Menuju konten utama

Ledakan SMAN 72, DPR Singgung Bullying Bisa Picu Balas Dendam

Hetifah memandang, sekolah semestinya menjadi tempat yang aman, nyaman, serta dapat membentuk karakter positif bagi siswa, bukan melahirkan trauma.

Ledakan SMAN 72, DPR Singgung Bullying Bisa Picu Balas Dendam
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (22/7/2025). tirto.id/Nabila Ramadhanty Putri Darmadi.

tirto.id - Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian menilai praktik perundungan atau bullying di lingkungan sekolah adalah fenomena yang serius dan tidak dapat ditoleransi. Dia pun menyoroti dampak psikologis korban yang berpotensi ekstrem, termasuk dorongan balas dendam korban kepada pelaku bullying.

Pernyataan Hetifah menanggapi dugaan terduga pelaku ledakan SMA Negeri 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025) merupakan korban bullying.

“Ketika seorang siswa menjadi korban bullying, dampak psikologisnya bisa sangat dalam sehingga mendorong tindakan yang tidak rasional,” kata Hetifah dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (11/11/2025).

Hetifah memandang bahwa sekolah semestinya menjadi tempat yang aman, nyaman, serta dapat membentuk karakter positif bagi siswa, bukan melahirkan trauma bagi peserta didik. Hetifah mengatakan perlunya langkah komprehensif dari seluruh pihak untuk mencegah praktik bullying.



Pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan Dasar Dan Menengah (Kemendikdasmen) sebenarnya telah menginisiasi program pencegahan yang berfokus pada pemberdayaan siswa untuk menjadi agen perubahan dan pemimpin dalam menciptakan iklim anti-perundungan di sekolahnya sendiri.

Namun, kata Hetifah, sekolah tetap harus aktif menegakkan aturan dengan membuat dan mensosialisasikan prosedur pelaporan yang aman bagi siswa. Sekolah juga seharusnya mendorong siswa untuk saling mendukung dan melaporkan setiap kejadian kepada guru, dan meningkatkan peran guru untuk mengidentifikasi dan menangani kasus dengan tepat.

“Kemudian, para orang tua juga memiliki peran kritis dalam menciptakan komunikasi yang terbuka dengan anak, memantau perilaku mereka, dan menanamkan nilai-nilai karakter yang kuat,” kata Hetifah.



Hetifah juga menekankan pentingnya kerja sama dan sinergi antara pihak sekolah, orang tua siswa, serta program pemerintah agar dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi semua peserta didik.



Sebelumnya diberitakan, ledakan misterius di SMAN 72 Jakarta pada Jumat (7/11/2025) memicu pertanyaan publik tentang siapa pelaku di balik peristiwa tersebut.

Ledakan pada Jumat itu terjadi pada siang hari ketika siswa dan guru tengah melaksanakan salat Jumat berjamaah di masjid sekolah. Ledakan yang menimbulkan puluhan korban itu disinyalir bersumber dari bom molotov atau rakitan.

Menurut salah satu siswa SMAN 72 Jakarta bernama Zaki Arkan, terduga pelaku yang dimaksud adalah seorang siswa kelas XII berinisial FN. Sepengetahuan Zaki, FN merupakan siswa yang pendiam dan sering menyendiri di sekolah.

"Siswa kelas XII itu katanya dari kelas XI selalu suka menyendiri," kata Zaki kepada reporter Tirto pada Jumat.

Zaki juga menyatakan bahwa FN dikenal memiliki ketertarikan yang berbeda dari siswa-siswa lainnya. "Sering buat gambar-gambar foto-foto yang kayak berdarah, teroris, bendera Amerika, dan gambar berdarah begitu," katanya.



Siswa SMAN 72 Jakarta lainnya, Sena, juga mendengar kabar bahwa terduga pelaku merupakan sesama siswa. "Saya dapat info, katanya pelakunya terindikasi siswa," katanya.

Menurut dugaan Sena, terduga pelaku membuat ledakan itu karena perundungan yang selama ini dialaminya. "Mungkin karena dia tuh korban bully, jadi ingin balas dendam," kata Sena.

Baca juga artikel terkait LEDAKAN DI SMA KELAPA GADING atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Flash News
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Andrian Pratama Taher