tirto.id - Kemampuan berbicara dan berbahasa merupakan salah satu tanda tumbuh dan kembang anak. Pada kondisi tertentu, tidak sedikit anak yang mengalami speech delay atau keterlambatan dalam berbicara.
Orang tua pun sering kali kebingungan saat anaknya sudah memasuki perkiraan umur normal untuk mulai bicara, tetapi sang anak belum mampu melakukan hal tersebut.
Terkait masalah ini, sebuah unggahan Facebook menyebarkan klaim bahwa speech delay atau keterlambatan bicara adalah gejala awal anak mengalami autisme.
Akun Facebook “Generos Parenting” pada 14 Desember 2021 lalu mengunggah video berdurasi 43 detik dengan narasi bahwa terlambat bicara merupakan gejala awal anak mengalami autisme.
Hingga 24 April 2023, unggahan itu telah mendapatkan 100 ribu tanda suka, 9,6 ribu komentar, dan sudah dilihat sebanyak 50 juta kali.
Lantas, benarkah klaim yang menyebut bahwa keterlambatan bicara merupakan gejala awal autisme anak?
Penelusuran Fakta
Tim Riset Tirto mula-mula melakukan penelusuran dengan menonton video ini dari awal sampai akhir.
Pada menit awal, video berisikan narasi yang menyebut speech delay pada anak merupakan gejala awal anak mengalami autisme.
Kemudian, narator membacakan narasi bahwa anak yang mengalami keterlambatan bicara jangan diberikan terapi terlebih dahulu karena dapat menyebabkan post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan emosional yang membuat anak trauma hingga dewasa.
Selebihnya, video hingga detik terakhir hanya berisi iklan multivitamin otak yang diklaim dapat menghilangkan terlambat bicara dan mencerdaskan otak anak dalam waktu 7 hari.
Tim Tirto kemudian melakukan penelusuran dengan mencari sejumlah literatur ilmiah, jurnal dan pendapat ahli untuk membuktikan klaim apakah keterlambatan bicara pada anak merupakan gejala awal autisme.
Hasilnya, Tim Tirto menemukan bahwa speech delay atau keterlambatan berbicara dan bahasa adalah gangguan yang paling umum terjadi di anak usia 3—16 tahun.
Dalam penelitian yang dipublikasikan National Centre for Biotechnology Information pada 31 Januari 2004, disebutkan bahwa prevalensi gangguan ini dalam populasi normal berkisar 1 hingga 32 persen.
Sementara itu, Chatarine M. Sambo—dokter spesialis anak—dalam artikel yang ia tulis di laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, menjabarkan beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah keterlambatan berbicara pada anak.
Disebutkan, kuncinya terletak di stimulasi perkembangan dan ketepatan waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan pada anak. Selain itu, perlu dilakukan pemeriksaan deteksi dini terhadap gangguan perkembangan secara berkala, disertai dengan konsultasi bersama dokter. Deteksi dapat dilakukan pada hari ketiga setelah bayi lahir.
Sementara itu, mengutip laporanTirto, autism spectrum disorder (ASD) atau autisme adalah gangguan perkembangan yang berkaitan dengan sistem saraf pada otak. Sampai saat ini belum diketahui pasti apa yang menyebabkan terjadinya autisme.
Autisme biasanya membuat seseorang kesulitan dalam interaksi dan komunikasi sosial, memiliki minat yang terbatas, serta punya perilaku berulang. Seseorang dengan ASD juga memiliki cara belajar, bergerak, dan cara memperhatikan yang berbeda dibandingkan orang pada umumnya.
Lalu, apakah anak yang mengalami keterlambatan bicara sudah pasti akan mengalami autisme?
Mengutip penjelasan dr. Otniel Budi Krisetya dalam laman Alodokter, penentuan diagnosis autisme ataupun speech delay pada anak memerlukan pemeriksaan yang menyeluruh oleh dokter spesialis anak.
Pemeriksaan ini nantinya akan melihat bagaimana tumbuh kembang dari anak, serta apa yang menyebabkan terjadinya kondisi ini. Pasalnya, kondisi speech delay dan autisme seringkali memiliki gejala yang mirip.
Speech delay lebih berfokus terhadap keterlambatan anak dalam berkomunikasi dengan kata-kata, anak lantas cenderung lebih sering menggunakan metode menunjuk suatu barang atau benda. Normalnya, pada usia 2 tahun, anak sudah bisa berkomunikasi menggunakan sedikitnya 50 kosakata.
Kondisi seperti kurangnya komunikasi dengan kedua orang tua, atau lebih sering menggunakan bahasa bayi saat berkomunikasi dengan anak juga bisa memicu hal ini. Selain itu, gangguan pada telinga juga bisa menyebabkan speech delay.
Lebih lanjut, autisme berbeda dengan speech delay, di mana autisme kerap terjadi akibat adanya gangguan saraf yang memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi, berinteraksi dengan orang di sekitarnya, dan gangguan perilaku.
Melansir situs Sehatq, perbedaan anak yang mengalami speech delay dan autisme dapat dideteksi dari beberapa aspek, mulai dari kemampuan menggunakan kata, bentuk komunikasi, hingga merespons reaksi.
Anak yang mengalami speech delay belum bisa menggunakan kata-kata untuk berkomunikasi. Namun, mereka secara bertahap akan menunjukkan perkembangan jika distimulasi dengan tepat.
Sementara itu, anak yang mengalami autisme bisa menyebutkan beberapa kata, tetapi tidak menggunakannya untuk berkomunikasi. Mereka cenderung mengucapkan kata yang diketahui secara berulang-ulang untuk dirinya sendiri.
Perbedaan antara anak yang mengalami speech delay dan autisme juga bisa dilihat dari bentuk komunikasinya. Anak yang mengalami speech delay suka mengoceh dan menunjukkan bahasa tubuh untuk berkomunikasi dengan orang di sekitarnya. Ia akan menunjuk atau menarik lawan bicara ke arah yang diinginkannya.
Anak yang mengalami autisme sulit menggunakan gerak tubuh, suara, ataupun kata-kata untuk terhubung dengan orang di sekelilingnya, serta tidak ada kontak mata pada lawan bicara.
Menukil artikelHellosehat, beberapa anak yang belum bisa bicara belum tentu memiliki permasalahan medis serius (atau kondisi seperti autisme). Mungkin saja, kondisi tersebut terjadi karena anak kurang dilatih untuk berkomunikasi, sementara perkembangan lainnya berjalan normal.
Jadi, untuk memastikan apakah anak belum bisa bicara karena mengalami autisme, perlu diperhatikan gejala-gejala autisme lainnya. Orangtua yang khawatir bisa membawa anak ke terapis atau dokter spesialis anak untuk memastikan apa hambatan yang membuat anak belum bisa bicara.
Kesimpulan
Berdasarkan penelusuran fakta yang dilakukan, tidak ditemukan keterangan resmi yang membenarkan klaim bahwa anak yang mengalami keterlambatan bicara merupakan gejala awal menderita autisme.
Jadi, informasi yang menyebutkan bahwa keterlambatan bicara merupakan merupakan gejala awal anak menderita autisme bersifat salah dan menyesatkan (false and misleading).
Editor: Farida Susanty & Shanies Tri Pinasthi