tirto.id - Berkunjung ke Kota Semarang, Jawa Tengah rasanya kurang afdal kalau belum mampir ke Museum Lawang Sewu. Bangunan bersejarah yang berada di jantung Kota Lumpia ini menjadi destinasi wisata favorit.
Saat melewati ujung Jalan Pemuda dan Jalan Pandanaran, masyarakat akan diperlihatkan kemegahan arsitektur Lawang Sewu Semarang. Bangunan bergaya Hindia Baru ini tampak mencolok di antara gedung-gedung lain di sekelilingnya.
Untuk melihat detail gedung Lawang Sewu tentu tak cukup hanya dengan melihat pelatarannya, apalagi sekadar menengok sambil jalan. Saya ingin mengajak Anda menelusuri sudut-sudutnya dengan segala keunikannya.
Kita bisa memasuki area Lawang Sewu lewat gerbang sebelah utara yang berseberangan dengan Gedung Pandanaran--dulu pintu masuknya di sebelah barat atau depan bundaran Tugu Muda.
Di pintu masuk, wisatawan akan disambut dan diarahkan petugas menuju loket pembelian tiket. Lawang Sewu dibuka setiap hari sejak pukul 08.00-20.00 WIB.
Per Maret 2024, harga tiket masuk Museum Lawang Sewu Semarang yakni Rp20.000 untuk pengunjung dewasa, Rp10.000 untuk anak-anak dan Rp30.000 untuk wisatawan mancanegara.
Wisatawan atau rombongan yang ingin mendapat informasi detail seputar Lawang Sewu bisa meminta didampingi tour guide atau pemandu wisata dengan tarif Rp100 ribu.
Bekas Kantor Pusat Perusahaan Kereta Api
Lawang Sewu merupakan gedung bersejarah bekas kantor pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang mulai dibangun pada 1904. Kini dikelola PT Kereta Api Indonesia (Persero) melalui anak usahanya.
Kompleks Lawang Sewu memiliki 5 bangunan. Bangunan terbesar berbentuk seperti huruf L yang menjadi representasi muka Lawang Sewu.
Pada bangunan utama itu, terdapat dua menara kembar yang menghadap bundaran Tugu Muda. Bangunan ini memiliki jendela kaca patri besar dan tangga di tengahnya. Di bawah bangunan terdapat sebuah lorong bawah tanah.
Seorang pengunjung bersama Indah Kalista mengaku sudah beberapa kali mengunjungi Lawang Sewu tetapi tak bosan. Ia mengaku selalu berburu spot foto dengan latar bangunan unik.
"Senang foto-foto. Di sini banyak spot foto yang menarik," cerita Indah kepada kontributor Tirto.
Sisi lain, Indah yang merupakan mahasiswi Universitas Semarang ini mempunyai minat lebih terhadap sejarah. Menurutnya, ada banyak sisi dari Lawang Sewu yang perlu ia pelajari aspek kesejarahannya.
Salah satu yang membuatnya penasaran adalah ruang bawah tanah atau basement di Lawang Sewu. Sayangnya, basement itu telah ditutup untuk kunjungan publik sejak 2014 lalu.
Menurut informasi, penutupan basement merupakan upaya pengelola untuk menghilangkan anggapan mistis terhadap bangunan di Lawang Sewu.
Meski demikian, pengunjung masih bisa menyaksikan sepintas lorong bawah tanah dari salah satu pintu yang masih dibuka. Namun, pengunjung tetap tak diperkenankan turun karena ruangan tersebut berisi genangan air.
Punya Pintu yang Cukup Banyak
Salah satu ciri khas dari Lawang Sewu adalah pintunya yang terlampau banyak. Bahkan satu pintu atau jendela bisa memiliki daun pintu berlapis-lapis. Tak heran jika dinamai Lawang Sewu yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Pintu Seribu”.
Namun, benarkah Lawang Sewu memiliki seribu pintu? Wisatawan asal Kabupaten Kendal, Halena mengaku belum mengetahui jumlah pintu di tempat wisata yang ia kunjungi. Namun, ia juga tak ada niatan untuk menghitungnya sendiri karena pasti akan melelahkan.
"Sebenarnya penasaran, tapi belum pernah nyoba nyari tahu jawabannya," ucap Halena saat ditemui awal Maret 2024.
Wisatawan asal Jakarta, Andriani juga penasaran dengan jumlah pintu Lawang Sewu. "Pernah baca-baca sekilas, pintunya nggak sampai seribu, tapi belum tahu benar atau tidak," tuturnya.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam laman resminya menjelaskan, kata "sewu" dalam Lawang Sewu bermakna seribu atau menjadi kata yang mewakili angka paling banyak di zaman dahulu.
Namun, kalau dilihat dari jumlah aslinya, menurut siaran pers Kemenparekraf, Lawang Sewu ini memiliki 928 pintu atau hampir seribu.
Keterangan serupa diungkapkan Ari, pemandu wisata Lawang Sewu. Dia menjelaskan, pintu-pintu di Lawang Sewu berbentuk tinggi dan lebar khas bangunan Belanda. Selain itu, satu pintu memiliki daun pintu berbeda-beda, ada yang dua, tiga, juga empat.
Menurutnya, untuk jumlah blok pintu sendiri sebenarnya hanya ada 450. Namun, penghitungan bukan didasarkan pada jumlah blok, melainkan jumlah daun pintunya yang totalnya 928 daun pintu.
Destinasi Wisata Andalan
Lawang Sewu kini menjadi destinasi wisata andalan Kota Semarang. Bangunan cagar budaya ini dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi sejarah perkeretaapian di Indonesia dari masa ke masa.
Koleksi yang dipamerkan antara lain mesin cetak tiket Edmonson hingga replika lokomotif uap.
Lawang Sewu juga menyajikan dokumentasi proses pemugaran gedung yang terdiri dari foto, video, dan material restorasi. Terdapat pula perpustakaan berisikan buku-buku tentang kereta api.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Lawang Sewu dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dan lain-lain.
Amirul Farras dkk. dalam Lawang Sewu's Monumentality Architectur menjelaskan, Lawang Sewu menjadi destinasi wisata utama di Kota Semarang. Status tersebut diperkuat sejak renovasi bangunan tersebut pada 2009.
Dari tahun ke tahun, jumlah kunjungan wisatawan Lawang Sewu selalu membeludak.
Menurut data Statistik Pariwisata Jawa Tengah 2022, dari 39 event wisata dan objek wisata di Kota Semarang, Museum Lawang Sewu masuk tiga besar jumlah kunjungan terbanyak.
Dalam data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistika (BPS) tersebut, Lawang Sewu dikunjungi 515.482 wisatawan lokal dan 825 wisatawan mancanegara. Hanya kalah dengan kunjungan Kawasan Kota Lama Semarang dan Pantai Marina.
Pada kurun waktu Januari hingga September 2023, jumlah pengunjung Lawang Sewu mencapai 507.700 orang atau rata-rata perhari sekitar 1.860 orang, sebagaimana keterangan Kepala Humas PT Kereta Api Pariwisata, M Ilud Siregar.
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Anggun P Situmorang