Menuju konten utama

BMKG: Ada Potensi Hujan Es & Puting Beliung Saat Pergantian Musim

Selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai seperti hujan es hingga angin puting beliung.

BMKG: Ada Potensi Hujan Es & Puting Beliung Saat Pergantian Musim
Ilustrasi Hujan Es. FOTO/antaranews

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak yang ditimbulkan selama memasuki masa pancaroba atau peralihan musim 2021.

“Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem (puting beliung, hujan lebat disertai kilat/petir, hujan es, dll) dan dampak yang dapat ditimbulkannya seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang, dan jalan licin selama memasuki masa pancaroba tahun ini,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto seperti dilansir laman Setkab.

Menurutnya, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau mulai akhir Maret 2021.

Salah satu ciri umum kejadian cuaca saat periode peralihan musim adalah adanya perubahan kondisi cuaca yang relatif lebih cepat, yaitu pada pagi-siang umumnya cerah-berawan dengan kondisi panas cukup terik yang diikuti dengan pembentukan awan yang signifikan dan hujan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang secara umum dapat terjadi pada periode siang-sore hari.

“Selama periode peralihan musim, ada beberapa fenomena cuaca ekstrem yang harus diwaspadai, yaitu hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang; puting beliung; waterspout, dan hujan es,” ujarnya.

Guswanto mengatakan, fenomena hujan es merupakan fenomena yang umum terjadi selama periode peralihan musim, hal tersebut dipicu oleh pola konvektifitas massa udara dalam skala lokal-regional yang lebih signifikan selama periode peralihan musim.

Menurutnya, dalam sepekan ke depan, juga diidentifikasi adanya dinamika atmosfer yang masih dapat berkontribusi cukup signifikan terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

“Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprakirakan dalam periode sepekan ke depan curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang berpotensi terjadi,” ujarnya.

Wilayah tersebut adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Banten Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, dan Kalimantan Selatan.

Juga berpotensi terjadi di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua.

Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, BMKG membuka layanan informasi cuaca 24 jam, yaitu melalui https://www.bmkg.go.id, follow media sosial @infoBMKG, aplikasi iOS dan android “Info BMKG”, atau dapat langsung menghubungi kantor BMKG terdekat.

Penyebab dan ciri hujan es

Hujan es kembali terjadi di beberapa daerah di Jogja, Rabu (10/3/2021) siang sekitar pukul 14.15 WIB lalu.

Kepala Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Reni Kraningtyas saat dihubungi redaksi Tirto mengatakan hujan es disebabkan karena saat udara hangat, lembab dan labil terjadi di permukaan bumi maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan.

"Setelah terjadi kondensasi akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb). Karena kuatnya energi dorongan ke atas saat terjadi proses konveksi maka puncak awan sangat tinggi hingga sampai freezing level. Freezing level ini terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar," katanya.

Saat awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, terjadi hujan lebat disertai es. Es yang turun ini bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil.

Kepala Kelompok Analisa dan Prakiraan Cuaca BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa saat dihubungi redakti Tirto pada Rabu (3/3/2021) mengatakan fenomena hujan es ini masih akan berpotensi terjadi di beberapa wilayah Jogja hingga April mendatang.

"Ke depan potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba (April)," tegas Sigit.

Sigit menjelaskan beberapa ciri sebelum terjadinya fenomena hujan es di antaranya,

1. Hujan es biasa terjadi pada musim pancaroba atau sekitar Maret, April

2. Hujan yang terjadi tidak merata atau bersifat sporadis lokal

"Karena di bulan Maret biasanya tanda-tandanya sudah ada seperti pancaroba, cuaca panas, suhu meningkat, cuaca cenderung cerah dan terik kemudian hujan yg terjadi tidak merata bersifat sporadis lokal," katanya.

3. Biasanya akan terjadi siang hingga sore hari

"Terjadi siang hingga sore, pagi sampai siang biasanya panas sekali lalu tiba-tiba sore hujan lebat," pungkasnya.

Apa itu waterspout atau puting beliung & penyebabnya

Fenomena waterspout atau puting beliung (pusaran kolom atmosfer) terjadi di Waduk Gajah Mungkir - Wonogiri, Rabu (20/1/2021) sekitar pukul 16.00 WIB.

Fenomena ini terekam dalam beberapa video dan ramai menjadi perbincangan di media sosial seperti Twitter hingga Instagram.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui akun resmi Twitternya mengatakan bahwa fenomena yang terjadi di Waduk Gajah Mungkur disebut dengan puting beliung atau waterspout.

Fenomena itu berupa angin kencang yang bentuknya berputar seperti belalai, keluar dari awan Cumulonimbus (CB), dan terjadi di daratan (jika terjadi diperairan dinamakan waterspout).

Namun BMKG menegaskan bahwa tidak semua awan Cumulonimbus dapat menimbulkan fenomena puting beliung, tergantung kondisi labilitas atmosfer.

Keberadaan awan Cumulonimbus juga dapat mengindikasikan adanya potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang serta pada kondisi tertentu dapat menimbulkan potensi puting beliung/waterspout.

Baca juga artikel terkait BMKG atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH