tirto.id - Triyanto Soetardjo menaruh perhatian khusus pada parijoto, buah lokal yang banyak tumbuh di tempat tinggalnya, kawasan Gunung Muria. Sejak 2015, ia bereksperimen membuat olahan dari buah bernama latin medinilla speciosa itu.
Dua tahun berselang, Triyanto yang karib disapa Tryan, memantapkan niat untuk serius menggeluti usaha olahan parijoto hingga mempunyai brand sendiri bernama "Alammu.”
Lambat laun, usaha yang berbasis di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah ini terus berkembang. Dari yang awalnya hanya sirop parijoto, Tryan memiliki produk olahan lain meliputi permen parijoto, keripik parijoto, hingga teh parijoto.
Setiap produk memiliki keunggulan masing-masing. Seperti teh celup dan teh tubruk parijoto yang menyuguhkan rasa original buah parijoto.
“Kalau yang paling banyak peminatnya ya Sirup Parijotho Alammu. Rata-rata per bulan kami bisa memproduksi 400 liter,” cerita Tryan kepada kontributor Tirto via telepon, Rabu (11/9/2024).
Pemasaran produk-produk Alammu mengandalkan penjualan berbasis daring. Juga membangun jaringan reseller yang sempat mencapai 200-an seller, meski kini yang aktif sekitar 50 seller.
“Penjualan kami hampir 75 persennya secara online, selebihnya dijual offline. Seller kebanyakan juga menjual online di marketplace," imbuh pemilik CV Seleksi Alam Muria tersebut.
Usaha Tryan berbisnis dengan mengoptimalkan potensi lokal telah berbuah manis. Ia bahkan berhasil mencari solusi atas masalah penjualan buah parijoto dengan cara mengolahnya menjadi produk bernilai lebih tinggi.
Jangkau Pasar Luar Negeri
Ragam produk olahan buah parijoto milik Tryan sudah terjual ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan, sudah 'terbang' ke mancanegara--meskipun volume penjualannya terbatas, bukan kapasitas ekspor.
“Tahun 2019/2020 pernah ada promo ikut jual ke Malaysia, itu beberapa kali. Ke Thailand juga," ungkap Tryan. Pernah pula pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia dan Hongkong memesan via jasa ekspedisi.
Cerita sukses juga hadir dari perempuan asal Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Namanya Ani Susilowati. Ia mengembangkan usaha berbasis bawang merah yang merupakan komoditas pertanian andalan di wilayahnya.
Ani tergerak untuk mengolah bawang agar memiliki nilai jual lebih setelah mengetahui harga bawang kerap 'terjun bebas'. Pada 2017, Ani membuat usaha bawang goreng dengan memberdayakan ibu-ibu di kampungnya.
Kini Ani memiliki merek terkenal bernama Bawang Goreng Simbok. Produksi usahanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun pertama, baru mampu mengolah 100 kilogram bawang merah per bulan.
"Rata-rata sekarang kami bisa mengolah tiga ton bawang merah per bulan," ujar Ani saat dihubungi Tirto, Rabu (11/9/2024).
Bawang Goreng Simbok memilili lima varian rasa. Meliputi original, pedas terasi, teri medan, udang rebon, dan telur asin. Varian rasa ini juga berasal dari bahan dan rempah asli, bukan bumbu instan.
Produk tersebut tidak hanya terjual di kancah nasional, melainkan sudah dinikmati orang yang tinggal di luar negeri, seperti di Australia, Belanda, Turki, Arab Saudi hingga Jerman.
Ani sudah lama melengkapi administrasi untuk menjangkau pasar mancanegara seperti HAKI, Hazard Analysis and Critical Control Points (HACPP), BPOM, sertifikat halal, dan lainnya.
Peran Pemrov Jawa Tengah
Tryan selaku pemilik merek Alammu parijoto asal Kudus, menyadari bahwa capaian suksesnya saat ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, termasuk peran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah.
Dia mengaku beberapa kali mengikuti pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Kini, Tryan sering didapuk sebagai pembicara untuk menceritakan perjalanan manis mengelola bisnis parijoto.
Begitu pula dengan Ani, pemilik usaha Bawang Goreng Simbok asal Brebes. Ia kerap mendapat fasilitas pelatihan manajemen usaha, business matching, hingga diikutsertakan dalam pameran-pameran.
“Alhamdulillah dari situ banyak promosi untuk Bawang Goreng Simbok sendiri,” kata Ani. Produknya semakin terkenal dan memperluas jangkauan pasar.
Menurut Ani, pemerintah tingkat kabupaten hingga Pemprov Jawa Tengah berkontribusi besar dalam memajukan bisnisnya. Ia tumbuh seiring banyaknya uluran tangan berbagai pihak.
“Jadi kami memang betul-betul dari awal dari dinas kabupaten, terus dari dinas provinsi, alhamdulillah mulai 2019 kami dapat pembinaan dari Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah,” tutur Ani.
Bahkan setelah itu ia mendapat bimbingan dari kementerian.
Pemprov Jawa Tengah berkomitmen mendukung pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas, mulai dari meningkatkan kualitas hingga produksi yang berorientasi ekspor.
Pada 20--21 Juli 2024, Pemprov Jawa Tengah memberangkatkan 20 pelaku UMKM ke Kota Denpasar, Bali pada acara Kontak Bisnis dan Pameran Produk UMK.
Mereka dipertemukan dengan pembeli dari dalam dan luar negeri. Termsuk dipertemukan dengan Konsulat Jenderal (Konjen) dari 32 negara, di antaranya Konjen Australia, Amerika, Britania Raya, Denmark, Finlandia, Korea Selatan, Spanyol, Swiss, Tunisia, bahkan Rusia.
Penjabat Gubernur Jawa Tengah, Nana Sudjana, mengungkapkan, pihaknya terus mengupayakan pendampingan dan mencoba meningkatkan produktivitas UMKM. Salah satunya dengan menggelar pameran di luar daerah.
Nana menyampaikan, promosi ini bertujuan untuk meningkatkan gairah para pelaku UMKM agar lebih kompetitif. Dengan begitu, para pelaku usaha semakin terpacu dalam meningkatkan kualitas produknya.
Teranyar, Pemprov Jawa Tengah memboyong beragam produk unggulan khasnya ke Palembang dalam Puncak Hari UMKM Nasional 2024, Kamis (5/9/2024). Berbagai produk dipamerkan seperti batik, produk parfum, hingga makanan.
“Expo-expo seperti ini sangat membantu teman-teman UMKM Jateng untuk bisa menggelar produknya dan dikenal masyarakat luas," ujar Sekretaris Daerah Jawa Tengah, Sumarno dalam siaran persnya.
Kontribusi UMKM
UMKM memiliki peran strategis dalam menopang sekaligus menggerakkan roda perekonomian di Jawa Tengah. Prospek usaha pada sektor ini pun terus bertumbuh.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, Eddy S. Bramiyanto, menjelaskan, sampai dengan Triwulan II tahun 2024, jumlah binaan UMKM di provinsinya mencapai 191.689 usaha.
Rinciannya, sebanyak 74.203 usaha produksi atau non-pertanian, 28.520 usaha pertanian, 67.210 usaha perdagangan, dan 21.756 usaha jasa. Dari jumlah UMKM tersebut, mampu menyerap 1.363.368 tenaga kerja.
Seiring dengan bertambahnya jumlah pelaku UMKM, omzet yang dihasilkan pun meningkat. Pada 2010 silam omzet UMKM hanya mampu di angka Rp10,46 triliun. Lima tahun berselang, pada 2015 omzetnya mencapai Rp29,11 triliun.
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, omzet UMKM di Jawa Tengah tembus di atas Rp60 triliun. Data terbaru menunjukkan, omzet keseluruhan UMKM di provinsi ini mencapai Rp69,64 triliun.
Khusus untuk ekspor, pada 2022, nilai ekspor UMKM di Jawa Tengah ke 32 negara mencapai Rp206 miliar. Sejumlah produk unggulan yang bisa menembus pasar internasional antara lain batik, tekstil, dan produk pertanian.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS), perekonomian Jawa Tengah pada Triwulan I tahun 2024 berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp445,24 triliun.
Menurut Eddy, sektor koperasi dan UMKM berkontribusi cukup besar terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah. Bahkan secara statistik angkanya menunjukkan kenaikan.
“Tahun 2021 sebesar 12,45 persen, pada tahun 2022 sebesar 12,46 persen, dan pada tahun 2023 sebesar 14,89 persen," jelas Eddy dalam keterangan di website Pemprov Jawa Tengah pada Jumat (19/7/2024).
Tren & Prospek Pasar UMKM
Tren bisnis dan prospek pasar UMKM saat ini dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor mulai dari digitalisasi hingga kolaborasi dan kemitraan. Faktor yang ada pun terus berkembang. Eddy mengatakan, saat ini banyak UMKM yang beralih kepada platform digital dan e-commerce untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas.
UMKM juga mulai penerapan teknologi seperti artificial intelligence (AI), penerapan sistem otomatisasi, dan analitik data yang bisa membantu UMKM untuk pengambilan keputusan secara cepat dan tepat berdasarkan data.
Menurutnya, untuk dapat bersaing di pasar yang lebih luas, UMKM harus sering berinovasi dalam produk maupun layanan mereka. Termasuk pengembangan produk baru, penyesuaian tren, dan penerapan teknologi.
“UMKM dituntut mampu beradaptasi dengan cepat perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan memiliki peluang lebih besar untuk bertahan dan berkembang," jelas Eddy kepada Tirto, Kamis (12/9/2024).
Belakangan ada tren di mana pelaku UMKM tidak hanya berorientasi pada profit, melaikan juga memberi dampak positif bagi masyarakat. Seperti penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, pengurangan limbah, dan praktik bisnis yang baik.
Eddy mengungkap, UMKM Jawa Tengah memiliki potensi untuk menembus pasar Internasional, tetapi tantangan dan strategi yang diperlukan juga sangat beragam.
Banyak faktor yang mempengaruhi antara lain seperti jenis dan kebutuhan produk, segmen negara tujuan, legalitas dan standarisasi produk, kapasitas dan kontinuitas produksi, serta strategi pasar.
Berdasarkan data UMKM Ekspor pada Dinas Koperas dan UKM Jawa Tengah, UMKM dengan produk makanan dan minuman banyak diminati di Negara Malaysia, Singapura, Cina, Amerika, Jerman, Inggris, Timur Tengah, Belanda, Canada, dan Spanyol.
Sedangkan untuk produk non makanan-minuman banyak diminati di Negara Eropa, Timur Tengah, Malaysia, Korea Selatan, Singapura, Jepang, dan Afrika.
Penulis: Baihaqi Annizar
Editor: Abdul Aziz