berpose bersama sebagai U20 Co-Chair usai gelar wicara Road To Presidensi G20 in West Java- Forum Urban20 (U20) di Hotel Pullman, Bandung, Jawa Barat, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/Novrian Arbi/rwa.

Berebut Figur Populer

Peneliti politik PRP-BRIN, Wasisto Raharjo Jati menilai, wajar partai politik berebut Ridwan Kamil. Ia beralasan, Kang Emil adalah figur populer di Jawa Barat yang notabene daerah dengan lumbung suara sehingga layak jadi kader partai.

“RK adalah figur populer di Jabar di mana provinsi ini merupakan kantong suara pemilih terbesar kedua di Indonesia. Tentu dengan melihat dua fakta tersebut, maka sangat rasional bagi PAN dan Golkar untuk bisa merekrut RK sebagai seorang kader,” kata Wasisto kepada reporter Tirto, Jumat (23/12/2022).

Wasisto menuturkan, keuntungan yang diperoleh bukan hanya soal popularitas. Ridwan Kamil memiliki jam terbang dan pengalaman di dunia politik pemerintahan Jabar yang dimulai dari Wali Kota Bandung hingga Gubernur Jabar.

Kemudian, Ridwan Kamil juga punya kelebihan dari sisi usia. Ia menilai, usia Ridwan Kamil lebih muda daripada tokoh lain yang masuk 10 besar kandidat capres-cawapres. Ia juga dekat dengan generasi muda sehingga membawa daya tarik dalam kampanye.

Wasisto mengatakan, partai akan mendapat sejumlah keuntungan. Pertama, partai akan mendapatkan investasi politik dengan merekrut RK. Parpol akan punya figur populer yang bisa menjadi opsi nominasi kandidat untuk pemilu.

“Keuntungan kedua adalah merekrut RK tentu juga bagian upaya untuk bisa mendapatkan basis suara tambahan,” kata Wasisto.

Bagi Wasisto, aksi Ridwan Kamil untuk masuk parpol adalah tepat jika ia mengejar karier lebih tinggi. Ia juga menilai posisi RK yang dipersepsikan pemimpin religius, populis, dan adaptif dengan perubahan, serta pula prestasi dari parpol yang akan menjadi afiliasi RK ke depan.

Wasisto pun menjelaskan benefit yang diterima jika Kang Emil masuk Golkar atau PAN. Jika masuk Golkar, Kang Emil akan mendapatkan backing politik yang memiliki pengalaman panjang dan mapan dalam politik dan pemerintahan Indonesia. Ridwan Kamil akan punya infrastruktur politik yang tertata baik dari ideologi, segmen pemilih, maupun juga aksesibilitas ke negara maupun masyarakat.

Sementara itu, ketika memilih PAN, kata Wasisto, Kang Emil akan masuk partai dengan platform nasionalis-religius yang mirip dengan citra RK. Selain itu pula banyaknya figur muda dan profesional di PAN tentu akan memudahkan interaksi. Namun pilihan mana yang diambil RK tergantung keinginan di masa depan.

"Itu kembali lagi ke selara politik RK,” kata Wasisto.

Hal senada diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia Political Power, Ikhwan Arif. Ia menilai perebutan Ridwan Kamil wajar dilakukan oleh Golkar dan PAN. Sebab, Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tinggi dan juga kondisi partai yang butuh figur kuat di Pemilu 2024.

“Ridwan Kamil diuntungkan dengan posisinya sebagai Gubernur Jabar, tidak hanya itu Ridwan Kamil memiliki elektabilitas tinggi dalam bursa Pilpres 2024, momentum ini menjadi alasan utama bagi PAN dan Golkar untuk menarik Ridwan Kamil sebagai kader potensial partai,” kata Ikhwan kepada Tirto.

Prabowo dan Airlangga Hartarto

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto bertemu Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Senin (19/9/2022). foto/Kemenko Perekonomian

Ikhwan juga menilai wajar bila partai berebut pengaruh ketokohan. Hal itu tidak lepas dari kondisi fenomena politik yang perlu dimanfaatkan partai untuk meningkatkan elektabilitas partai.

Bagi Ikhwan, Golkar dan PAN pandai membaca situasi politik dalam merebut pengaruh ketokohan Ridwan Kamil demi mendongkrak elektabilitas masing-masing partai dan memperkuat ketokohan masing-masing partai. Kedua partai juga terlihat mencari figur alternatif dalam merebut kemenangan di Pilpres 2024.

“Ketika Ridwan Kamil bergabung menjadi kader, komposisi internal partai semakin kuat, mesin partai semakin kuat dalam menyongsong Pilpres 2024. Tidak hanya pilpres, target utama kedua partai menang telak di Jabar, PAN dan Golkar menginginkan bendera partainya berkibar di Jabar," kata Ikhwan.

Ikhwan pun menyadari ada dampak jika PAN atau Golkar menarik Kang Emil. Pertama, dari sisi negatif, partai bisa dinilai lemah dalam proses kaderisasi, macetnya kaderisasi dari internal partai. Kehadiran Ridwan Kamil akan menghambat proses kaderisasi dari dalam sebab RK masuk ke internal partai melalui jalur khusus, dengan demikian mesin kaderisasi partai terkesan macet.

“Keuntungannya, ya ketokohan partai semakin kuat secara kualitas maupun kuantitas. Ketika Ridwan Kamil resmi menjadi kader partai komposisi partai bertambah, harapan partai elektabilitas meningkat terutama dalam menghadapi Pemilu 2024,” kata Ikhwan.

Ikhwan menduga, Ridwan Kamil tengah dilematis menyikapi pilihannya karena kedua partai sama-sama mendukungnya untuk maju di Pilpres 2024. Ia beranggapan, tawaran ini yang kemudian menjadi alasan utama Ridwan Kamil bergabung ke partai politik.

Ia mengingatkan dalam konstelasi pemilu, ketika tokoh politik sudah menduduki kursi gubernur, maka langkah berikutnya tidak lain maju di pilpres atau sebagai menteri.

“Tawaran maju di Pilpres 2024 menjadi faktor utama ketertarikan RK bergabung di partai politik, inilah benefit utama yang didapatkan Ridwan Kamil ketika masuk dalam internal partai politik, sebab tidak semua kader partai dengan mudah mendapatkan restu atau dukungan langsung untuk maju dalam konstelasi pilpres, karena proses untuk mendapatkan tiket pilpres tidaklah mudah, lain halnya dengan Ridwan Kamil, jabatan gubernur dan elektabilitas tinggi tidak ada halangan apalagi di dukung oleh petinggi partai politik,” kata Ikhwan.

Oleh karena itu, Ikhwan yakin, Kang Emil bisa mendapat keuntungan dan tidak terbebani dalam pemilihan partai. Ia beralasan kedua partai ingin Kang Emil menjadi bakal cawapres yang kini potensial dalam Pemilu 2024.

“Baik PAN dan Golkar sama-sama menginginkan Ridwan Kamil sebagai cawapres potensial terkuat. Bergabungnya RK ke KIB sangat menguntungkan kedua partai,” tutur Ikhwan.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz