tirto.id - Foto Ali Alatas mengacungkan jari tengah sedang viral di media sosial. Kejadian pada tahun 1995 itu turut mengancam keselamatan Presiden RI ke-2 Soeharto di Jerman. Bagaimana kisah sebenarnya?
Salah satu akun media sosial X atau Twitter atas nama @odydc awalnya mengunggah foto Ali Alatas pada hari Selasa, 23 Januari 2024.
Foto menampilkan Ali Alatas yang mengenakan setelan jas lengkap di dalam sebuah kendaaan. Ia terekam kamera sedang mengacungkan jari tengah ke arah juru foto.
Unggahan ini disertai kalimat "Menlu Ali Alatas deserves a special place in Indonesian collective memory,".
Jika diterjemahkan, artinya adalah "Menlu Ali Alatas layak mendapat tempat khusus dalam memori kolektif Indonesia,".
Postingan Ali Alatas mengacungkan jari tengah menjadi viral hingga dilihat 1 juta kali lebih.
Sejumlah warganet lainnya turut menambahkan daftar diplomat ulung, semisal Muhammad Hatta, H. Agus Salim, hingga Marty Natalegawa.
Insiden Dresden
Peristiwa Ali Alatas yang mengacungkan jari tengah itu terjadi di Jerman dalam sebuah momen yang dikenal dengan Insiden Dresden.
Pada awalnya, rombongan Presiden RI ke-2 Soeharto dijadwalkan mengunjungi Museum Zwinger, di Dresden, Jerman, pada 5 April 1995.
Mereka direncanakan menyaksikan lukisan Raden Saleh yang menjadi koleksi museum tersebut. Beberapa menteri ikut rombongan. Salah satunya Ali Alatas, selain B.J Habibie.
Di depan gerbang Kronentor, rombongan Soeharto ternyata sudah dinantikan sekitar 200 demonstran. Pengunjuk rasa merupakan anak muda Jerman.
Para aktivis menuntut kebijakan Indonesia di Timor Timur, wilayah negara Timor Leste yang kala itu masih menjadi bagian dari provinsi Indonesia.
Demonstran memaki Soeharto, melemparkan telur, membentangkan spanduk, hingga membunyikan panci dan sendok. Tujuannya mengganggu acara kunjungan sang presiden.
"[Para demonstran] tidak hanya mengacung-acungkan poster, tapi ada [juga] yang melempar-lempar telur, melempar kertas, dan lainnya," tutur Sjafrie Sjamsoeddin, selaku komandan Regu A Paspampres.
Rupanya, 3 di antara para demonstran berasal dari Timor Leste, yakni Luciano ‘Romano’ Valentim Conceixao, Vitor Tavarez, dan Jose Manuel. Mereka termasuk anggota kelompok pembebasan Timor Timur.
Luciano bahkan sempat memukul bagian belakang kepala Soeharto dengan menggunakan koran yang ada di tangannya.
"Tangan kiri saya memegang koran, sementara tangan satunya lagi memegang megafon," tutur Luciano, seperti dikutip Vice.
Ali Alatas Acungkan Jari Tengah
Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) kemudian memindahkan Soeharto dan istrinya ke mobil biasa usai berada di dalam museum selama 45 menit. Mereka melewati pintu samping Museum Zwinger.
Di lain sisi, para menteri dan rombongan menaiki bus. Ketika bus keluar dari museum, ratusan demonstran ternyata masih menunggu.
Mereka menghadang dengan cara berbaring di tengah jalan. Para aktivis mencoba untuk menggoncang bus yang sudah berada di tepian sungai.
Dalam kejadian yang cukup menegangkan ini, Ali Alatas selaku Menteri Luar Negeri lalu mengacungkan jari tengah ke arah demonstran hingga fotonya berhasil direkam.
Ali termasuk menteri senior sejak era Soeharto. Ia menjabat Menteri Luar Negeri Kabinet Pembangunan V-VII (1988-1998) hingga Reformasi Pembangunan (1998-1999) zaman B. J. Habibie.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra