Menuju konten utama

Football Manager Resmi Jadi Esports FIFA, Sesiap Apa Indonesia?

Pada 28 Agustus hingga 1 September 2024 mendatang, FIFA mengadakan turnamen FIFAe World Cup of Football Manager.

Football Manager Resmi Jadi Esports FIFA, Sesiap Apa Indonesia?
Football Manager. Instagram/Footballmanager

tirto.id - Kendati telah meninggalkan dunia kepelatihan profesional enam tahun silam, bukan berarti Arsene Wenger menghilang dari sepak bola sepenuhnya. Sosok elegan asal Prancis itu kini menjadi bagian penting dari FIFA dan pada akhir Juni silam, dia tampil dalam sebuah video pengumuman penting.

Dia tampil dengan setelan jas abu-abu yang dipadu dengan sneakers Adidas berwarna senada. Di awal video, Wenger tampak berjalan memasuki sebuah gedung. Dia tampak sedikit tergesa menuju ke sebuah ruangan. Namun, saat melewati satu ruangan yang pintunya terbuka, dia melihat ada tumpukan gelas dan, tiba-tiba saja, ada sesuatu yang seakan mengusiknya.

Wenger pun mendekati meja tempat gelas-gelas tadi diletakkan dan dengan gerakan tangan yang gesit, disusunnya gelas-gelas itu dalam sebuah formasi sepak bola 4-4-2. Hal yang sama dilakukan Wenger ketika dia melewati sebuah tembok yang ditempeli sticky notes. Bahkan, semua benda di gedung itu, mulai dari pensil sampai apel, disusunnya dengan formasi yang dulu pernah digunakannya untuk membawa Arsenal jadi tim tak terkalahkan di Inggris.

Video itu ditutup dengan adegan Wenger memulai karier manajerialnya kembali. Tidak di dunia nyata, tentunya, melainkan dalam sebuah video game masyhur yang sudah eksis sejak dua dasawarsa silam: Football Manager. Setelah itu, sembari duduk di sebuah sofa, Wenger menatap ke kamera seraya berujar, "Waktunya meraih ketenaran dalam permainan manajerialmu."

Video berdurasi 49 detik itu diterbitkan oleh FIFAe, subbadan dari FIFA yang khusus mengurusi kompetisi sepak bola berbasis video game. Poin penting dari video tersebut adalah sebuah pengumuman bahwa, pada 28 Agustus hingga 1 September 2024 mendatang, FIFA akan mengadakan turnamen FIFAe World Cup untuk para pemain Football Manager sedunia.

Dengan kata lain, Football Manager telah resmi diakui sebagai salah satu cabang esports oleh Federasi Sepak Bola Internasional.

***

Gim sepak bola sebagai esports sebenarnyabukanlah hal baru. Bahkan, sejak 2004, FIFA sudah secara rutin menggelar FIFA Interactive World Cup yang mempertemukan para pemain EA Sports FIFA terbaik. Pada 2017, turnamen ini resmi berganti nama menjadi FIFA eWorld Cup seiring dengan makin populernya istilah esports untuk menyebut turnamen bagi para gamers terbaik.

Kemudian, pada 2020, penerbit gimasal Jepang, Konami, resmi mengganti nama Pro Evolution Soccer—yang sebelumnya merupakan rival berat EA Sports FIFA—menjadi eFootball PES. Perubahan ini bukan cuma soal nama, tapi juga tujuan di balik diterbitkannya gim video tersebut. eFootball PES tak lagi memiliki fitur-fitur seperti Master League yang dulu membuatnya populer karena sudah sepenuhnya difokuskan untuk esports.

Di kalangan pemain awam atau kasual, gim sepak bola pada dasarnya sudah menjadi esports bahkan sejak kemunculannya kali pertama. Di rumah-rumah, di tempat penyewaan, atau di tempat-tempat lainnya, gim sepak bola senantiasa menjadi ajang adu kemampuan para pemain. Meski begitu, dulu memang belum populer istilah esports.

Meski demikian, Football Manager punya karakteristik yang berbeda dengan gim seperti FIFA (sekarang disebut EAFC) maupun PES. Di gim-gim tersebut, gamers mengendalikan secara penuh pergerakan pemain di lapangan. Taktik pun bisa disetel supaya pergerakan pemain bisa sesuai keinginan para gamers.

Proses penyetelan itu pun tak memakan waktu lama karena fitur-fitur taktikalnya memang nisbi tidak terlalu rumit.

