tirto.id - Lembaga internasional The ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8 persen pada 2025. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan sebelumnya, di level 5 persen.
Terkait itu, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Firman Mochtar, mengatakan proyeksi tersebut sah-sah saja, karena setiap lembaga memiliki asumsi dan metodologi tersendiri dalam menghitung outlook perekonomian.
"Ya enggak apa-apa mereka kan punya asumsi-asumsi. Kita juga punya asumsi," ujar dia dalam Taklimat Media bertajuk 'Mempertahankan Stabilitas, Mendorong Pertumbuhan Ekonomi' di Gedung BI, Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Dalam proyeksinya BI optimistis pertumbuhan ekonomi nasional berada pada kisaran 4,6 sampai di 5,4 persen. Salah satu strategi menopang pertumbuhan tersebut dengan pelonggaran kebijakan moneter serta pemberian dukungan lewat kebijakan likuiditas makroprudensial untuk menjaga permintaan domestik tetap kuat.
"Kita dorong ini permintaan domestik," jelas dia.
Selain mendorong permintaan domestik, BI juga membuka ruang untuk mendukung akselerasi ekonomi dengan penurunan suku bunga. Namun penurunan tersebut bukan berarti mengorbankan stabilitas nilai tukar maupun inflasi.
"Seandainya kita dorong lagi dengan menurunkan bunga dan pertumbuhan ekonominya naik lebih tinggi tapi inflasinya masih di dalam koridor. Berarti ada ruang kita untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengganggu stabilitas. Tanpa mengganggu atau dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian," jelas dia.
Sebelumnya BI emutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 15–16 Juli 2025. Keputusan ini juga diikuti dengan penurunan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,5 persen dan Lending Facility menjadi 6,0 persen.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa langkah ini sejalan dengan membaiknya prospek inflasi tahun 2025 dan 2026 yang tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5 ±1 persen. Di saat yang sama, nilai tukar rupiah dinilai masih stabil dan terjaga sesuai fundamental, sementara kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik kian mendesak di tengah ketidakpastian global.
“Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi,” ujar Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Juli 2025, Rabu (16/7/2025).
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Hendra Friana
Masuk tirto.id







































