Menuju konten utama
Hari Bidan Nasional 24 Juni

Melahirkan dengan Bidan: Pengalaman Nyaman, Tenang & Penuh Kasih

Berbeda dari suasana rumah sakit yang cenderung ramai dan kerap bikin pasien tegang, klinik bidan terkesan lebih "homey".

Melahirkan dengan Bidan: Pengalaman Nyaman, Tenang & Penuh Kasih
Header Diajeng Hari Bidan. tirto.id/Quita

tirto.id - Meilani (33) bersyukur dapat melahirkan anak pertamanya, Adnan, dengan lancar pada 2022 lalu di sebuah klinik bidan.

Beberapa hari sebelum hari perkiraan lahir (HPL) tiba, air ketuban Meilani pecah. Kejadiannya persis pada pagi hari Idulfitri.

Meilani bercerita, selama hamil ia rutin kontrol di Puskesmas Kecamatan Bekasi Selatan. Selain yakin akan kualitas puskesmas yang sudah jauh lebih baik, ia juga "jaga-jaga" jika jelang waktu melahirkan, kehamilannya ada kendala dan mesti dirujuk ke rumah sakit besar.

Sayangnya, karena hari raya, pelayanan di Puskesmas tutup. Di sana hanya ada seorang petugas yang memintanya kembali di siang hari. Namun, kondisi ketuban yang sudah merembes membuatnya khawatir.

Dengan sigap ia dan suami memutuskan untuk mencari klinik bidan terdekat di sekitar rumah mereka. Meski awalnya pesimis ada klinik bidan yang buka saat Lebaran, beruntung pencarian mereka berakhir baik.

"Alhamdulillah ada bidan yang buka dan bersedia menangani proses melahirkan. Aku langsung diperiksa oleh ibu bidan, ternyata aku sudah pembukaan enam," cerita Meilani.

Meski sudah memasuki pembukaan enam, saat itu Meilani tak kunjung merasakan mulas. Maka dari itu, bidan memberikannya suntikan perangsang. Saat itulah ia merasakan mulas luar biasa, akan tetapi anehnya ia juga merasa sangat mengantuk.

Ia menyaksikan sendiri bagaimana bidan menuntunnya untuk tidak tidur dan berusaha menjalani proses persalinan pervaginam, yaitu lahiran melalui jalan lahir alami vagina.

Dengan proses yang tidak mudah, akhirnya Meilani melahirkan seorang putra dengan berat 3,8kg dan panjang 48 cm.

Meilani tak menampik awalnya ia ingin melahirkan di Puskesmas dengan memanfaatkan fasilitas BPJS Kesehatan. Namun, ia bersyukur bisa melahirkan di klinik bidan dengan lancar saat Lebaran dan mengeluarkan kocek tak kurang dari Rp2 juta.

"Aku bersyukur ada bidan yang mau menangani prosesku melahirkan. Alhamdulillah juga ketemu ibu bidan yang baik dan ramah," katanya.

Berbeda dengan Meilani yang "tak sengaja" melahirkan di bidan, Ines (35) mengaku memang sedari awal merencanakan proses persalinan anak pertamanya di klinik bidan yang tak jauh dari rumahnya di Tambun, Bekasi Utara.

Ines melahirkan anaknya Shanum, pada Mei lalu di Klinik Bidan Novel. Klinik ini sudah memiliki cabang dan pernah viral di media sosial dengan metode tiup-tiup.

Metode tiup-tiup adalah teknik melahirkan tanpa mengejan yang melibatkan pernapasan dengan meniup secara perlahan saat kontraksi. Tujuannya untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan dan mencegah robekan pada jalan lahir.

Menurut Ines, ada beberapa alasan ia memilih klinik bidan ini untuk membantunya melahirkan.

"Cari yang meyakinkan dari segi tempat, dekat dari stasiun karena takut kalau pas belum cuti kerja sudah mulas di kereta, dan aku lihat review di Google pelayanannya bagus," kata Ines.

