Menuju konten utama
Edusains

Menguak Flatfish alias Ikan Sebelah dalam Tradisi dan Sains

Ikan sebelah kerap dikaitkan dengan kisah Nabi Musa saat mencari ilmu. Bagaimana sebenarnya menurut sains? Simak penjelasannya! 

Menguak Flatfish alias Ikan Sebelah dalam Tradisi dan Sains
Ikan sebelah atau flatfish. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sekali waktu, Nabi Musa dan muridnya, Yusya ibn Nun, berjalan menyusuri tepian laut. Mereka membawa seekor ikan sebagai bekal perjalanan. Itu bukan perjalanan biasa, melainkan perjalanan mencari ilmu yang diperintahkan langsung oleh Allah.

Saat mereka tiba di pertemuan dua lautan, kelelahan mulai merayapi. Keduanya lalu duduk di atas batu besar, dan tanpa disadari sesuatu yang luar biasa terjadi. Ikan yang mereka bawa, yang seharusnya menjadi bekal makanan, tiba-tiba hidup kembali. Ikan itu melompat dan meluncur ke laut, meninggalkan jejak yang seolah membelah air seperti terowongan.

Ketika melanjutkan perjalanan, Nabi Musa menyadari bahwa ikan itu telah hilang. Ia teringat akan pesan Allah bahwa hilangnya ikan tersebut adalah tanda tempat di mana ia akan bertemu dengan seorang hamba yang memiliki ilmu yang lebih dalam darinya. Maka, mereka bergegas kembali ke tempat itu.

Di sana, di tepi laut yang tenang, berdiri seorang lelaki dengan aura kebijaksanaan yang tak terbantahkan. Dialah Nabi Khidir, sosok yang akan mengajarkan Nabi Musa tentang ilmu yang melampaui logika manusia.

Pertemuan itu menjadi awal dari perjalanan penuh hikmah, di mana Nabi Musa belajar bahwa tidak semua hal dapat dijelaskan dengan akal semata. Ada rahasia Tuhan yang hanya bisa dipahami dengan hati yang tunduk dan sabar.

Kisah di atas begitu terkenal dalam literasi dan budaya Islam. Ikan yang menjadi petunjuk tersebut, menurut sejumlah sumber, kemudian dikenal dengan ikan sebelah, kadang disebut ikan datar, ikan pipih, atau flatfish.

Ikan tersebut merupakan salah satu ikan demersal (ikan dasar air) paling unik di lautan, dengan tubuh pipih dan kedua mata di satu sisi kepala. Flatfish menghabiskan sebagian besar waktu dengan berbaring di perairan dangkal, dengan sisi buta (tidak berpigmen) menghadap ke bawah dan sisi berpigmen menghadap ke atas. Bentuk tubuhnya beragam, dari ramping hingga berbentuk berlian.

Klasifikasi dan Keanekaragaman Global

Ikan sebelah termasuk dalam ordo Pleuronectiformes, sebuah kelompok yang sebelumnya dianggap sebagai ordo tersendiri, tetapi studi taksonomi pada 2020 menempatkannya sebagai subordo Pleuronectoidei dalam ordo Carangiformes.

Ordo tersebut mencakup keanekaragaman yang luar biasa, dengan lebih dari 500 hingga 800 spesies yang tersebar dalam 6 hingga 16 famili di seluruh dunia. Dua subordo utama yang diakui adalah Psettodoidei, yang merupakan kelompok turbot berduri yang lebih primitif dan Pleuronectoidei, yang mencakup lebih dari 99 persen keanekaragaman spesies ikan sebelah.

Famili-famili terbesar yang dikenal luas meliputi Soleidae (ikan lidah), Bothidae (flounder bermata kiri), dan Pleuronectidae (flounder bermata kanan), masing-masing dengan lebih dari 150 spesies.

Ciri khas utama ikan sebelah adalah asimetri tubuhnya, dengan kedua mata berada di satu sisi kepala. Pada beberapa famili, mata umumnya berada di sisi kanan tubuh (dekstral), sementara yang lain bermata kiri (sinistral).

Menariknya, turbot berduri yang lebih primitif menunjukkan jumlah individu bermata kanan dan kiri yang seimbang. Ukuran ikan sebelah sangat bervariasi, mulai dari spesies tropis yang panjangnya kurang dari 5 cm hingga halibut Atlantik raksasa yang dapat mencapai lebih dari 2 meter dengan berat lebih dari 150 kg.

Sirip punggung flatfish memanjang hingga bagian belakang tengkorak, memberikan kontur tubuh yang khas. Sisi tubuh yang menghadap ke atas (sisi mata) biasanya berpigmen dengan pola dan intensitas yang bervariasi, memungkinkan mereka berbaur dengan lingkungan, sementara sisi buta yang menghadap ke bawah umumnya tidak berpigmen atau berwarna putih pucat.

Ikan sebelah tersebar di seluruh samudera, dari Arktik hingga Antartika, dengan preferensi habitat di dasar laut berpasir atau berlumpur, tempat mereka bisa bersembunyi. Mereka hidup di berbagai kedalaman, mulai dari zona pasang surut hingga lebih dari 2.000 meter, dan meskipun umumnya berada di air asin, beberapa spesies mampu bertahan di air payau atau tawar, seperti Hogchoker yang ditemukan di pedalaman sungai.

Seturut penelitian yang terbit di BMC Ecology and Evolution, keunikan morfologi mereka, khususnya migrasi mata dan asimetri tengkorak adalah hasil dari tekanan evolusi yang begitu kuat sehingga pola adaptasi serupa muncul lebih dari sekali dalam sejarah evolusi ikan sebelah.

Ikan sebelah atau flatfish

Ikan sebelah atau flatfish. FOTO/iStockphoto

Dari Larva hingga Ikan Dewasa

Metamorfosis ikan sebelah adalah proses luar biasa yang mengubahnya dari larva simetris dengan mata di kedua sisi kepala menjadi ikan dewasa dengan kedua mata di satu sisi. Larva awalnya berbentuk memanjang, kemudian menjadi lebih bulat dan memperoleh kantung renang serta duri pelindung.

Betina mampu melepaskan ratusan ribu hingga jutaan telur pelagis, yang mengapung di kolom air dan dibuahi secara eksternal. Setelah menetas, larva hidup sebagai plankton dan menyebar mengikuti arus laut sebelum akhirnya menetap di dasar laut dan mengalami perubahan morfologis yang khas.

Dalam waktu sekitar 14 hari setelah menetas, salah satu mata larva ikan sebelah mulai bermigrasi melintasi kepala, melalui depresi antara bar supraorbital (tulang di atas mata) dan sirip punggung. Proses ini melibatkan restrukturisasi tulang tengkorak, termasuk pemelintiran tulang frontal dan etmoid, hingga akhirnya mata berpindah ke sisi yang berpigmen.

Setelah migrasi selesai, larva kehilangan kantung renangnya dan tenggelam ke dasar laut, mengadopsi gaya hidup bentik sebagai ikan dewasa. Sisi buta berubah menjadi putih, sedangkan sisi mata menyesuaikan pigmentasi dengan lingkungan sekitarnya.

Siklus hidup dua tahap ikan sebelah, fase larva pelagis dan dewasa bentik, merupakan strategi evolusi yang sukses, dengan larva bermigrasi dari perairan dalam ke habitat pembibitan yang lebih dangkal untuk bertahan hidup.

Menurut studi Scottish Association for Marine Science, pemijahan ikan sebelah sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan transportasi larva oleh arus laut. Penelitian ini menganalisis bagaimana faktor seperti suhu dan arus memengaruhi penyebaran larva serta interaksi biologis yang menentukan tingkat kelangsungan hidup selama fase planktonik.

Tingkat kematian larva sangat tinggi, dan hanya sebagian kecil yang mencapai tahap metamorfosis untuk beradaptasi dengan kehidupan bentik. Arus laut memainkan peran kunci dalam migrasi ini, dengan spesies yang berbeda mengembangkan adaptasi unik demi memastikan keberhasilan mereka dalam ekosistem.

Strategi reproduksi ikan sebelah memungkinkan penyebaran luas dan mengurangi persaingan makanan, tetapi sangat bergantung pada kondisi oseanografi yang terus berubah. Perubahan iklim dapat mengganggu pola adveksi larva, memengaruhi tingkat rekrutmen dan kelangsungan populasi dalam jangka panjang, yang pada akhirnya berdampak pada keseimbangan ekosistem laut.

Strategi Bertahan Hidup di Dasar Laut

Untuk bertahan hidup di lingkungan dasar laut, ikan sebelah telah beradaptasi secara alami, terutama dalam kamuflase, gerakan, dan interaksi dengan substrat.

Sisi mata ikan sebelah memiliki pola dan intensitas pigmen yang bervariasi, memungkinkan mereka untuk meniru warna dan tekstur lingkungan sekitarnya secara efektif. Mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk mengubah pigmentasi tubuh agar sesuai dengan latar belakang, mirip dengan kemampuan beberapa Cephalopoda.

Beberapa spesies bahkan menampilkan bintik mata yang mencolok atau mampu meniru cacing pipih beracun sebagai bentuk pertahanan diri dari predator. Sebaliknya, sisi buta yang menghadap ke bawah umumnya tidak berpigmen atau berwarna putih pucat, karena tidak terpapar cahaya.

Ikan sebelah biasanya berbaring di dasar laut, sering kali menutupi diri dengan pasir atau lumpur, sehingga hanya mata mereka yang menonjol ke permukaan. Eksperimen yang dilakukan tim peneliti berjudul "Effects of Organism and Substrate Size on Burial Mechanics of English Sole, Parophrys Vetulus" mengamati serangkaian gerakan mengubur diri ikan sebelah.

Riset menemukan bagaimana flatfish menggunakan undulasi (gerakan mengombak) tubuh dan sirip secara siklis untuk memaksa air masuk ke dalam sedimen, menciptakan proses fluidisasi yang menggeser partikel substrat ke kolom air.

Ketika kecepatan air berkurang, partikel-partikel yang tersuspensi ini mengendap kembali di atas tubuh ikan, menyembunyikannya dari pandangan predator maupun mangsa. Kemampuan untuk mengubur diri ini bervariasi antar spesies dan dipengaruhi oleh ukuran ikan serta ukuran partikel sedimen. Ikan yang lebih besar mungkin kesulitan memfluidisasi partikel yang lebih besar.

Mata mereka dapat diangkat, diturunkan, dan digerakkan secara bebas. Dengan berbaur sempurna dengan dasar laut dan membenamkan diri, mereka menjadi hampir tidak terlihat, memungkinkan mereka untuk menyergap mangsa yang tidak curiga.

Gerakan mata mereka yang leluasa sangat penting untuk memindai lingkungan dari posisi tersembunyi, menunjukkan kemampuan canggih antara adaptasi defensif dan ofensif.

Risikonya, lingkungan bentik yang berlumpur dapat memengaruhi fungsi dan aktivitas mereka. Studi menunjukkan bahwa peningkatan viskositas air, yang dapat terjadi karena tingginya konsentrasi bahan organik di dasar berlumpur, dapat memengaruhi aktivitas ventilasi insang.

Selain itu, mekanika penguburan diri (fluidisasi) membutuhkan energi yang besar dan sangat bergantung pada faktor lingkungan spesifik, serta faktor biologis seperti ukuran ikan.

Ikan sebelah atau flatfish

Ikan sebelah atau flatfish. FOTO/iStockphoto

Rantai Makanan Bawah Laut

Ikan sebelah, seperti ditunjukkan penelitian yang diterbitkan Journal of Northwest Atlantic Fishery Science, merupakan predator dasar laut yang memangsa berbagai invertebrata bentik dan ikan kecil, dengan pola makan yang berubah seiring bertambahnya usia. Flounder muda lebih banyak mengonsumsi udang dan cacing, sedangkan yang dewasa beralih ke ikan kecil seperti mullet dan teri.

Sedangkan spesies flatfish yang lebih besar, seperti halibut, cenderung piscivora dan menjadikan ikan sebagai makanan utama, sementara sole memilih invertebrata sebagai santapannya.

Sebagai predator puncak di perairan dangkal, ikan sebelah berperan menjaga keseimbangan populasi spesies dasar laut serta menjadi penghubung energi dalam ekosistem, mengubah biomassa bentik menjadi sumber makanan bagi organisme lain, termasuk manusia.

Larvanya memainkan peran penting dalam rantai makanan estuari (ekosistem pembibitan dan budidaya ikan) dengan bergantung pada materi organik dari jaring makanan bentik. Interaksi mereka dengan lingkungan menunjukkan pentingnya ekosistem yang sehat bagi kelangsungan hidupnya, sementara ancaman seperti polusi dan perubahan suhu laut dapat berdampak besar pada populasi serta keseimbangan ekosistem secara keseluruhan.

Populasi ikan sebelah sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu yang memengaruhi pertumbuhan dan ketersediaan makanan mereka. Sebagai bioindikator ekosistem, perubahan pola makan atau penurunan jumlah ikan sebelah mencerminkan gangguan yang lebih luas dalam jaring makanan bentik, seperti degradasi habitat akibat pukat dasar atau perubahan iklim.

Selain itu, metode penangkapan destruktif seperti pukat dasar dan pengerukan telah menyebabkan penurunan stok di Atlantik Barat Laut sejak akhir 1980-an, mengancam keseimbangan ekosistem perairan.

Perubahan iklim juga memperburuk kondisi dengan memengaruhi pola arus dan ketersediaan makanan larva. Pemantauan populasi ikan sebelah menjadi penting untuk memahami dinamika ekosistem dan dampak dari aktivitas manusia serta perubahan lingkungan.

Aktivitas manusia seperti polusi atau perusakan habitat pesisir dapat berdampak besar pada populasi ikan dewasa di laut. Oleh karena itu, perlindungan ekosistem estuari menjadi krusial dalam menjaga keseimbangan populasi ikan sebelah.

Baca juga artikel terkait IKAN atau tulisan lainnya dari Ali Zaenal

tirto.id - Edusains
Kontributor: Ali Zaenal
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi