Menuju konten utama

Melihat Peluang dan Tantangan Kerja Sama GoTo dengan TikTok

Teten Masduki meminta agar TikTok dan GoTo bisa mematuhi regulasi yang ada di Indonesia, khususnya Permendag Nomor 31 Tahun 2023.

Melihat Peluang dan Tantangan Kerja Sama GoTo dengan TikTok
Pedagang di Central Tanah Abang, Jakarta Pusat, melakukan siarang langsung di TikTok.. tirto.id/Fajar Nur

tirto.id - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan TikTok resmi mengumumkan kemitraan strategis untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia. Keduanya akan fokus pada pemberdayaan serta perluasan pasar bagi pelaku UMKM nasional.

Sebagai bagian dari kemitraan strategis, bisnis Tokopedia dan TikTok Shop Indonesia akan dikombinasikan di bawah PT Tokopedia. Di mana TikTok akan memiliki pengendalian atas PT Tokopedia. Fitur layanan belanja dalam aplikasi TikTok di Indonesia akan dioperasikan dan dikelola oleh PT Tokopedia.

Dalam kemitraan ini, TikTok menginvestasikan lebih dari 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp23,27 triliun dengan asumsi kurs Rp15.517. Ini sebagai komitmen jangka panjang untuk mendukung operasional Tokopedia, tanpa dilusi lebih lanjut pada kepemilikan GoTo di Tokopedia.

“Melalui kesepakatan ini, TikTok dan GoTo dapat memperluas manfaat bagi pengguna serta pelaku UMKM Indonesia,” demikian keterangan seperti dikutip dari laman GoTo, Senin (11/12/2023).

TikTok sebelumnya sempat menghentikan operasional TikTok Shop di Indonesia pada 4 Oktober 2023. Penghentian itu dilakukan setelah pemerintah melalui Permendag Nomor 31 Tahun 2023 melarang platform dengan model bisnis socio-commerce memfasilitasi transaksi pembayaran di dalam sistem elektroniknya sendiri.

Kini TikTok Shop hadir dengan warna baru setelah menggandeng Tokopedia. Program uji coba TikTok dan Tokopedia yang mengusung 'kampanye beli lokal' akan berlangsung, hari ini atau Selasa (12/12/2023) yang bertepatan dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas).

Hadir di aplikasi Tokopedia dan TikTok, kampanye beli lokal akan mempromosikan berbagai jenis merchant, dengan fokus utama pada produk asal Indonesia. Program Beli Lokal di aplikasi TikTok, akan memungkinkan para pengguna TikTok berbelanja dan berinteraksi dengan produk lokal favorit mereka.

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai adanya kerja sama yang terjalin antara Tokopedia dan TikTok akan mengembalikan lagi experience bermain media sosial sekaligus belanja. Experience ini bisa meningkatkan loyalitas dari pengguna TikTok, bahkan menambah pengguna TikTok dari ekosistem seller Tokopedia.

TikTok secara ekosistem media sosial termasuk salah satu yang besar dengan jumlah pengguna di Indonesia mencapai 106 juta pengguna lebih, terbanyak nomor 2 di dunia. Secara fitur pun tidak kalah saing dengan media sosial lainnya, mulai dari foto, video, hingga live streaming.

Ekosistem tersebut, kata Huda, membuat TikTok Shop mempunyai kinerja yang sangat bagus meskipun merupakan pemain baru di Indonesia. Bahkan hingga saat ini, ketika TikTok Shop ditutup, masih ada transaksi jual-beli di live Tiktok, tentu transaksi pembayaran dan lainnya melalui aplikasi lain.

Di sisi lain, Tokopedia merupakan salah satu dari dua top e-commerce Indonesia. Mereka bersaing dengan Shopee untuk mendapatkan peringkat satu e-commerce dalam negeri. Ekosistem yang dimiliki oleh Tokopedia pun cukup komplit, lengkap, dan besar. Mulai dari pembayaran yang terintegrasi dengan Gopay, hingga logistik dengan layanan on-demand transportasi online.

Namun salah satu kelemahan di Tokopedia adalah fitur live shopping-nya yang masih kalah dari pesaingnya, Shopee. Lewat kerja sama ini, maka Tokopedia bisa memanfaatkan live shopping di TikTok untuk 'memasang' keranjang ijo-nya sehingga bisa ditransaksikan dengan sistem Tokopedia yang memang sudah berizin e-commerce.

“Bagi seller Tokopedia, mereka bisa memanfaatkan fitur live TikTok untuk berdagang dan diintegrasikan dengan fitur Tokopedia. Keduanya akan saling menguntungkan dari sisi ekosistem masing-masing platform," kata Huda kepada Tirto, Senin (11/12/2023).

Memperkecil Peta Persaingan

Terlepas dari keuntungan keduanya, kerja sama kemitraan ini juga akan berdampak bagi industri. Dalam hal ini, kata Huda, membuat peta persaingan semakin jauh antara Shopee-Tokopedia dengan kompetitor yang lain seperti Lazada, Blibli, dan Bukalapak. Persaingan akan mengerucut ke Shopee vs Tokopedia dengan ekosistem masing-masing.

“Siapa yang mempunyai ekosistem paling komplit dan disukai pengguna, mereka akan memenangkan persaingan," kata Huda.

