tirto.id - Sejarah Lawang Sewu yang dikenal dengan berbagai kisah misterinya menjadi salah satu daya tarik dari bangunan tua yang kini menjadi salah satu lokasi wisata andalan Kota Semarang ini. Benarkah Lawang Sewu punya seribu pintu seperti namanya?
Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan bersejarah yang berada di Kota Semarang, Jawa Tengah. Lokasi tepatnya adalah terletak di seberang Tugu Muda. Lawang Sewu saat ini difungsikan sebagai museum dan galeri sejarah perkeretaapian oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI).
Gedung Lawang Sewu juga berdekatan dengan objek wisata lain di Kawasan Tugu Muda Semarang, seperti Museum Perjuangan Mandala Bhakti, Gereja Katedral, dan Kampung Pelangi.
Sejarah Berdirinya Lawang Sewu dan Misterinya
Sejarah pembangunan Lawang Sewu dimulai tahun 1904 atau pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda dengan arsitek Cosman Citroen. Gedung ini dibangun secara bertahap di lahan seluas 18.232 meter persegi.
Bangunan pertama dibangun pada 27 februari 1904 dan selesai Juli 1907. Pembangunan tahap berikutnya dirampungkan pada 1919. Gedung ini kemudian digunakan sebagai kantor pusat Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) yang merupakan perusahaan kereta api pertama di Hindia Belanda (Indonesia).
Menyerahnya Belanda kepada Jepang turut mengubah nasib gedung kantor pusat NISM itu. Pada masa pendudukan militer Jepang di Indonesia yang dimulai sejak 1942, gedung besar di Semarang tersebut difungsikan sebagai penjara.
Di dalam gedung ini pula aksi pemenjaraan, penyiksaan, hingga eksekusi mati, oleh para prajurit Jepang terhadap tahanan dilakukan.
Selain itu, gedung ini juga menjadi saksi bisu Pertempuran 5 Hari di Semarang dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI.
Pertempuran 5 Hari di Semarang terjadi pada 15-20 Oktober 1945 antara sisa-sisa serdadu Jepang melawan para pejuang kemerdekaan RI. Peristiwa ini memakan cukup banyak korban jiwa.
Sejarah Pertempuran 5 Hari di Semarang kemudian dikenang dengan dibangunnya sebuah monumen yakni Tugu Muda di Simpang Lima yang berada di kawasan yang sama dengan gedung Lawang Sewu.
Riwayat kelam sejak masa pendudukan Jepang hingga era perang kemerdekaan inilah yang kemudian memunculkan berbagai macam kisah misteri tentang Lawang Sewu kendati belum dapat dipastikan kebenarannya.
Terlebih, gedung besar peninggalan zaman Belanda tersebut sempat cukup lama terbengkalai dan tidak terawat sehingga terlihat kusam dan menyeramkan. Sejak 1992, gedung itu mulai dikelola kembali dan difungsikan sebagai cagar budaya.
Kisah-kisah misteri yang konon ada di Lawang Sewu seolah-olah menjadi urban legend. Bahkan, pada 2007, film horor berjudul "Lawang Sewu: Dendam Kuntilanak" dirilis berdasarkan urban legend tersebut.
Benarkah Lawang Sewu Punya 1000 Pintu?
Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan dengan dua sayap yang membentang ke bagian kanan dan kiri.
Pengunjung akan menemukan tangga besar menuju lantai dua ketika memasuki bangunan utama, di antara tangga tersebut ada kaca besar yang menunjukkan gambar dua wanita Belanda yang terbuat dari gelas.
Penamaan bekas gedung kantor pusat NISM itu menjadi Lawang Sewu bermula dari penyebutan dari masyarakat karena banyaknya pintu dan jendela yang ada di bangunan tersebut.
Dalam bahasa Jawa, lawang artinya "pintu" dan sewu bermakna "seribu". Jadi, secara harfiah, Lawang Sewu bisa diartikan sebagai "bangunan yang memiliki seribu pintu."
Lantas, benarkah Lawang Sewu memiliki seribu pintu?
Dikutip dari laporan Ainur Rohmah berjudul "Lawang Sewu's Spooky Image Eliminated to Lure More Visitors" dalam The Jakarta Post (28 Desember 2013), disebutkan bahwa rancang bangun gedung ini memang memiliki banyak ruang.
Gedung tersebut dilengkapi sekitar 1.000 jendela dengan ukuran besar dan tinggi khas bangunan Belanda. Ukuran yang tinggi dan lebar ini membuat jendela-jendela tersebut dikira sebagai pintu. Adapun jumlah pintu yang sebenarnya di bangunan ini adalah sebanyak 429 buah.
Dikutip dari tulisan bertajuk "Wisata Lawang Sewu Semarang Dan Sejarah Panjangnya" dari laman Visit Jawa Tengah, banyaknya jendela dan pintu di Lawang Sewu memang sengaja dibuat agar sirkulasi udara di dalam gedung tetap terjaga sekaligus mempermudah mobilitas para karyawan di kantor NISM pada masa itu.
Lawang Sewu Kini: Tempat Wisata Andalan Kota Semarang
Meskipun sejak 1992 sudah dikelola kembali dan difungsikan sebagai cagar budaya, namun pengelolaan Lawang Sewu belum maksimal serta terkesan masih terbengkalai hingga puluhan tahun ke depan.
Bahkan, tulisan Simon Marcus Gower yang dimuat di The Jakarta Post pada 2009 menggambarkan Lawang Sewu sebagai bangunan yang gelap dan tak terawat. Dinding putihnya dihitamkan oleh polusi dan penelantaran, terkelupas dan dipenuhi coretan-coretan vandal.
Tidak lama setelah laporan tersebut, upaya untuk mengubah citra seram Lawang Sewu mulai dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Akhirnya, pada 5 Juli 2011, hasil renovasi tersebut diresmikan oleh ibu negara saat itu, Ani Yudohoyono, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Sejak diresmikan, Lawang Sewu mulai difungsikan sebagai cagar budaya sekaligus destinasi wisata sejarah dan dibuka untuk umum. Banyak kegiatan budaya yang digelar di Lawang Sewu sehingga gedung bersejarah ini semakin menarik minat banyak orang untuk berkunjung.
Lawang Sewu dibuka untuk umum dari jam 7 pagi hingga 9 malam. Harga tiket masuknya pun relatif terjangkau, yakni Rp10.000 untuk dewasa serta Rp5.000 untuk pelajar dan anak-anak.