Menuju konten utama

Mengenal Thalassophobia: Ketakutan pada Lautan Luas & Dalam

Mengenal fobia terhadap laut, dari penyebab, gejala, hingga penanganannya

Mengenal Thalassophobia: Ketakutan pada Lautan Luas & Dalam
Ilustrasi ketakutan.FOTO/Istockphoto

tirto.id - Laut bukanlah tempat yang indah bagi sebagian orang. Bagi mereka yang memiliki thalassophobia, laut merupakan tempat yang menakutkan.

Thalassophobia sendiri merupakan ketakutan pada perairan yang luas, gelap, dalam, dan berbahaya. Berbeda dengan aquaphobia atau fobia terhadap air, orang dengan thalassophobia cenderung lebih takut dengan bahaya yang mengintai di bawah permukaan air dibanding dengan air itu sendiri.

Meskipun ada orang yang mengaku memiliki ketakutan ekstrem terhadap perairan luas dan dalam, thalassophobia sendiri tidak diakui sebagai kelainan oleh DSM-5, atau manual diagnostik gangguan mental yang digunakan oleh psikiater dan profesional kesehatan mental lainnya.

Penderita Thalassophobia akan mengalami serangan panik dan gangguan kecemasan ketika berhadapan dengan laut ataupun perairan dalam.

Dilansir dari Healthline, manifestasi kecemasan dapat muncul kapan saja, seperti saat di dekat pantai atau ketika berkendara di dekat laut. Kecemasan juga bisa muncul ketika penderita berada di atas lautan dalam pesawat. Beberapa kasus parah bahkan terjadi hanya ketika penderita melihat foto lautan atau mendengar kata "lautan."

Pada saat serangan panik, penderita thalassophobia biasanya akan merasakan beberapa gejala, mulai dari gemetaran, berkeringat, mata berkunang-kunang, pusing, mual, hingga disosiasi.

Faktor gentik, pengalaman, dan pola asuh jadi penyebabnya

Fobia terhadap laut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor. Dilansir dari Very Well Mind, berikut beberapa penyebab thalassophobia:

  • Genetika, yakni faktor yang berkaitan dengan genetika dan evolusi. Sejak dahulu, nenek moyang manusia yang berhati-hati memiliki ketakutan terhadap perairan lebih mungkin untuk bertahan hidup daripada yang tidak. Pada akhirnya, ketakutan-ketakutan tersebut diwariskan kepada keturunan-keturunan mereka.
  • Pengalaman traumatis. Banyak kasus fobia yang ditimbulkan akibat pengalaman masa lampau penderitanya. Pengalaman tersebut diperlajari dan diterjemahkan sebagai ketakutan. Dalam kasus thalassophobia, pengalaman traumatis bisa berupa tenggelam saat sedang berenang di lautan, melihat kejadian mengerikan di laut, kecelakaan di perairan, dan sebagainya.
  • Pola asuh orang tua. Pada anak-anak yang memiliki orangtua dengan thalassophobia atau fobia lainnya lebih mungkin mengalami hal serupa dibanding yang tidak. Hal ini karena pengamatan, apalagi dalam jangka waktu yang lama, dapat memengaruhi perasaan takut seseorang melalui kebiasaan.
Penanganan oleh tenaga profesional

Gangguan panik dan kecemasan dari thalassophobia bisa jadi sangat mengganggu kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, menemui tenaga profesional merupakan salah satu cara untuk mengatasi gangguan akibat thalassophobia.

Penanganan thalassophobia oleh terapis maupun psikiater dapat menggunakan terapi bicara yang populer dalam pengobatan psikologi, yakni Cognitive Behavioral Therapy (CBT).

Dilansir dari Better Help, dalam kasus penanganan fobia, terapis akan menggunakan CBT ketika penderita dinilai kebal terhadap metode lain. Hal ini didasari pada gagasan bahwa persepsi pasien terhadap suatu situasi lebih erat terkait dengan reaksi daripada situasi itu sendiri. Dengan kata lain, antisipasi lebih buruk daripada peristiwa yang dimaksud.

Menggunakan metode CBT dapat mengubah ketakutan menjadi pikiran poitif, dengan melakukan pendekatan yang meningkatkan reaksi penderita dan mengurangi rasa takut terhadap obyek fobia di kehidupan nyata.

Baca juga artikel terkait FOBIA atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Yulaika Ramadhani