tirto.id - Angin puting beliung besar muncul di wilayah Rancaekek, Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/22/2024).
Wakapolresta Bandung, AKBP Maruly Pardede menyampaikan bahwa bencana angin puting beliung itu terjadi pada pukul 16.00 WIB.
Berdasarkan informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD) Provinsi Jawa Barat, bencana angin puting beliung di Kabupaten Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang mengakibatkan 97 rumah dan 17 unit bangunan pabrik rusak, 413 kepala keluarga terdampak, serta 31 orang dilarikan ke rumah sakit.
Angin Puting Beliung di Rancaekek Tornado Pertama di Indonesia
Hingga artikel ini ditulis, belum ada informasi pasti mengenai bencana angin puting beliung di Kabupaten Bandung dan Sumedang termasuk tornado. Beberapa lembaga terkait seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) masih mengkaji lebih lanjut.
BMKG mengungkap bahwa terjadinya bencana angin puting beliung di Kabupaten Bandung dan Sumedang merupakan dampak pertumbuhan awan cumulonimbus, hujan lebat disertai angin kencang, dan sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat Pulau Sumatera yang membentuk area netral poin.
Di sisi lain, BRIN dalam Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (KAMAJAYA) telah memprediksi kemungkinan terjadinya peristiwa cuaca ekstrem di wilayah Indonesia pada 21 Februari 2024.
Akan tetapi, apabila bencana angin puting beliung di Rancaekek selama proses pengkajian BMKG atau BRIN memenuhi beberapa syarat tertentu, dimungkinkan akan disebut sebagai tornado. Tidak hanya itu, bencana angin puting beliung di Rancaekek akan menjadi tornado pertama di Indonesia.
Kenapa Puting Beliung di Rancaekek Disebut Tornado?
Berkaitan bencana puting beliung di Rancaekek, Erma Yulihastin selaku Climatologist at the Research Center for Climate and Atmosphere BRIN Bandung turut memberikan komentarnya melalui kanal sosial media X.
"Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99% alias mirip bingits!," tulis Erma Yulihastin.
Erma memaparkan bahwa tim periset BRIN secepatnya akan menjalankan proses rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada (12/2).
Erma juga menuliskan bahwa kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media akan membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yang tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia.
Di samping itu, Erma menjelaskan bahwa tornado memiliki skala kekuatan angin lebih tinggi dan radius lebih luas daripada puting beliung. Kecepatan angin minimal dari suatu tornado mencapai 70 km/jam, sementara puting beliung terkuat hanya mempunyai kecepatan angin 56 km/jam.
“Selain itu juga durasi. Dalam kasus puting beliung yg biasa terjadi di Indonesia, hanya sekitar 5-10 menit itu pun sudah sangat lama. Hanya ada satu kasus yg tidak biasa ketika puting beliung terjadi dalam durasi 20 menit di Cimenyan pada 2021,” jelas Erma.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno