Menuju konten utama

Menggenjot Ekonomi Jawa Tengah Lewat Destinasi Wisata Prioritas

Festival seperti Specta diharapkan bisa membantu pemerintah mengangkat pertumbuhan ekonomi dan pariwisata.

Menggenjot Ekonomi Jawa Tengah Lewat Destinasi Wisata Prioritas
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menggelar Specta E-MTB Adventure Race 2024 di kawasan Hutan Tinjomoyo, Kabupaten Semarang pada 16-19 Agustus 2024. (FOTO/Humas Pemprov Jateng)

tirto.id - Jawa Tengah menjadi salah satu wilayah yang memiliki potensi wisata melimpah. Wisata alam, budaya hingga situs-situs bersejarah banyak tersebar di provinsi yang memiliki penduduk lebih dari 37 juta jiwa itu.

Muhammad Afchohi Burhan alias Cohi adalah salah satu orang yang kerap melancong mengunjungi tempat-tempat wisata di Jawa Tengah. Dengan hiruk-pikuk Jakarta dan pekerjaan di kantornya, wisata alam, seperti gunung sampai pantai di Jateng sudah banyak dijamahnya untuk sekadar refreshing, menyegarkan kembali isi kepala agar siap kembali beraktivitas.

“Jadi kan emang saya tuh passion-nya emang lebih senang ke alam. Karena buat (menambah) energi juga gitu. Misalnya di pantai, gunung gitu. Karena kan sudah hari-hari selalu di Jakarta gitu kan. Buat refreshing,” kata Cohi melalui sambungan telepon kepada Tirto, Selasa (24/9/2024).

Menurut eksekutif asisten direktur PT Bio Farma (Persero) itu, dari daerah-daerah di Jawa Tengah yang pernah dikunjunginya, Kecamatan Baturaden di Banyumas adalah salah satu wilayah dengan destinasi wisata alam yang patut mendapat acungan jempol. Sebab, tak cuma memiliki beragam destinasi wisata yang menarik, kecamatan yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit dari pusat Kota Purwokerto itu mudah diakses oleh transportasi umum.

“Purwokerto ini atau di Banyumas ini wisata paling hits itu di Baturaden. Ini karena benar-benar dekat sama gunung, terus juga dekat sama kota. Sehingga potensi wisatanya cukup bagus, ya. Karena dapat dijangkau dengan kereta maupun dengan transportasi bus dan lain sebagainya,” kata Cohi.

Selain di Baturaden, masih banyak lagi destinasi wisata menarik di Jawa Tengah. Beberapa di antaranya adalah pemandian air panas Guci di Kota Tegal, wisata air di Kecamatan Belik, Pemalang, hingga wisata sejarah di Candi Kedaton yang terletak di Dusun Lawang Kedaton, Desa Adungbiru, Tiris.

Bergeser ke selatan, banyak pantai-pantai di Kabupaten Kebumen yang tak kalah cantik dari yang dimiliki Bali. Dengan pasir hitam, banyak pantai di Kebumen yang dipenuhi tebing-tebing tinggi, yang biasa dijadikan lokasi foto oleh para pengunjung.

“Kebumen itu pantainya tidak kalah bagus, (seperti) Bali selatan. Jadi banyak tebing-tebing gitu, kayak daerah Uluwatu. Di sini pasirnya hitam. Kalau lagi musim kemarau, waktu sunset itu keren banget,” imbuh pria 27 tahun yang gemar membagikan pengalaman perjalannya di Instagram pribadinya, @mhdafchohi.burhan.

Berbeda dengan Cohi, Tri Ambar, yang memiliki satu buah hati yang baru masuk sekolah dasar (SD), cukup sulit bepergian ke tempat-tempat wisata di daerah lain di luar tempat tinggalnya, Pagerejo, Kecamatan Kertek, Jawa Tengah. Apalagi, suaminya adalah karyawan pabrik yang tak mudah mendapat izin dari tempatnya bekerja hanya untuk berwisata.

Karena itu, Tri Ambar sangat bersyukur ketika ada festival yang diadakan di Wonosobo, seperti Jawa Tengah Sport Tourism Event Specta dengan tema Sindoro Sumbing Triathlon & Duathlon 2024 Challenge. Meski tak mengikuti seluruh rangkaian acara Specta, namun perempuan 25 tahun itu cukup menikmati Zumba yang dipandu oleh brand ambassador Zumba Indonesia, Denada, serta malam festival yang menampilkan beberapa artis seperti Pongki Barata, Gilga Sahid dan Gild Coustic itu.

“Itu kalau enggak salah Juni kemarin. Seru banget acaranya. Siang belajar Zumba sama Kak Denada. Malamnya nonton konser terus ada (penerbangan) lampionnya juga,” kata Ambar, saat dihubungi Tirto, Selasa (24/9/2024).

Selain itu, karena berbasis komunitas olahraga, Specta yang digelar di Lapangan Pagerejo itu juga menghadirkan banyak atlet lari dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, banyak pula tenant-tenant UMKM yang menjajakan berbagai makanan, pakaian, serta aksesoris yang juga menarik perhatian dia dan putranya.

“Anakku kemarin foto sama atlet lari. Lupa dari negara mana. Tapi aku suruh foto aja, biar nular bisa jadi atlet juga,” kata ibu rumah tangga tersebut sambil terkekeh.

Mendongkrak Perekonomian Jawa Tengah

Seiring dengan padatnya penduduk Jawa Tengah, pariwisata berbasis komunitas seperti Specta juga menjadi salah satu pilihan bagi penduduk Jawa Tengah untuk menghabiskan waktu luangnya atau bahkan menghibur diri dari rasa jenuh.

Di sisi lain, baik destinasi wisata prioritas berbasis alam, budaya maupun komunitas juga dinilai dapat mendongkrak perekonomian Jawa Tengah. Sebagai contoh, dengan pemandangannya yang memikat dan lingkungan asri serta udara menyejukkan, tempat-tempat wisata alam di Baturaden membuat Cohi berulang kali meluangkan waktu liburnya untuk kembali ke sana.

Apalagi, banyak destinasi wisata di Jawa Tengah yang telah dikelola dengan baik, baik oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti Perum Perhutani untuk wisata alam maupun oleh pemerintah daerah secara langsung.

“Bagusnya perbedaan wisata di Jawa Tengah dan Jawa Barat itu dari pengelolaannya. Kalau saya lihat, di Jawa Barat kayak misalnya di Sentul atau di Bandung itu banyak banget pungli (pungutan liar). Jadi, kayak pas masuk nanti tuh di dalam ada bayar lagi. Sedangkan di Jawa Tengah itu cuma bayar yang resmi. Ketika masuk ke loket (bayar), setelah masuk, ya sudah. Di dalam nggak perlu lagi,” kata pria yang kini menetap di Jakarta itu.

Belum lagi, beberapa destinasi wisata juga telah memiliki tim komunikasi sendiri yang senantiasa memberikan pembaruan informasi kepada masyarakat, khususnya melalui akun media sosial yang dimiliki destinasi wisata itu. Bahkan, beberapa pengelola destinasi wisata telah menggandeng pemengaruh (influencer) untuk membantu promosi.

“Terus, mereka (pengelola) kayak meng-guide anak-anak muda (influencer) gitu untuk selalu meng-update (informasi) tempat wisata. Nah ini daya tariknya, jadi terkonsep gitu,” sambung Cohi.

Sementara itu, menurut Ambar, acara seperti Specta sangat dinantikan oleh orang-orang seperti dirinya yang ingin merasakan kemeriahan dari sebuah festival. Meski begitu, agar semakin ramai, pemerintah nampaknya harus bisa meningkatkan keamanan dan ketertiban dari festival yang digelar di manapun.

“Kalau buat PR-nya, ini masih banyak copet. Banyak kemarin orang yang kecopetan, helm hilang. Terus, habis acara selesai juga sampahnya di mana-mana. Kayaknya ini kudu dibenerin,” kata dia.

Meski begitu, Cohi dan Ambar sepakat, destinasi wisata alam maupun berbasis komunitas bisa mendongkrak perekonomian Jawa Tengah. Besarnya potensi ekonomi yang dapat diraup terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Juli 2024, dari total 52,34 juta kunjungan di Pulau Jawa, 10,26 juta perjalanan di antaranya adalah ke Jawa Tengah. Secara kumulatif dari Januari-Juli 2024, sebanyak 89,56 juta wisatawan nusantara melakukan perjalanan ke Jawa Tengah.

Selain itu, jika dilihat dari tingkat keterisian kamar, pada Juli 2024 rata-rata lama menginap tamu di Jawa Tengah adalah 1,23 malam, dengan rincian 1,33 malam untuk hotel bintang dan 1,07 malam untuk hotel non bintang.

“Perkembangan transportasi menunjukkan jumlah kedatangan (debarkasi) penumpang angkutan udara yang datang ke Jawa Tengah pada Juli 2024 sebanyak 176.576 orang, naik 69,09 persen dibandingkan Juni 2024,” tulis BPS Provinsi Jawa Tengah dalam unggahannya di akun Instagram @bpsprovjateng, dikutip Tirto, Rabu (25/9/2024).

Meski cukup mengembirakan, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, Agung Hariyadi, mengatakan, pihaknya masih akan terus mendorong pengembangan destinasi wisata dan wisata berbasis komunitas seperti Specta. Pada saat yang sama, pengembangan pengelolaan pariwisata mulai dari pengelolaan rumah singgah (homestay), hingga meningkatkan kemampuan alih bahasa pemandu wisata juga terus dilakukan untuk membuat wisatawan semakin nyaman melancong ke Jawa Tengah.

Sementara dari sisi destinasi wisata, Agung mengaku pihaknya telah memiliki rencana untuk menggenjot promosi destinasi wisata di gugusan Kepulauan Karimunjawa, hingga pesona Jateng Selatan di Kebumen dan Purworejo.

“Kami kolaborasikan dengan sektor perbankan untuk dukungan operasional guna pengembangan wisata Jateng,” kata Agung, dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Ajak Masyarakat Cinta Produk dan Pariwisata Dalam Negeri

Dari sisi pariwisata berbasis komunitas, festival seperti Specta diharapkan juga bisa membantu pemerintah untuk mengangkat pertumbuhan ekonomi dan pariwisata, selain juga memasyarakatkan olahraga kepada penduduk Jawa Tengah. Hingga kini sudah terselenggara 11 event dari 14 agenda yang direncanakan.

Dalam setiap penyelenggaraan, panitia selalu melibatkan usaha kecil mikro menegah (UMKM) untuk turut memeriahkan acara. Teranyar, Specta EMTB Adventure-Race 2024 dihelat di kawasan hutan Tinjomoyo, Kabupaten Semarang, pada 16-19 Agustus 2024.

Program ini sejalan dengan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia (BBWI) dan Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang tengah digaungkan pemerintah pusat.

Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, mengatakan, banyak potensi wisata dan produk lokal yang bisa dibanggakan. Selain Candi Borobudur, banyak potensi wisata yang lain menarik.

“Ke depan kita bersama-sama masyarakat, supaya pariwisata di Indonesia, khususnya di Jateng, akan semakin berkembang,” kata Nana saat memberikan sambutan pada Opening Ceremony Peringatan Hari Jadi ke-79 Provinsi Jateng di Kampus 3 UIN Salatiga, Minggu, 18 Agustus 2024.

Dalam kegiatan itu, sekaligus mencanangkan Gerakan BBWI dan BBI bersama Direktur Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim Kementerian Kominfo, Septriana Tangkary.

Nana berharap, pencanangan BBWI dan BBI mampu meningkatkan kemauan masyarakat Jateng dalam membanggakan bangga produk lokal. Apalagi, produk-produk lokal tidak kalah dengan produk luar negeri.

Ia mencontohkan, hingga kini produk Naruna Ceramic asal Kota Salatiga telah menguasai pasar ekspor keramik dunia. Bahkan produknya sudah tembus di 13 negara. Perjalanan Naruna Ceramic itu, mendapatkan apresiasi UMKM Champion Harvesting Gernas BBI dan BBWI kategori craft.

“Jadi kita harus betul-betul mencintai produk-produk Indonesia, yang memang tidak kalah dengan produk luar negeri,” kata dia.

Nana menambahkan, keindahan alam juga mesti dikembangkan dengan kreatifitas dan inovasi. Ia meyakini, dengan berbagai inovasi kegiatan, maka dapat meningkatkan daya tarik masyarakat berwisata di dalam negeri, khususnya di Jateng.

Salah satu peserta kompetisi Specta E-MTB Adventure-Race 2024 asal Bolovia-Amerika Selatan, Yara mengaku, terkesan melihat rute E-MTB, yang menyajikan keindahan alam di setiap rutenya. Menurutnya, E-MTB di Salatiga menjadi kompetisi yang indah.

“Ini adalah cara yang sangat indah dan menyenangkan untuk menjelajahi alam di luar kota, bahkan mampu menghubungkan dengan orang-orang,” kata dia.

Yara yang baru pertama kali datang ke Indonesia mengaku terkejut dan senang, sebab masyarakat setempat terbuka menerima orang asing.

Baca juga artikel terkait PARIWISATA atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - News
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Abdul Aziz