Menuju konten utama

Komitmen Jazz Gunung Indonesia bagi Sektor Kreatif & Pariwisata

Setelah Jazz Gunung Bromo 2024 terlaksana, Jazz Gunung Series berikutnya adalah Jazz Gunung Ijen (Agustus) dan Jazz Gunung Burangrang (September).

Komitmen Jazz Gunung Indonesia bagi Sektor Kreatif & Pariwisata
Penampilan grup musik Elfa's Singers di hari pertama Jazz Gunung Bromo 2024, Jumat, 19 Juli 2024. tirto.id/Andhika Krisnuwardhana

tirto.id - Jazz Gunung Bromo kembali hadir untuk yang ke-16 kalinya, Jumat-Sabtu, 19-20 Juli 2024. Bertempat di Jiwa Jawa Resort Bromo, helatan ini sukses mendatangkan 2.750 orang per hari dengan perputaran ekonomi mencapai Rp24.237.5000.

“Selama dua hari kegiatan Jazz Gunung Bromo, rata-rata asumsi belanja setiap pengunjung adalah 8 juta rupiah per kunjungan, meliputi transaksi di lini industri pariwisata, terutama kuliner, transportasi, perhotelan, hingga UMKM, dan masyarakat sekitar,” bunyi keterangan yang diterima Tirto.id, Minggu sore (21/7/2024).

Sebelum acara dimulai, PT Jazz Gunung Indonesia (JGI), penyelenggara kegiatan, menggelar press conference di Papua Meeting Room, Jiwa Jawa Resort Bromo. Acara dihadiri oleh Founder JGI Sigit Pramono dan Butet Kartaredjasa, didampingi Direktur JGI Bagas Indyatmono, kurator JGI Dewa Budjana dan Bintang Indrianto, musisi Perancis Noé Clerc, mentor Bromo Jazz Camp Kevin Yosua, ahli batik Dudung Alisyahbana, dan perwakilan sponsor.

Selain menyuguhkan penampilan musik, sektor kesenian dan industri kreatif lain seperti fotografi dan batik juga turut diberdayakan. Tahun ini, kali kedua Pasar Batik digelar meramaikan Jazz Gunung Bromo.

“Upaya ini dilakukan untuk menggerakkan perekonomian di Bromo yang sejauh ini hanya mengandalkan komponen keindahan alam, melihat sunrise. Dengan adanya Jazz Gunung Bromo dan Pasar Batik, wisatawan yang berkunjung ke Bromo akan tinggal lebih lama,” ungkap Sigit Pramono.

Sebelum Jazz Gunung Bromo 2024 terlaksana, JGI lebih dulu sukses menyelenggarakan Jazz Gunung Slamet di Baturaden, Mei lalu. Berikutnya, di bawah program Jazz Gunung Series, JGI juga akan menggelar Jazz Gunung Ijen di Banyuwangi (Agustus) dan Jazz Gunung Burangrang di Bandung (September).

Tak hanya itu, melalui Jazz Gunung & Beyond, di tahun ini juga JGI masih bakal melaksanakan serangkaian acara, mulai dari Jazz Kota Lama (Semarang, Agustus), GAIA Music Festival: Jazz In The Valley (Bandung, Agustus), hingga International Golo Mori Jazz (Labuan Bajo, November).

Dukungan Banyak Pihak

Jazz Gunung Bromo eksis karena dukungan banyak pihak, salah satunya BCA. Keterlibatan bank swasta ini dalam Jazz Gunung Bromo terlaksana di bawah payung Bakti BCA. Bakti BCA merupakan wujud komitmen perseroan dalam memberi dampak positif bagi bangsa, selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan Indonesia.

BCA percaya, individu yang berdaya dapat memberdayakan komunitasnya. Kemudian, komunitas yang berdaya dapat berkontribusi positif pada kelestarian ekosistem, sehingga tercipta sebuah siklus saling berpengaruh dan berkaitan. VP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, mengatakan bahwa BCA terus memperkuat komitmen untuk mendukung perkembangan industri musik dan pariwisata nasional.

“Memasuki tahun ke-16 penyelenggaraan Jazz Gunung Bromo, BCA sadar acara ini telah menjadi perhelatan yang tidak hanya dinanti penikmat musik jazz, tapi juga menjadi ajang penting untuk mempromosikan kekayaan alam serta seni Indonesia, sekaligus memajukan perekonomian kreatif di sekitar Gunung Bromo,” ungkap Hera.

Sponsor lainnya, BRImo, menekankan bahwa mereka punya komitmen yang besar untuk mendukung industri musik jazz tanah air, dengan harapan para pecinta jazz sendiri mendapatkan new experience cashless menggunakan transaksi BRImo. Hingga saat ini, BRImo merupakan salah satu mobile banking partner Jazz Gunung.

“Kami berkomitmen untuk mendukung industri musik, khususnya jazz. Kami memberikan sponsorship salah satunya lewat program diskon dan cashback untuk pembukaan rekening,” terang Regional Funding & Retail Transaction Banking Head BRI RO Malang, Wahyuningtyas Kurniawati.

Wings, produsen produk rumah tangga, perawatan kain, perawatan diri, hingga makanan dan minuman, juga mensponsori Jazz Gunung Bromo. Perwakilan Wings, Product Coordinator TOP Coffee, Tirza Christina Seputra, menyebut produk-produk Wings sudah dekat dengan masyarakat dan ingin lebih didekatkan lagi lewat kerjasama dengan Jazz Gunung Indonesia, sekalian berkontribusi pada sektor pariwisata.

“Kami ingin juga memajukan pariwisata dan perekonomian melalui produk Wings. Harapannya, kalau ada rangkaian Jazz Gunung, Wings bisa terus ikut mendukung,” ungkap Tirza.

Selain tiga sponsor yang sudah disebut di atas, Jazz Gunung Bromo 2024 juga terlaksana berkat dukungan Warna Agung dan Eiger Adventure. Adapun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia mendukung penyelenggaraan kegiatan rutin ini sejak 2017.

Bromo Jazz Camp, Ajang Regenerasi Musisi Jazz

Berlangsung lebih dari 1 dekade, Jazz Gunung Indonesia punya visi lain di luar memajukan industri pariwisata di sekitar venue mereka. JGI peduli dengan edukasi dan regenerasi ekosistem Jazz di Indonesia, dan hal itu ditunjukkan dengan melangsungkan Bromo Jazz Camp untuk kali pertama.

“Program ini sudah dibicarakan sejak dua tahun lalu bersama Sri Hanuraga dan dan Cak Hend, baru tahun ini terselenggara. Kami sepakat Jazz Gunung Indonesia harus membuat sesuatu yang tidak jadi perhatian di festival lain, yakni dengan residensi dan regenerasi musisi muda,” ungkap Bagas.

Bagas menambahkan, Bromo Jazz Camp terwujud berkat kolaborasi dengan Legato Jazz Club yang membuat jazz camp di Solo. “Kami ajak mereka kolaborasi untuk satu tujuan yang sama, yaitu regenerasi musisi jazz.”

Bromo Jazz Camp dimulai sejak 16 Juli 2024 dengan Kevin Yosua, Sri Hanuraga, dan Hansen Arief bertindak sebagai pengajar. Di sela kegiatan, 10 peserta diajak “turun gunung” ke Malang untuk tampil di komunitas jazz. Barulah pada Jumat, 19 Juli 2024, mereka menunjukkan kebolehannya langsung di hadapan pengunjung Jazz Gunung Bromo. Tak tanggung-tanggung, para peserta juga berkolaborasi dengan Noé Clerc Trio, musisi jazz dari Perancis.

"Jazz Gunung Bromo sangat memfasilitasi kami yang sedang ingin menimba ilmu dan mengalami sendiri bagaimana sebuah pertunjukan jazz dipersiapkan," ungkap Wina, salah seorang peserta Bromo Jazz Camp. Saat tampil, Wina bertindak sebagai vokalis.

Tentang Jazz Gunung Indonesia

Jazz Gunung Indonesia merupakan perhelatan konser jazz bernuansa etnik yang diselenggarakan di amfiteater terbuka, tempat destinasi wisata, kawasan pegunungan yang sejuk dan indah. Tujuannya agar musik dan musisi jazz dapat tampil sekaligus mempromosikan tempat wisata yang sangat potensial.

Jazz Gunung Indonesia mulai menggelar Jazz Gunung Bromo pada tahun 2009. Pada tahun 2016, Jazz Gunung dilangsungkan di kawasan Ijen, Banyuwangi, dengan tajuk Ijen Summer Jazz.

Saat ini Jazz Gunung telah menjadi rangkaian atau series dengan bertambahnya Jazz Gunung Slamet di Purwokerto dan Jazz Burangrang di Bandung.

Pada 2021, Jazz Gunung Bromo tetap diselenggarakan dengan sukses. Acara berlangsung pada 25 September dengan membatasi kapasitas penonton. Setahun berikutnya, Jazz Gunung Bromo dilaksanakan pada 22-23 Juli 2022. Kala itu penonton penuh dan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah.

Baca juga artikel terkait JAZZ GUNUNG BROMO atau tulisan lainnya dari Siaran Pers

tirto.id - Musik
Penulis: Siaran Pers
Editor: Tim Media Service

Artikel Terkait