Menuju konten utama
Kenapa Anak Jalan Jinjit?

Mitos Anak Jalan Jinjit sebagai Tanda Autisme dan Fakta Medisnya

Mitos anak jalan jinjit sering dikaitkan dengan gejala autisme. Lantas, bagaimana fakta medisnya? Bagaimana cara terapi agar anak tidak lagi jalan jinjit?

Mitos Anak Jalan Jinjit sebagai Tanda Autisme dan Fakta Medisnya
Ilustrasi bayi belajar berjalan. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Mitos anak jalan jinjit sering dikaitkan dengan gejala autisme. Lantas, kenapa anak jalan jinjit bagaimana penjelasan dan fakta medisnya? Apa saja terapi fisioterapi yang bisa dilakukan?

Sebelum mengajari anak berjalan, orang tua harus menuntun anak untuk berdiri. Hal ini penting untuk melatih dasar keseimbangan tubuh.

Setelah itu, orang tua bisa mulai mengajari anak cara berjalan. Akan tetapi, itu pun harus bertahap, dimulai dari dituntun, menggunakan pegangan tiang di samping, dan berjalan jinjit.

Periode ini biasanya dilakukan selama beberapa bulan atau bahkan dalam hitungan tahun.

Namun, dalam prosesnya, banyak orang tua yang khawatir ketika melihat anaknya berjalan jinjit terus menerus. Terlebih, tersebar mitos di kalangan masyarakat bahwa kondisi itu adalah salah satu gejala autisme.

Kenapa Anak Jalan Jinjit?

Pada dasarnya, berjalan jinjit merupakan salah satu tahapan yang pasti dialami oleh anak saat mereka belajar berjalan.

Ruzbarsky J. J. dalam jurnalnya yang berjudul "Toe walking: Causes, Epidemiology, Assessment, and Treatment" (2016) mengatakan bahwa pola berjalan abnormal ini akan mengalami penurunan secara alami dalam waktu 6 bulan atau setelah usia 2 tahun.

Pendapat dari Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian Autisme Stephen M. Edelson sedikit berbeda. Ia mengatakan dalam situs resmi Autism Research Institute bahwa ketika anak masih berjalan jinjit hingga usia 3 tahunan, itu masih bisa dimaklumi.

Namun, jika anak masih berjalan jinjit ketika usianya menginjak 5 tahun atau lebih, orang tua mesti berkonsultasi dengan dokter. Berjalan jinjit secara terus menerus pada usia ini berpotensi berkaitan dengan kelumpuhan otak, distrofi otot, dan gangguan spektrum autisme.

Disfungsi sistem vestibular, masalah umum pada autisme, mungkin bertanggung jawab terkait kondisi anak berjalan jinjit.

Secara definitif, sistem vestibular adalah sistem yang mencakup bagian telinga dalam dan otak sebagai pengolah informasi sensorik terkait pengendalian keseimbangan tubuh dan pergerakan mata.

Berikut ini beberapa kondisi yang mungkin menyebabkan terjadinya jalan jinjit pada anak, berdasarkan penjelasan situs resmi Mayo Clinic:

  • Tendon Achilles pendek. Tendon ini menghubungkan otot kaki bagian bawah ke bagian belakang tulang tumit. Jika terlalu pendek, dapat mencegah tumit menyentuh tanah.
  • Kelumpuhan otak. Berjalan jinjit dapat disebabkan oleh gangguan gerakan, tonus otot, atau postur tubuh yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal pada bagian otak yang belum matang yang mengontrol fungsi otot.
  • Distrofi otot. Berjalan jinjit terkadang terjadi pada penyakit genetik ini di mana serat otot sangat rentan terhadap kerusakan dan melemah seiring waktu. Diagnosis ini mungkin lebih mungkin terjadi jika anak Anda awalnya berjalan normal sebelum mulai berjalan jinjit.
  • Autisme. Berjalan jinjit telah dikaitkan dengan gangguan spektrum autisme, yang memengaruhi kemampuan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Fakta di Balik Mitos Anak Jalan Jinjit yang Berhubungan dengan Autisme

Pada dasarnya, pasien dengan gangguan spektrum autisme (Autism Spectrum Disorder/ASD) memiliki tiga kriteria, meliputi:

  • Kurangnya timbal balik sosio-emosional
  • Defisit dalam komunikasi non-verbal
  • Gangguan dalam mengembangkan dan memelihara hubungan
Seperti dijelaskan oleh Stephen M. Edelson di subjudul sebelumnya, salah satu gejala autisme adalah jalan jinjit yang terjadi pada anak usia di atas 5 tahun.

Pada 2012, Pähr Engstrom dan Kristina Tedroff melakukan penelitian terkait fenomena jalan jinjit pada anak usia di atas 5 tahun.

Dengan menggunakan Metode Cross-Sectional, subjek penelitian yang dipakai adalah anak berusia 5,5 tahun berjumlah 1.436, dengan 35 di antaranya merupakan anak berkebutuhan khusus.

Hasilnya menyebutkan, hubungan antara fenomena jalan jinjit dan gangguan kognitif cukup tinggi, yakni mencapai 41,2 persen.

Sementara itu, ada beberapa penelitian lanjutan yang spesifik membahas tentang hubungan jalan jinjit dan autisme. Salah satunya dilakukan oleh J. Leyden dengan judul jurnal "Autisme dan Jalan Jinjit: Apakah Keduanya Berhubungan? Tren dan Pola Pengobatan antara Tahun 2005 dan 2016".

Hasilnya menyatakan bahwa 8,4 persen pasien autis yang mengalami gangguan berjalan alias berjalan jinjit. Secara keseluruhan, terdapat 56,8 persen pasien autis dan berjalan jinjit yang didiagnosis mengalami disabilitas intelektual.

Artinya, mitos terkait jalan jinjit yang berhubungan dengan autisme adalah benar. Fakta medis melalui beberapa penelitian ilmiah telah membuktikan hal itu. Lantas, bagaimana cara terapi anak berjalan jinjit?

Bagaimana Cara Mengatasi Anak Jalan Jinjit?

Mengutip pendapat Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian Autisme, Stephen M. Edelson, fenomena anak jalan jinjit kemungkinan besar terkait dengan masalah visual-vestibular.

Secara umum, gangguan pada visual-vestibular akan menimbulkan masalah pada postur dan keseimbangan tubuh anak; gangguan motorik, serta problem pada gerakan mata.

Lantas, bagaimana cara mengatasi anak jalan jinjit jika itu berkaitan dengan masalah fisik?

Dari studi yang dilakukan oleh Edelson di Center for Visual Management di Tarrytown, New York, ditemukan bahwa salah satu metode terapi jalan jinjit adalah lensa prisma. Tujuan utama alat ini adalah memperbaiki arah penglihatan seseorang, dengan menggesernya ke atas, bawah, kiri, atau kanan.

Sementara itu, Mayo Clinic merekomendasikan beberapa terapi atau tindakan medis untuk mengatasi fenomena jalan jinjit pada anak yang disebabkan masalah fisik. Di antaranya meliputi:

  1. Terapi fisik

    Peregangan lembut atau memijat kaki bayi dan otot tungkai secara keseluruhan dapat meningkatkan gaya berjalan anak Anda.

  2. Penyangga kaki atau bidai

    Terkadang ini membantu anak untuk berjalan normal tanpa jinjit.

  3. Pengecoran serial.

    Jika terapi fisik atau penyangga kaki tidak membantu, dokter mungkin menyarankan Anda untuk mencoba serangkaian gips di bawah lutut untuk secara progresif meregangkan tendon. Dalam kebanyakan kasus, gips diterapkan setiap dua minggu dengan total 6 sampai 8 minggu.

  4. OnabotulinumtoxinA. Suntikan ke otot betis terkadang digunakan untuk membantu meningkatkan gaya berjalan normal.

  5. Operasi.

    Jika perawatan konservatif gagal, dokter mungkin merekomendasikan operasi untuk memperpanjang otot atau tendon di bagian belakang kaki bagian bawah. Pasca-operasi, gips kaki panjang kemudian dipakai oleh anak selama 6 minggu dan diikuti dengan belat malam selama beberapa bulan.

Pada intinya, para orang tua harus belajar sebanyak mungkin tentang perawatan jalan jinjit sebelum memilih intervensi yang tepat untuk sang buah hati. Saat memutuskan salah satu metode pengobatan, orang tua harus mempertimbangkan keefektifan, keamanan, dan biaya.

Baca juga artikel terkait NEW TIMELESS atau tulisan lainnya dari Fadli Nasrudin

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Fadli Nasrudin
Editor: Addi M Idhom