Selain itu, ia selalu ingat cerita mendiang ibunya yang mengatakan bahwa melahirkan di bidan lebih nyaman dibandingkan di rumah sakit.

Ia menambahkan bahwa berdasarkan pemeriksaan kondisi kehamilannya sangat baik, sehat, dan sangat memungkinkan untuk melahirkan normal.

"Alhamdulillah jam dua malam aku mulas bisa langsung ke sana dan dilayani dengan sangat baik," ujarnya.

Menginap dua hari satu malam di klinik bidan, Ines mengaku ia dan suami mengeluarkan biaya tak kurang dari Rp5 juta.

Di sana ia mendapatkan fasilitas 1 kamar untuk 1 pasien yang sudah dilengkapi televisi dan AC, serta tempat tidur queen size. Ia juga mendapatkan makan tiga kali sehari.

Melahirkan di bidan masih jadi pilihan ibu hingga kini. Berbeda dari suasana rumah sakit yang cenderung ramai dan tak jarang membuat pasien merasa tegang, di klinik bidan kesan yang muncul lebih "homey".

Menurut definisi International Confederation of Midwives (ICM) tahun 2005, bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan kebidanan berdasarkan ICM Essential Competencies for Midwifery Practice dan kerangka ICM Global Standards for Midwifery Education, yang diakui di negara tempatnya menempuh pendidikan tersebut; memiliki kualifikasi yang diperlukan agar dapat terdaftar dan/atau memiliki izin praktik secara hukum sebagai bidan serta berhak menggunakan gelar “bidan”; dan menunjukkan kompetensi dalam praktik kebidanan.

Kebidanan itu sendiri, mengutip situs Badan Kesehatan Dunia (WHO), merupakan perawatan yang terampil, berpengetahuan, dan penuh kasih sayang bagi perempuan melahirkan, bayi baru lahir, dan keluarga mereka, yang mencakup seluruh tahapan mulai dari sebelum kehamilan, masa kehamilan, persalinan, masa nifas, sampai minggu-minggu awal kehidupan.

WHO menuturkan, keberadaan bidan-bidan yang terdidik, terlatih, teregulasi, dan berlisensi dapat diasosiasikan dengan peningkatan kualitas perawatan dan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir.

Mengutip WebMD, melahirkan dengan bidan dapat dipertimbangkan apabila kita menginginkan persalinan sealamiah mungkin dengan sedikit intervensi medis, seperti episiotomi, pemantauan janin, atau induksi persalinan.

Kita juga bisa memilih bidan jika menginginkan dukungan emosional, praktis, dan sosial selama hamil dan melahirkan.

Meski begitu, bidan dapat memberikan rujukan ke dokter kandungan jika diperlukan atau terdapat indikasi medis tertentu pada ibu hamil.

Di Indonesia, kita akan menjumpai bidan di rumah sakit, klinik swasta, dan praktik klinik mandiri.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan (SISDMK) per 30 Mei 2024, total tenaga bidan di fasilitas kesehatan milik pemerintah (puskesmas dan rumah sakit) sebanyak 257.391 orang.

Mereka tersebar ke fasilitas kesehatan tingkat satu dan rumah sakit.

Sebanyak 207.508 bidan bertugas di puskesmas dan 49.883 bidan bekerja di rumah sakit milik pemerintah.

Tugas utama bidan memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Maka dari itu, sekitar 86 persen bidan ditempatkan di puskesmas.

Sementara itu, di rumah sakit, bidan berperan sebagai penunjang dokter spesialis kandungan dan kebidanan sehingga jumlahnya relatif lebih sedikit.

Mengutip situs Bidan Delima, terdapat 20.728 bidan mandiri di seluruh Indonesia yang sudah masuk kategori Bidan Delima.

Bidan Delima adalah Sistem Standarisasi kualitas pelayanan Praktik Mandiri Bidan dengan penekanan pada kegiatan monitoring dan evaluasi serta kegiatan pembinaan dan pelatihan yang rutin dan berkesinambungan.

Program ini dikembangkan oleh Ikatan Bidan Indonesia (IBI) untuk sertifikasi Praktek Mandiri Bidan (PMB).

Nurul Ubaidillah adalah salah satu bidan praktik mandiri yang sudah belasan tahun mengabdikan diri untuk kesehatan ibu dan bayi.

Saat ini Nurul juga aktif memberikan edukasi soal kesehatan reproduksi perempuan, kehamilan, proses persalinan, imunisasi, serta kesehatan bayi dan anak lewat konten-konten di akun Instagram @klinikbidannurul.

Sejak lulus D3 Kebidanan pada 2008, Bidan Nurul sempat bekerja di sebuah rumah sakit. Pada Desember 2010, ia memutuskan untuk membuka klinik bidan mandiri di bilangan Kalideres, Jakarta Barat.

Kuliah di jurusan Kebidanan sebenarnya bukan pilihan Bidan Nurul, melainkan kehendak kedua orang tuanya. Meski begitu, sejak berkecimpung langsung di dunia kebidanan, ia justru sangat mencintai profesi ini, terlebih saat ia sudah punya klinik sendiri.

"Karena memang sejak kuliah, cita-cita saya ingin membuka praktik sendiri agar setelah nikah dan punya anak bisa usaha dan mengurus anak di rumah," cerita Bidan Nurul.

Bidan Nurul mulai membuka kliniknya pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan tutup pada 21.00 WIB.

Klinik Bidan Nurul tertata rapi dengan interior yang didominasi warna merah muda. Di dalamnya terdapat ruang periksa, ruang bersalin, dan ruang nifas atau perawatan yang nyaman dengan pendingin ruangan.

Bidan Nurul menyebut, ada banyak pelayanan yang diberikan kliniknya, antara lain pemeriksaan kehamilan, KB, imunisasi, kesehatan ibu dan anak, dan persalinan 24 jam.

Selain itu, klinik juga menyediakan fasilitas pijat bayi, pijat oksitosin, pijat laktasi, dan baby spa.

Ia menuturkan, ada banyak pengalaman tak terlupakan sejak ia menekuni profesi bidan.

Bertemu banyak orang dengan karakter dan riwayat medis yang berbeda-beda setiap harinya, membuat ia dan tim bidan yang membantu di klinik harus mengerti cara menghadapi pasien dengan sabar dan telaten. Belum lagi saat ia harus menghadapi kasus-kasus darurat dalam persalinan.

"Itu betul-betul menguras tenaga, bikin jantung berdegup kencang. Itulah yang tidak bisa dilupakan. Saat menolong persalinan dengan selamat, melihat ibu dan bayi sehat adalah sebuah kebahagiaan yang tak terhingga," tutur Bidan Nurul.

Tak hanya memahami karakter para pasien, pendekatan khusus juga diterapkan Bidan Nurul pada pasangan baru yang datang ke klinik.

Menurutnya, setiap ada pasangan baru yang menjalani pemeriksaan kehamilan, ia sengaja membuka sharing session.

"Kita akan sharing dan tanyakan apa yang dirasa pasien. Jika ada keluhan bisa kita cari solusi bersama. Kadang, kami mengadakan kelas ibu hamil," kisahnya.

Ia pun berharap membuat fasilitas di klinik bidannya lebih baik lagi agar pasien nyaman dan aman saat mengakses layanan di sana. Tentunya, ia ingin terus mengupayakan kualitas terbaik pelayanan klinik setiap hari.

Jadi, apakah kamu berminat memeriksakan kehamilan dan menjalani persalinan dengan nyaman di bidan?

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari Putri Annisa

tirto.id - Binar
Kontributor: Putri Annisa
Penulis: Putri Annisa
Editor: Sekar Kinasih