Sementara itu, di Football Manager, gamers bertindak sebagai manajer. Mereka bertanggung jawab atas pengaturan taktik, proses latihan pemain, rekrutmen pemain dan staf, sampai pembinaan pemain muda. Soal pergerakan pemain di pertandingan, semua tergantung bagaimana gamers menyusun taktik serta memberi instruksi dan motivasi. Manajer tak bisa campur tangan sedikit pun dalam menggerakkan pemain di pertandingan.

Dengan demikian, memang agak rumit ketika Football Manager kemudian dijadikan esports. Pengembang gimini sendiri, Sports Interactive, bahkan dulu harus membuat semacam spin-off bernama Football Manager Live supaya gim ini bisa dimainkan daring secara bersamaan.

Versi ini tak bertahan lama—hanya dari 2007 sampai 2009—sebelum akhirnya diluncurkan ulang dengan nama Football Manager Online pada 2015.

Meski demikian, tanpa fitur daringpun para penggemar Football Manager sebetulnya sudah mulai berkompetisi dalam komunitas-komunitas. Mereka berkumpul, menggunakan satu komputer, dan menjadi manajer di klub-klub berbeda dalam satu liga yang sama. Di situlah kemudian mereka beradu kebolehan.

Namun, cara ini mengharuskan para pemain berada di tempat yang sama dalam waktu yang sama. Sehingga, kemunculan fitur daringmemang sangat memudahkan bagi berkembangnya Football Manager sebagai gim kompetitif, seperti yang diungkapkan salah satu pegiat IDFM (Football Manager Indonesia), Andra Titano, kepada Tirto.

"Sekitar tahun 2015 atau 2016, Football Manager pertama kali mengeluarkan fitur fantasy draft. Jadi, fantasy draft ini salah satu fitur versus mode atau player versus player online, di mana kita akan bertanding dengan pemain lain. Sebelum kita bertanding, ada fantasy draft dan kita memilih pemain berdasarkan budget yang tersedia. Tapi, waktu itu, dari Sports Interactive sendiri, belum ada niatan untuk menjadikan ini sebagai esports," tutur Andra saat dihubungi lewat telepon, Selasa (30/8/2024).

"Justru, yang menumbuhkan ekosistem esports di Football Manager ini adalah komunitas. Setelah ada fitur fantasy draft tadi, kami di IDFM langsung membuat apa yang disebut IDFM League secara virtual. Dan bisa dibilang, IDFM adalah salah satu komunitas Football Manager pertama di dunia yang memainkannya sebagai sebuah esports," lanjutnya.

Fitur fantasy draft tersebut sama sekali berbeda dengan gameplay Football Manager tradisional. Dalam fantasy draft, tiap manajer dibekali anggaran tertentu, lalu diharuskan memilih pemain sesuai dengan anggaran yang dia punya.

Apabila manajer yang satu sudah memilih pemain tertentu, pemain tersebut tak bisa lagi dipilih oleh manajer lainnya. Sehingga, bisa dipastikan, komposisi tim yang bertanding bakal berbeda satu sama lain.

Dalam fantasy draft seperti ini, memang banyak hal yang hilang dari permainan Football Manager. Oleh sebab itu, tidak semua kompetisi akhirnya menggunakan moda permainan ini. Malah, yang lebih umum digunakan justru moda permainan single player biasa.

Peluang Indonesia

Dengan moda single player, para gamers menggunakan tim yang sama dan setelah menghabiskan beberapa musim dalam kurun waktu tertentu, pencapaian mereka akan dinilai.

Inilah yang kemudian juga digunakan IDFM saat menggelar turnamen untuk menyeleksi perwakilan Indonesia yang bakal ke Piala Dunia Football Manager nanti. Ya, Indonesia bakal mengirimkan dua wakil ke turnamen itu. Satu bertindak sebagai manajer, satu lagi bertindak sebagai asisten. Kedua gamers ini disaring dari proses kualifikasi yang diselenggarakan IDFM bekerja sama dengan PSSI.

Keterlibatan PSSI sendiri tidak bisa dipisahkan dari fakta bahwa Piala Dunia Football Manager nanti merupakan agenda resmi FIFA. Pertengahan Juli lalu, kata Andra, perwakilan PSSI menghubungi IDFM selaku komunitas Football Manager terbesar di Indonesia untuk membantu mereka menyaring para pemain terbaik.

"Ada dua fase penyaringan. Yang pertama diikuti sekitar 200 peserta, itu kami undang secara terbuka dan digelar online. Dari sana, keluarlah 16 peserta terbaik yang kami undang ke Jakarta untuk bertanding dengan moda seperti yang akan digunakan di Piala Dunia nanti," kata Andra.

Adapun, moda yang digunakan nanti adalah moda single player. Selama tiga hari, para peserta diharuskan menghabiskan tiga musim dengan menggunakan tim yang sama. Di akhir turnamen, para pemain tersebut akan dinilai pencapaiannya oleh dewan juri. Pada kualifikasi di Jakarta lalu, setiap peserta diharuskan menghabiskan waktu satu musim dalam satu hari.

Diakui oleh Andra, cara bermain seperti itu memang agak "membagongkan". Sebab, banyak sekali hal yang harus diurus dalam Football Manager dan itu bisa menghabiskan waktu yang sangat lama. Maka ketika kualifikasi digelar, kata Andra, hanya ada satu peserta yang bisa menyelesaikan satu musim dalam waktu yang telah ditentukan.

Satu hal yang menarik dari kualifikasi kemarin adalah fakta bahwa dua pemenang yang muncul dari sana sebenarnya bisa dibilang nama baru dalam dunia esports Football Manager. Sang juara bernama Ikhsan, yang nantinya bakal jadi wakil utama Indonesia di Piala Dunia, baru mulai bermain secara kompetitif awal tahun ini. Sementara itu, sang runner-up yang bakal mendampingi Ikhsan sebagai asisten malah baru pertama kali bermain secara kompetitif pada kualifikasi tersebut.

Mereka berdua berhasil mengalahkan tiga gamers yang selama ini merupakan jagoan Indonesia di kancah internasional. Ini menunjukkan dua hal. Pertama, besarnya potensi Indonesia di ajang esports Football Manager. Kedua, bahwa unsur keberuntungan sebenarnya dapat diminimalisasi secara signifikan dalam kompetisi esports Football Manager.

Bakal ada 24 negara yang akan bertanding di Piala Dunia Football Manager di Liverpool, Inggris, nanti. Mengapa ada Indonesia dalam daftar itu?

Menurut Andra, itu terjadi karena Indonesia merupakan salah satu negara dengan pemain Football Manager terbanyak dan memiliki komunitas yang sangat aktif di dunia internasional. Tentunya, keberhasilan dua "pemula" tadi menunjukkan bahwa, apabila cabang esports ini diseriusi, Indonesia bisa berbicara sangat banyak di kancah antarnegara.

Kemudian, berbicara soal faktor keberuntungan, yang dimaksud di sini adalah sifat dari video game Football Manager itu sendiri, di mana gamers hanya bertindak sebagai manajer dan pergerakan pemain "diserahkan pada algoritma".

Namun, menurut Andra, di level tertinggi, faktor keberuntungan ternyata bisa lenyap begitu saja.

"Yang juara kemarin itu unbeaten di kompetisi yang dia ikuti sebelumnya. Di kualifikasi kemarin, dia juga unbeaten dan berhasil mengalahkan tiga pemain terbaik Indonesia. Kalau sudah di top level, yang benar-benar jadi penentu memang kemampuan pemain itu sendiri," kata laki-laki yang bekerja sebagai security analyst itu.

Keberhasilan para pemain pemula tadi juga membuat Andra optimistis akan kans Indonesia di Piala Dunia nanti.

"Tiga pemain terbaik Indonesia itu sebenarnya sudah disegani sekali di dunia. Peringkat mereka selalu tinggi dan itu saja bisa dikalahkan sama Ikhsan. Ini yang membuat saya yakin Indonesia bisa berbicara banyak," ucapnya.

Meski demikian, perjuangan sesungguhnya tentu saja baru dimulai. Seiring dengan diakuinya Football Manager sebagai cabang esports FIFA, tentu makin banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan semua stakeholder, termasuk IDFM sendiri serta PSSI.

Bagi Andra, kunci dari masa depan perkembangan Football Manager sebagai esports di Indonesia sendiri ada dua.

"Yang pertama, keikutsertaan di kompetisi harus ditingkatkan. Bagi yang pemula, bisa ikut liga kami dan, kalau mau tanya-tanya, kami punya server Discord namanya @fmciki. Di sana kami semua welcome termasuk sama pemain pemula," ujarnya.

"Yang kedua, dari PSSI sendiri bisa membantu dengan mempromosikan bahwa ada yang namanya esports Football Manager dan juga menyelenggarakan kompetisi-kompetisi berskala nasional," tutup Andra.

Baca juga artikel terkait FIFA atau tulisan lainnya dari Yoga Cholandha

tirto.id - Mild report
Kontributor: Yoga Cholandha
Penulis: Yoga Cholandha
Editor: Fadrik Aziz Firdausi