Menuju konten utama

Penjelasan Soal Tornado Pertama Indonesia di Rancaekek, Mirip AS

Angin puting beliung menerjang wilayah Rancaekek, Bandung, Rabu,  (21/2/2024), dan disebut-sebut sebagai tornado pertama di Indonesia. Simak penjelasannnya.

Penjelasan Soal Tornado Pertama Indonesia di Rancaekek, Mirip AS
Ilustrasi angin tornado. AP Photo/Orlin Wagner

tirto.id - Angin puting beliung menghantam Rancaekek, Bandung, pada Rabu, 21 Februari 2024. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut sebagai tornado pertama di Indonesia dan mirip kejadian di Amerika Serikat.

2 kecamatan yang menjadi wilayah terjangan angin puting beliung di Kabupaten Bandung adalah Rancaekek dan Cicalengka.

Menurut Wakapolresta Bandung AKBP Marully Pardede sebagaimana dilaporkan Antaranews, bencana ini terjadi pukul 16.00 WIB. Puting beliung turut menyebabkan pohon tumbang dan kerusakan bangunan.

"Dari Polresta Bandung menurunkan dua tim untuk membantu evakuasi dan pembersihan jalan sebagai dampak pohon tumbang maupun material yang sempat terbang akibat puting beliung," ucap Marully.

"Dari dua kecamatan ini kita masih melakukan penyisiran dan menginventarisasi beberapa berapa rumah dan berapa pohonnya yang tumbang," sambungnya.

Mengutip akun Instagram Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, angin puting beliung terjadi pukul 17.15 WIB di sekitaran Daerah Industri PT Kahatex, Desa/Kelurahan Cintamulya, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.

Wilayah terdampak mencakup depan PT Kwalram, Kawasan Industri Dwipapuri, depan Borma Rancaekek, Asrama Brimob Polda Jabar, serta depan Indomaret Eston Jatinangor.

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menjelaskan tidak ada korban jiwa dalam bencana ini. Pihaknya juga sudah melakukan kunjungan ke beberapa lokasi, seperti markas Brimob di Sayang, Jatinangor, Sumedang, hingga sepanjang jalan Rancaekek.

"Saya cek lokasi tersebut. Saya pastikan tidak ada korban jiwa, namun kondisi di lokasi saat ini hujan. Kadinkes Jabar saat ini tengah mendata berapa jumlah pasien," tutur Bey.

Berdasarkan pantauan yang dilakukan Pj Gubernur Jawa Barat, banyak atap rumah yang terbang dan dilakukan pemadaman listrik. Rumah Sakit Kesejahteraan Keluarga merawat 10 warga yang mengalami luka. Sedangkan 19 pekerja pabrik PT Kahatex turut menjadi korban luka ringan.

Tornado Pertama di Indonesia?

Erma Yulihastin, ahli klimatologi Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan angin puting beliung yang menerjang Rancaekek, Bandung, pada Rabu, (21/2/2024), tercatat sebagai tornado pertama di Indonesia.

Pihaknya memasukkan kejadian tersebut sebagai extreme event. BRIN saat ini sedang melakukan rekonstruksi dan investigasi terkait peristiwa langka yang terjadi di Jawa Barat.

"Kami tim periset dari BRIN secepatnya akan melakukan rekonstruksi dan investigasi tornado Rancaekek pada hari ini (21/2). Kronologi foto-foto dan video dari masyarakat dan media sangat membantu periset dalam mendokumentasikan extreme event yg tercatat sebagai tornado pertama ini," tulis Erma Yulihastin, via Twitter.

Masih menurut peneliti BRIN tersebut, angin puting beliung di Rancaekek itu bahkan memiliki kemiripan struktur tornado yang kerap menghantam wilayah Amerika Serikat. Ia mengatakan angka kemiripannnya mencapai 99,99 persen.

"Struktur tornado Rancaekek, Indonesia, dibandingkan dengan tornado yang biasa terjadi di belahan bumi utara, Amerika Serikat. Memiliki kemiripan 99,99% alias mirip bingits!" lanjut Erma.

Dirinya juga turut menjelaskan perbedaan efek yang dihasilkan tornado dengan angin puting beliung. Kata Erma, tornado memiliki skala kekuatan angin yang lebih tinggi dan radius lebih luas. Kecepatan angin tornado minimal bisa mencapai 70 km/jam. Sementara angin puting beliung yang paling kuat adalah 56 km/jam.

Erma Yulihastin menambahkan, Kajian Awal Musim Jangka Madya Wilayah Indonesia (KAMAJAYA) sebelumnya juga sudah memprediksi bahwa akan terjadi kejadian ekstrim pada tanggal 21 Februari 2024.

Baca juga artikel terkait PUTING BELIUNG RANCAEKEK atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra