Menuju konten utama

Kemarau Basah 2025 Sampai Kapan? Ini Penjelasan BMKG

Kemarau basah 2025 diprediksi berlangsung hingga Agustus. Hujan masih turun hingga bulan Juni akibat La Nina.

Kemarau Basah 2025 Sampai Kapan? Ini Penjelasan BMKG
Foto udara panorama waduk Bajulmati di Situbondo, Jawa Timur, Selasa (10/10/2023). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/YU

tirto.id - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa awal musim kemarau tahun 2025 ini diprediksi mengalami pergeseran. Akibatnya, sebagian besar wilayah Indonesia masih berpeluang diguyur hujan sampai Juni, meski kalender menunjukkan telah memasuki musim kemarau. Sebagian wilayah itu khususnya yakni di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. BMKG menyebut fenomena ini sebagai kemarau basah.

Kemarau basah adalah kondisi ketika musim kemarau telah tiba secara kalender, namun hujan masih sering turun, terutama pada sore atau malam hari. Secara kalender periode kemarau Indonesia 2025 dimulai per April secara bertahap.

Jika berdasarkan rilis BMKG pada 7 Juni 2025, pergeseran awal musim kemarau di Pulau Jawa tercatat bergeser antara 3 hingga 5 dasarian (1 dasarian=10 hari). Sementara di wilayah Bali dan Nusa Tenggara, pergeseran terjadi antara 2 hingga 4 dasarian. Ini berarti, kemarau tahun ini datang beberapa minggu lebih lambat dibandingkan prakiraan awal yang diumumkan pada Februari lalu.

Untuk mengantisipasi kemarau basah ini, simak imbauan BKMG tersebut, di antaranya :

  • Memantau informasi cuaca agar bisa mengantisipasi dan tahu bagaimana prediksi cuaca yang akan terjadi.
  • Siap siaga untuk cuaca ekstrem dan bencana. Selain pemerintah yang harus selalu siap sedia, warga yang tinggal di daerah rawan bencana, juga harus selalu waspada, dan siap untuk evakuasi atau segera melakukan tindakan bila kondisi tak terduga terjadi. Warga juga harus selalu mempersiapkan logistik darurat. Pasalnya, kemarau basah berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang, dan tanah longsor terutama di wilayah yang rawan.
  • Imbauan kepada petani, yang harus bisa menyesuaikan jadwal tanam dan memilih jenis tanaman yang tahan terhadap curah hujan tinggi. BMKG menyarankan sebaiknya menggunakan sistem drainase yang efektif agar air tidak menggenang di sawah atau ladang.
  • Imbauan kepada pihak terkait untuk memperbaiki infrastruktur yang ada, seperti sistem drainase, menjaga kelancaran dan kebersihan gorong-gorong, dan terus melakukan perawatan terhadap waduk.
  • Warga juga perlu menjaga kesehatan dan kebersihan. Hal ini dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait untuk mengedukasi tentang menjaga kebersihan lingkungan, menjaga keseimbangan alam, serta selalu menjaga kesehatan dalam kondisi cuaca apapun kepada seluruh warga masyarakat.

Kapan Seharusnya Musim Hujan Berhenti Tahun 2025?

Menurut BMKG, seharusnya musim hujan diprakirakan terjadi hingga akhir Maret 2025. Pada April yang lalu adalah transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Kemudian puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Januari hingga Februari.

Kendati demikian, untuk prakiraan cuaca yang ada di situs resmi BMKG terus diperbarui setiap jam, sehingga masyarakat bisa merencanakan kegiatan dengan nyaman.

Kemarau Basah 2025 Sampai Kapan?

Fenomena kemarau basah diperkirakan berlangsung hingga Agustus 2025, diikuti masa transisi (pancaroba) pada September–November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026.

Sebanyak 403 Zona Musim (ZOM) atau 57,7% wilayah diprediksi mulai kemarau pada April–Juni 2025, dengan Nusa Tenggara mengalami kemarau lebih awal. Secara umum, awal musim kemarau 2025 tergolong normal hingga lebih lambat dibanding rata-rata, mencakup 409 ZOM (59%).

Akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan normal di sebagian besar wilayah. Puncak kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2025, dengan waktu puncak yang cenderung sama atau lebih awal dari biasanya. Sementara itu, durasi musim kemarau 2025 diprediksi lebih pendek dari normal di 298 ZOM (43%).

Penyebab Kemarau Basah 2025 di Indonesia

Kemarau basah dipicu oleh dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang hangat, angin monsun aktif, serta La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) negatif. Dampaknya, hujan tetap turun meski sudah masuk musim kemarau. BMKG menyatakan La Nina sedang menuju fase netral.

La Nina sendiri adalah fenomena pendinginan suhu laut di Pasifik tengah yang bisa meningkatkan curah hujan di Indonesia, khususnya di wilayah dengan perairan hangat.

Musim kemarau tahun ini diperkirakan datang normal atau sedikit lebih lambat di 409 Zona Musim (ZOM), dengan curah hujan sebagian besar masih dalam kategori normal. Publikasi Klima Edisi VI 2022 juga menyebut La Nina dapat memicu anomali cuaca, termasuk terjadinya kemarau basah di Indonesia.

Baca juga artikel terkait CUACA atau tulisan lainnya dari Olivia Rianjani

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Olivia Rianjani
Penulis: Olivia Rianjani
Editor: Dipna Videlia Putsanra