tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti bicara soal pentingnya literasi data bagi masyarakat. Pasalnya, selama ini, banyak pihak mengomentari statistik BPS tapi kurang tepat dalam memberikan tafsir.
Hal tersebut ia sampaikan dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR RI di komplek parlemen Senayan, Selasa (26/8/2025).
"Ini bapak dan ibu kelihatan di dalam perbincangan netizen, bahwa kita menurunkan garis kemiskinan, itu sebenarnya tidak benar. Jadi memang literasi statistik sangat dibutuhkan Bu. Karena masyarakat kadang-kadang ingin ikut berbicara tentang data, tetapi kadang-kadang cara membaca data dan menerjemahkan datanya masih belum pas," ujarnya.
Amalia menyebutkan, statistik terkait kemiskinan jadi salah satu data yang kerap jadi sorotan publik. Pada Maret lalu, misalnya, garis kemiskinan yang ditetapkan sebesar Rp609.160 dinilai rendah. Padahal, dari tahun ke tahun, garis kemiskinan yang ditetapkan BPS selalu mengalami peningkatan.
Selain itu, ia juga menyampaikan bahwa pemahaman garis kemiskinan perlu dilakukan pada level rumah tangga. Ini lantaran tingkat kemiskinan sangat dinamis jika dilihat per individu. Ia mencontohkan, bayi yang lahir di keluarga miskin bisa masuk ke kategori tidak miskin jika diadopsi oleh keluarga kaya.
"Nah garis kemiskinan yang 69.160 itu harus diterjemahkan ke dalam garis kemiskinan rumah tangga karena pendapatan dan pengeluaran rumah tangga itulah yang menentukan tingkat kesejahteraan dari rumah tangga itu," jelasnya.
Dengan demikian, tingkat pengeluaran rumah tangga untuk menentukan status rumah tangga berada di luar garis kemiskinan adalah di atas Rp2,875 juta rumah tangga per bulan.
"Jadi membaca garis kemiskinan itu yang tepat adalah berumah tangga Jadi kalau dan juga perlu menjadi catatan bahwa kalau dia di atas 2,875 juta per rumah tangga per bulan," imbuhnya.
Meski demikian, tak berarti bahwa pengeluaran rumah tangga sebesar Rp3 juta per bulan langsung masuk jadi golongan kaya. "Di atas rentan miskin itu kemudian ada kemudian yang menuju kelas menengah, di atas menuju kelas menengah masih ada kelas menengah. Di atas kelas menengah masih ada, yaitu keluarga yang sejahtera," papar Amalia.
"Jadi tentunya, kelihatannya, perlu memang betul ini kita bersama-sama literasi bagaimana cara membaca garis kemiskinan yang pas, dan di atas garis kemiskinan itu belum tentu masuk dalam golongan kaya, tergantung di mana dia di atas garis kemiskinan," imbuhnya.
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































