tirto.id - Olahraga elektronik atau esports kini tidak lagi dipandang sebagai aktivitas leyeh-leyeh tanpa tujuan. Industri esports di Indonesia semakin menunjukkan pamornya dengan diselenggarakannya berbagai turnamen level internasional hingga rentetan prestasi atlet esports Indonesia di panggung dunia. Ledakan industri esports ini pun mengerek terbukanya banyak peluang karier hingga pendapatan besar bagi para pelakunya.
Ekosistem esports di Indonesia juga terus menarik dukungan dengan digelarnya kompetisi profesional di dalam negeri. Bulan Juli 2025, misalnya, Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI) kembali menggelar Liga Esports Nasional. Turnamen ini akan berlangsung dari 23 Juli-29 November dengan jargon “semakin inklusif”.
Tahun lalu, gelaran yang sama berhasil memancing sekitar 26 ribu atlet esports dari seluruh penjuru Indonesia. Liga Esports Nasional diharapkan menjadi wadah bagi talenta baru yang berpotensi masuk pelatnas. Lebih dari itu, turnamen ini bakal menjadi ajang bagi tim-tim esports profesional membidik pemain yang potensial untuk digaet ke skena kompetitif profesional.
Di level regional Asia Tenggara dan internasional, gaung atlet dan tim esports Indonesia pun bukan kaleng-kaleng. Tim esports Indonesia mampu unjuk gigi di panggung Esports World Cup (EWC) 2025 yang berlangsung di Riyadh, Arab Saudi. Team Vitality, misalnya, berhasil menjuarai Mobile Legends Women's Invitational (MWI) 2025 dalam ajang EWC.

Tim Indonesia lainnya, Evos Divine, berhasil menjadi juara di cabang Free Fire EWC 2025. Mereka membawa pulang hadiah uang tunai hingga 300 ribu dolar AS. Di cabang ini, ada tiga tim Indonesia lain yang ikut berkompetisi, yakni Onic, RRQ Kazu, dan Vitality. Indonesia bisa dibilang mendominasi sebab tim RRQ Kazu berhasil menjadi runner-up dan Team Vitality berada di peringkat ketiga. Sementara itu, Onic bercokol di peringkat ke-14.
Di tingkat regional, pada Juni 2025 lalu, tim Indonesia berhasil mencetak sejarah dengan merebut tiga medali emas di semua kategori ajang Asean Youth Esports Championship (AYESC) 2025 yang berlangsung di Malaysia. Kategori pria diraih atlet esports, Huda, yang membungkam Vietnam di laga final.
Sementara di kategori wanita, Putri Pramesti sebagai wakil Indonesia melaju ke final tanpa kalah sekalipun dalam lima pertandingan. Putri berhasil menaklukkan tuan rumah Malaysia di partai puncak. Selain itu, keduanya juga berhasil tandem dengan apik dalam laga kategori campuran, sehingga kembali mempersembahkan emas untuk Indonesia.
Sederet prestasi atlet Indonesia itu menunjukkan bahwa Indonesia merupakan titik panas industri esports yang menjanjikan. Bukan hanya mengharumkan nama Indonesia di kancah esports global, pundi-pundi cuan yang bisa direngkuh para atlet dari turnamen juga amat menggiurkan.
Berdasarkan total pendapatan atlet dari menjuarai berbagai turnamen esports, Indonesia tercatat berada di peringkat 21 dari 180 negara. Data yang dihimpun oleh laman Esports Earnings itu menunjukkan bahwa para pemain esports profesional asal Indonesia sedikitnya sudah mendapatkan 21,726 juta dolar AS dalam berbagai kompetisi internasional.
Jumlah itu adalah akumulasi dari capaian 2.637 atlet yang telah berlaga dalam 1.317 turnamen. Free Fire menjadi cabang gim esports penyumbang pendapatan terbanyak bagi atlet Indonesia sebesar 5,096 juta dolar AS—setara 23,46 persen dari total uang yang didapatkan atlet esports Indonesia pada gelaran turnamen.
Gim kedua yang menghasilkan pendapatan terbesar atlet esports Indonesia adalah Mobile Legends: Bang Bang (MLBB). Gim bergenre multiplayer online battle arena (MOBA) itu menyumbang total hadiah sebesar 4,701 juta dolar AS. Di posisi selanjutnya adalah gim PLAYERUNKNOWN'S BATTLEGROUNDS (PUBG) Mobile dengan 3,40 juta dollar AS.
Peluang Raksasa Skena Esport
Kepala bidang Hubungan Internasional PBESI, Eddy Lim, menyatakan bahwa esports kini tidak lagi dipandang sebagai industri yang hanya menguntungkan gamers atau pemain dan tim semata. Pasalnya, dalam ekosistem esports kompetitif, turut bermunculan berbagai peluang karier baru, khususnya bagi generasi muda.
Menurut Eddy, beberapa bidang yang akan berkembang dalam industri esports akan berkaitan erat dengan disrupsi digital yang mau tak mau mesti ditunggangi generasi muda. Misalnya, peluang karier sebagai shoutcaster atau komentator pertandingan, editor video, penerjemah teks, hingga broadcaster.
Menurut Eddy, esports terus menjadi industri yang menjanjikan sebab perkembangannya ikut menempel pada perkembangan teknologi yang sudah pasti kian maju.
“Esports makin lama makin cepat majunya ya dibanding olahraga lain. Itu sebenarnya enggak heran karena sejalan dengan perkembangan teknologi,” ucap Eddy kepada wartawan Tirto, Senin (11/8/2025).
Skena esports, kasual maupun kompetitif, juga diprediksi menjadi pasar yang menggiurkan bagi para investor atau sponsor. Di Indonesia sendiri, sudah banyak perusahaan swasta nonteknologi yang menyokong tim dan gelaran kompetisi esports. Hal ini menandakan gurihnya arena esports bagi pelaku bisnis.
Tak mengherankan, Indonesia menjadi salah satu negara dengan pasar gim paling potensial di Asia. Di regional, Indonesia tercatat sebagai negara dengan pasar Esports terbesar di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan buku putih ”Unlocking Indonesia’s Esports Potentials 2021” yang dirilis oleh firma modal ventura GDP Venture, pendapatan per tahun skena esports Indonesia mencapai 1,31 miliar dolar AS pada 2019 atau sekitar Rp19 triliun.
Menurut studi dari Universitas Palangkaraya bertajuk “Pengaruh Perkembangan Industri Esports terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” (2023), pertumbuhan industri esports di Indonesia memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan sektor ekonomi kreatif bagi negara. Industri esports pun melibatkan berbagai jenis perusahaan, seperti produsen perangkat keras, pembuat perangkat lunak, dan penyedia layanan jaringan, yang memberikan kontribusi dalam peningkatan ekonomi kreatif di Indonesia.
“Peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan, seperti penjualan perangkat gaming dan aksesori, serta turnamen esports yang menarik wisatawan asing, juga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan sektor pariwisata Indonesia,” tulis penelitian itu.
Temuan tersebut sejalan dengan laporan Market Research Indonesia yang menilai pasar esports di Indonesia berada di jalur pertumbuhan yang tajam. Dari valuasi 11,1 juta dolar AS pada 2023, valuasi industri ini diperkirakan akan berkembang menjadi 16,55 juta dolar AS pada 2030.
Dalam jangka panjang, proyeksi menunjukkan pasar esports Indonesia bisa mencapai 126,86 juta dolar AS pada 2032 alias tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 23,89 persen dari 2025 dan seterusnya.

Dalam laporan yang sama, tercatat bahwa sponsor dan iklan langsung adalah pendorong utama pendapatan Industri esports di Indonesia. Pada 2024, keduanya menghasilkan lebih dari 20,08 juta dolar AS untuk menyokong operasional liga, pendanaan tim, dan pertumbuhan event.
“Merek-merek barang konsumen yang bergerak cepat (FMCG), teknologi, dan gaya hidup memimpin dorongan ini,” tulis laporan itu.
Proyeksi pertumbuhan pasar esports global memang bakal gila-gilaan dan seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pelaku industri esports dalam negeri. Menurut laporan yang dikutip GlobeNewsWire, pasar esports global sepanjang 2023-2032 diprediksi akan memperoleh CAGR 20,9 persen dan mencapai valuasi angka 10,905 miliar dolar AS pada 2032.
Esports Masuk Sekolah
Peneliti bidang ekonomi The Indonesian Institute (TII), Putu Rusta Adijaya, menilai industri esports di Indonesia diramalkan akan melonjak signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Menurutnya, nilai pasar esports Indonesia akan mencapai lebih dari 100 juta dolar AS pada 2032. Potensi lonjakan bisnis esports Indonesia dapat didorong oleh beberapa hal, salah satu di antaranya adalah bonus demografi—tak dipungkiri bahwa mayoritas yang menggandrungi industri ini adalah anak-anak muda.
Meski demikian, akan ada banyak hal yang turut memengaruhi perkembangan esports di Indonesia. Dari sisi industri serta karier, misalnya, pembangunan infrastruktur digital, pendanaan investor, sumber daya manusia, hingga ekosistem pendidikan akan memainkan peranan penting.
“Ekosistem industri kreatif, terutama terkait esports, juga harus dibangun dan didorong, tidak ’dianaktirikan’ dengan industri kreatif yang lain. Karena, apa pun bentuk industri kreatifnya adalah potensi mendorong pertumbuhan ekonomi dengan ekosistem kondusif baik sarana maupun prasarana,” kata Rusta kepada wartawan Tirto, Senin (11/8/2025).
Menurut Rusta, dukungan dari pemerintah dapat diapresiasi karena sudah mulai mendorong ekosistem industri esports yang lebih baik dan sehat. Namun, hal itu masih perlu diperkuat dengan pengembangan ekosistem esports terpadu melalui pelatihan dan sertifikasi atlet, pelatih, tenaga pendukung, membangun esports center, mengakselerasi pembangunan infrastruktur digital dan sumber daya manusia digital, serta memastikan payung hukum yang menjamin dan melindungi.
Pada 2020, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) secara resmi mengakui esports sebagai cabang olahraga. Pengakuan resmi tersebut memungkinkan kompetisi esports dimainkan dalam gelaran olahraga seperti SEA Games.
KONI juga meresmikan PBESI sebagai asosiasi yang bakal menyelenggarakan kompetisi dan membina para atlet esports Tanah Air. Selain itu, PBESI pada 2022 juga meluncurkan Garudaku Esports Academy, proyek yang dirancang sebagai kegiatan ekstrakurikuler siswa SMA dan mahasiswa. Akademi ini bertujuan menyediakan materi pembelajaran dan pelatihan esport yang komprehensif.
Eddy Lim dari PBESI menyatakan bahwa ekstrakurikuler esports di sekolah-sekolah sebetulnya tidak cuma untuk mengajarkan siswa main gim. Namun, harapannya, anak-anak bakal tertarik mendalami industri digital lewat esports dan itu dapat menjadi modal karier yang menjanjikan di masa depan.
“Ini kan salah satu milestone dari sesuatu yang tadinya negatif berubah jadi positif. Kalau sekarang orang bilang esports lihatnya enggak ke negatif lagi, lihatnya kan positif. Dia bisa dapet apa nih dari esports, bisa jualan enggak, karier apa yang bisa dikembangkan,” ujar Eddy.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Fadrik Aziz Firdausi
Masuk tirto.id





