Namun di sisi lain, Huda mengaku khawatir dari sisi regulasinya ketika dikotak-kotakan dengan garis pemisah yang tebal antar-platform Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE). Sebab inovasi yang semakin cepat akan menciptakan bisnis model yang selalu update dan menyentuh langsung ke masyarakat. Regulasi yang terlalu tebal akan membuat regulator kebingungan menempatkan posisi platform.

“Jangan sampai posisi TikTok dan Tokopedia bermasalah ke depannya. Perlu ada penyesuaian regulasi terutama terkait jenis perizinan," imbuh dia.

Dari sisi regulasi lainnya, perlu ada pengaturan mengenai penghindaran predatory pricing sehingga pedagang offline juga bisa dilindungi. Terkait dengan impor, menurutnya perlu ada penyesuaian dalam restriksi impor dengan menambahkan tagging produk di semua platform PMSE, tidak terbatas pada TikTok, Tokopedia ataupun Shopee.

Tik Tok Shop

Pedagang WTC mangga dua yang juga berjualan melalui TikTok Shop. tirto.id/Hanif

TikTok dan GoTo Diminta Tunduk Regulasi

Terlepas dari hal itu, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, meminta agar TikTok dan GoTo bisa mematuhi regulasi yang ada di Indonesia. Khususnya Permendag Nomor 31 Tahun 2023 tentang Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE).

“TikTok dan GoTo harus ikut mengembangkan program pemerintah, memberdayakan UMKM kita dan membangun bisnis model yang berkelanjutan,” kata Menteri Teten dalam keterangannya, Senin (11/12/2023).

Beberapa kebijakan dalam Permendag Nomor 31 Tahun 2023, menurut Teten, harus dipatuhi TikTok dan GoTo. Pertama adalah tentang kebijakan multichannel di e-commerce, yakni kepatuhan dengan aturan pemisahan e-commerce dari media sosial.

Kedua, TikTok dan GoTo dilarang untuk memberi ruang bagi barang dumping di negara asalnya, atau barang impor dengan harga ekspor yang lebih rendah dibanding negara asalnya. Oleh karena itu, para merchant yang menjual produk impor harus dilengkapi dokumen importasi supaya tidak menjual barang ilegal.

Ketiga, Teten juga meminta TikTok dan GoTo tidak menjual barang impor yang dokumennya tidak lengkap. Barang impor yang dijual di online harus memiliki izin edar dari BPOM, punya SNI, dan memiliki sertifikasi halal.

"Semua itu perlu dilengkapi untuk melindungi konsumen di Indonesia," kata Teten.

Keempat, TikTok dan GoTo diminta untuk tidak menjual barang yang harganya berada di bawah harga pokok penjualan (HPP) dalam negeri. Tujuannya adalah untuk melindungi UMKM produsen dalam negeri.

Kelima, platform online termasuk TikTok dan GoTo tidak boleh menjual produk sendiri. Ini untuk menghindari adanya diskriminasi terhadap brand atau produk lokal yang dijual di platform mereka.

Peluang Peningkatan Saham GOTO

Pengamat Ekonomi Digital, Heru Sutadi, menilai kerja sama TikTok dan Tokopedia merupakan paket lengkap dan saling menguntungkan keduanya. Di satu sisi, TikTok melalui TikTok Shop butuh kendaraan untuk hadir di Indonesia, sementara Tokopedia juga membutuhkan investasi.

“Jadi saling mendapatkan keuntungan,” ujar dia kepada Tirto, Senin (11/12/2023).

Kerja sama strategis, lanjut Heru, tentu menjadi hal menarik bagi GoTo. Pertumbuhan bisnis Tokopedia setelah dikombinasikan dengan TikTok Shop Indonesia ini akan membawa keuntungan bagi GoTo, yang akan tetap menjadi mitra ekosistem bagi Tokopedia. Termasuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan layanan keuangan digital melalui GoTo Financial dan on-demand services dari Gojek.

GoTo juga akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sejalan dengan skala dan pertumbuhan perusahaan tersebut.

Di sisi lain, Heru melihat ada peluang saham ini akan meningkat dengan masuknya TikTok. Meskipun setelah disuntik TikTok, saham emiten berkode GOTO itu sempat anjlok pada penutupan perdagangan Senin (11/12/2023).

Mengutip RTI, saham emiten berkode GOTO itu sempat dibuka hijau di level 109 pada perdagangan hari ini. Namun, harga saham mereka anjlok 20,37 persen ke level 86 pada penutupan sore ini, yakni setelah pengumuman resmi kongsi dengan TikTok.

“Ada peluang saham ini akan meningkat dengan masuknya TikTok. Memang Tiktok akan jadi pengendali," kata dia.

Kendati begitu, lanjut Heru, siapa pun yang mengendalikan Tokopedia diharapkan pertama adalah UMKM harus diprioritaskan dalam mitra di Tokopedia. Jadi UMKM ini harus dihimpun dan diberikan keleluasaan kesempatan besar bagaimana mereka pasarkan produk di Indonesia.

Kedua, Tokopedia harus tetap menjadi platform yang mengedepankan produk-produk Indonesia. Karena ketakutan ketika TikTok Shop masuk, mereka akan membawa produk atau menjual produk dari Cina. Sehingga, Indonesia hanya menjadi pasar yang kebanjiran dari produk-produk Cina.

“Kita harapkan dengan masuknya Tiktok dari Tokopedia ini juga tetap kuta pantau ya dengan tidak serta merta produk Cina dimasukkan melalui laman Tokopedia tapi yang diutamakan produk UMKM Indonesia," terang dia.

Baca juga artikel terkait E-COMMERCE atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Bisnis
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz