Menuju konten utama

Hikmah Halal Bihalal dan Dalilnya dalam Islam

Halal bihalal memiliki berbagai hikmah. Apa saja hikmah halal bihalal dan dalilnya dalam Islam? Artikel ini menjelaskan hikmah halal bihalal.

Hikmah Halal Bihalal dan Dalilnya dalam Islam
keluarga Muslim berjabat tangan dan saling memaafkan selama perayaan Idul Fitri. tirto.id/elements.envato.com/

tirto.id - Halal bihalal umumnya digelar untuk silaturahmi dan biasanya dilaksanakan usai Lebaran. Berbagai lingkungan sosial biasanya mengadakan halal bihalal sebagai wadah untuk saling bersilturahmi dan saling memaafkan.

Mulai dari halal bihalal desa atau RT, halal bihalal keluarga besar, halal bihalal sekolah, hingga halal bihalal tempat kerja. Beragam kesempatan halal bihalal dapat dimanfaatkan dengan baik untuk berinteraksi satu sama lain.

Acara halal bihalal dapat diisi dengan susunan acara atau rundownceramah atau kajian, saling bersalaman dan memaafkan, hingga makan bersama. Inti dari acara halal bihalal ditujukan untuk bersilaturahmi dan saling memaafkan.

Banyak nilai kebaikan Islam yang dapat ditemukan dalam pelaksanaan halal bihalal. Tak heran jika kesempatan ini sekaligus menjadi waktu untuk membangun interaksi sosial yang positif.

Halal bihalal memiliki berbagai hikmah yang sesuai dengan dalil Al-Qur’an dan hadis. Hikmah halal bihalal dan dalilnya dalam Islam dapat dijadikan sebagai motivasi utama untuk mengikuti kegiatan halal bihalal.

Pengertian Halal Bihalal dalam Tradisi Islam

Ilustrasi Hala Bihalal

Ilustrasi Hala Bihalal. foto/istockphoto

Pelaksanaan halal bihalal erat kaitannya dengan silaturahmi dan saling memaafkan. Halal bihalal menjadi salah satu tradisi yang berkembang di Indonesia sebagai bentuk silaturahmi dan saling memaafkan usai bulan Ramadan.

Kata ‘halal bihalal’ berasal dari akar kata ‘halla-yahillu’ yang berarti 'singgah, memecahkan, melepaskan, menguraikan, dan mengampuni'. Menurut istilah, halal bihalal disebut juga dengan thalabu halal bi thariqin halal, yang berarti mencari penyelesaian atas masalah dengan cara saling memaafkan.

Secara praktik, tradisi halal bihalal merepresentaikan ajaran Islam yang menekankan untuk saling menjaga persaudaraan dan saling memaafkan. Hingga kini, tradisi halal bihalal masih dilaksanakan di tengah masyarakat.

Sejarah Singkat Halal Bihalal di Indonesia

Membahas halal bihalal tak lengkap rasanya tanpa menjelaskan tentang sejarah singkat halal bihalal di Indonesia. Berdasarkan laman Suara Muhammadiyah, terdapat kata “ala behala” dalam kamus Jawa-Belanda karya Theodoor Gautier Thomas Pigeaud (1938).

Kata “ala behala” tersebut memiliki arti "acara saling-memaafkan ketika Hari Raya." Selain itu, di dalam Majalah Suara Muhammadiyah (1926) edisi menjelang bulan 1 Syawal 1344 H, disebutkan adanya kata “alal bahalal.”

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa saat awal abad ke-20 sudah ada penyebutan khusus terkait tradisi saling memaafkan pada momentum lebaran di Indonesia, meski tidak sama persis dengan istilah yang dikenal sekarang.

Perkembangan tradisi halal bihalal selanjutnya mulai dipopulerkan usai kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah artikel K.H. Masdar Farid Masudi di laman NU Online, peristiwa ini berkaitan dengan langkah yang diambil oleh Presiden Soekarno pada 1948.

Saat itu pada pertengahan Ramadan, Presiden Soekarno memanggil K.H. Wahab Chasbullah, salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama, ke Istana Negara. Indonesia masa itu (tahun 1948) sedang diguncang pertikaian politik berujung pada konflik senjata, seperti karena pemberontakan PKI dan DI/TII.

Presiden Soekarno meminta saran dari KH Wahab Chasbullah tentang cara menguatkan integrasi bangsa Indonesia. Sang kiai kemudian menyarankan adanya acara silaturahmi saat lebaran dengan menggunakan istilah baru “halal bihalal.”

Setelah itu, pada pelaksanaan Idul Fitri tahun 1948, Presiden Soekarno mengundang para tokoh politik dalam acara halal bihalal. Pelaksanaan halal bihalal kala itu sebagai wujud saling memaafkan.

Harapannya semua pihak dapat bersatu meningkatkan kerukunan berbangsa. Setelah itu, istilah halal bihalal populer di masyarakat Indonesia. Bahkan hingga saat ini, istilah ‘halal bihalal’ masih aktif digunakan.

Hikmah Halal Bihalal dalam Islam

Ilustrasi Halal Bihalal

Ilustrasi Halal Bihalal. foto/Istockphoto

Halal bihalal bersesuaian dengan nilai-nilai Islam, yakni silaturahmi dan saling memaafkan. Bagaimanapun konsep halal bihalal, tetap harus dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Momentum halal bihalal menjadi momentum untuk saling membangun interaksi sosial yang positif dan saling memaafkan. Silaturahmi dalam Islam juga menempati kedudukan yang tinggi.

Pelaksanaan halal bihalal tidak hanya sebatas tradisi kebiasaan di tengah masyarakat, tetapi juga mengandung esensi ajaran Islam. Mulai dari saling memaafkan, memperbaiki hubungan, hingga menjaga ukhuwah Islamiyah.

Lantas, apa saja hikmah halal bihalal dalam Islam? Simak satu per satu hikmah halal bihalal.

1. Menguatkan Silaturahmi

Nilai silaturahmi sangat terasa dalam pelaksanaan halal bihalal. Allah Swt. memerintahkan umat Islam untuk menjaga persaudaraan sesama muslim. Ayat yang menjelaskan tentang silaturahmi terdapat dalam QS. Al-Hujurat: 10, sebagai berikut:

Silaturahmi merupakan perintah Allah yang harus dijaga oleh setiap Muslim. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ۝١٠

Innamal-mu'minûna ikhwatun fa ashliḫû baina akhawaikum wattaqullâha la‘allakum tur-ḫamûn

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.”

2. Menghapus Dosa dan Kesalahan

Hikmah halal bihalal dalam Islam berikutnya adalah menghapus dosa dan kesalahan. Halal bihalal menjadi momentum untuk saling memaafkan satu sama lain. Kesempatan saling memaafkan ini perlu dilaksanakan dengan hati tulus dan ikhlas. Rasulullah saw. bersabda:

"Barang siapa yang meminta maaf sebelum diminta, maka ia lebih dekat dengan kemuliaan." (HR. Thabrani)

3. Menjaga Persatuan dan Kesatuan Umat

Hikmah halal bihalal berikutnya ialah dapat menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Momentum halal bihalal menjadi kesempatan untuk saling menguatkan persaudaraan sesama muslim. Allah Swt. berfirman dalam QS. Ali Imran: 103:

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ۝١٠٣

Wa‘tashimû biḫablillâhi jamî‘aw wa lâ tafarraqû wadzkurû ni‘matallâhi ‘alaikum idz kuntum a‘dâ'an fa allafa baina qulûbikum fa ashbaḫtum bini‘matihî ikhwânâ, wa kuntum ‘alâ syafâ ḫufratim minan-nâri fa angqadzakum min-hâ, kadzâlika yubayyinullâhu lakum âyâtihî la‘allakum tahtadûn

“Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.”

4. Menjaga Hati dari Rasa Dengki dan Iri

Pelaksanaan halal bihalal dapat menjadi kesempatan untuk menjaga hati dari rasa dengki dan iri. Dengki dan iri termasuk penyakit hati yang wajib diwaspadai setiap muslim.

Kesempatan halal bihalal bisa menjadi pengingat untuk saling membersihkan hati. Rasulullah saw. bersabda:

"Janganlah kalian saling mendengki, membenci, atau memutuskan hubungan, tetapi jadilah hamba Allah yang bersaudara." (HR. Muslim)

5. Meneladani Akhlak Rasulullah saw.

Hikmah halal bihalal berikutnya ialah meneladani akhlak Rasulullah saw. Nabi Muhammad saw. merupakan teladan untuk setiap muslim.

Telah Allah Swt. tegaskan bahwa Rasulullah saw. adalah suri tauladan bagi manusia. Dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab Ayat 11:

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”

Salah satu teladan Rasulullah saw. ialah dalam hal pemaafan. Nilai saling memafkan ini harus dicontoh dalam kehidupan sehari-hari.

6. Menambah Keberkahan Hidup

lebaran halal bihalal
keluarga Muslim berjabat tangan dan saling memaafkan selama perayaan Idul Fitri. tirto.id/elements.envato.com/

Banyak hikmah yang dapat diperoleh dari menyambung silaturahmi. Nilai silaturahmi ini ada dalam pelaksanaan halal bihalal. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

"Barang siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka sambunglah silaturahmi." (HR. Bukhari & Muslim)

Niatkan halal bihalal untuk menjalin silaturahmi sehingga setiap muslim dapat meraih keberkahan dalam hidup. Jangan sampai salah meniatkan diri dalam menghadiri halal bihalal.

7. Mengajarkan Rendah Hati dan Keikhlasan

Hikmah halal bihalal selanjutnya ialah dapat mengajarkan rendah hati dan keikhlasan. Nilai rendah hati dan keikhlasan wajib dimiliki oleh seorang muslim. Hal ini dijelaskan dalam QS. Al-A’raf: 199, sebagai berikut:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ ۝١٩٩

Khudzil-‘afwa wa'mur bil-‘urfi wa a‘ridl ‘anil-jâhilîn

“Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.”

8. Meningkatkan Empati dan Kepedulian Sosial

Halal bihalal yang ditujukan untuk niatan yang baik tentu dapat menghadirkan rasa empati dan kepedulian sosial. Hikmah halal bihalal satu ini perlu diperhatikan baik-baik bahwa pelaksanaan halal bihalal bisa meningkatkan empati dan kepedulian sosial.

Rasulullah saw. bersabda:

"Tidak beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari & Muslim)

Saling bersilaturahmi dan memaafkan satu sama lain dapat meningkatkan empati dan kepedulian sosial dalam masyarakat. Diharapkan silaturahmi bisa meningkatkan empati dan kepedulian sosial.

Pelaksanaan halal bihalal tidak hanya tentang tradisi, tetapi juga pengamalan nilai Islam. Esensi halal bihalal sebagai momentum silaturahmi perlu selalu dijaga dan dipertahankan.

Berbagai hikmah halal bihalal bersesesuaian dengan nilai Islam. Ini menunjukkan betapa pentingnya silaturahmi dan menjaga hubungan baik dengan saling memaafkan.

Baca juga artikel terkait HALAL BIHALAL atau tulisan lainnya dari Nurul Azizah

tirto.id - Edusains
Kontributor: Nurul Azizah
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Nurul Azizah & Yulaika Ramadhani