tirto.id - Kemarau basah adalah fenomena unik yang dipengaruhi oleh dinamika atmosfer, dan perubahan iklim. Fenomena kemarau basah ini ternyata sedang melanda Indonesia, karena menurut BMKG hingga Mei 2025 ini, Indonesia yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau, masih dilanda hujan.
Musim kemarau di Indonesia sendiri seharusnya berlangsung antara bulan April hingga September. Namun, karena terjadi fenomena ini, beberapa wilayah di Indonesia masih diguyur hujan, bahkan beberapa wilayah mengalami bencana banjir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kemarau basah masih akan berlangsung hingga pertengahan 2025. Sejumlah daerah yang diprediksi masih akan mengalami fenomena ini di antaranya adalah sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, NTB, NTT, sebagian kecil Sulawesi, serta Papua bagian Tengah.

Foto udara kawasan permukiman yang terendam banjir di Kenali Asam, Jambi, Minggu (23/2/2025). Puluhan rumah dan sekolah terendam banjir akibat luapan Sungai Kenali Asam setelah diguyur hujan lebat pada Minggu (23/2/2025) dini hari. ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan/agr
Apa Itu Kemarau Basah?
Menurut Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), kemarau basah adalah kondisi kemarau dengan curah hujan yang tidak berbeda dengan musim hujan. Saat kemarau basah, curah hujan akan tetap tinggi, walau berada di musim kemarau.
Saat kemarau basah curah hujan bisa mencapai lebih dari 100 milimeter per bulannya. Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng menulis, salah satu yang dapat memberi penjelasan secara umum mengenai kemarau basah adalah anomali suhu permukaan laut di sekitar Indonesia dan kondisi regional Pasifik dan Lautan Hindia.
Suhu permukaan laut dapat memberi gambaran umum pembentukan awan dan dinamika atmosfernya. Suhu permukaan laut yang lebih hangat dari rata-rata bisa menggambarkan secara umum kecenderungan aktifnya pembentukan awan di wilayah Indonesia, yang berarti juga meningkatnya peluang hujan.
Perbedaan suhu permukaan laut secara regional juga memberikan gambaran dinamika atmosfer, yang terkait dengan kecenderungan pengalihan daerah konveksi pembentukan awan.
Pada saat suhu permukaan laut di Pasifik menghangat selama beberapa bulan, maka terjadilah fenomena El Nino. Sebaliknya, bila suhu permukaan laut di Pasifik cenderung menurun selama beberapa bulan, maka terjadilah fenomena La Nina.
Hal ini berdampak pada banyaknya hujan di Indonesia. Kondisi El Nino-La Nina sendiri juga terkait dengan kondisi dinamika atmosfer Pasifik Selatan, sehingga fenomenanya sering digabung sebagai ENSO (El Nino-Southern Oscillation).
Lalu, apa penyebab kemarau basah?
Penyebab Kemarau Basah
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab fenomena kemarau basah. Beberapa hal yang menyebabkan fenomena itu di antaranya adalah:
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Salah satu penyebab kemarau basah adalah adanya pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan global sendiri adalah kenaikan suhu rata-rata permukaan bumi secara bertahap dalam jangka panjang. Pemanasan global ini terutama disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.Sementara itu, perubahan iklim adalah adanya perubahan jangka panjang pada pola suhu, curah hujan, kelembapan, angin, serta cuaca lainnya. Perubahan iklim ini sejatinya bisa terjadi secara alami.
Namun, ironisnya, perubahan iklim kini terjadi semakin cepat karena adanya aktivitas manusia yang menyebabkan pemanasan global.
Pemanasan global dan perubahan iklim ini pada akhirnya membuat cuaca menjadi tidak jelas, dan tidak menentu. Ini bisa terlihat pada musim hujan, dan kemarau yang tidak lagi berlangsung seperti waktu biasanya.
Anomali Iklim
Anomali iklim seperti fenomena La Niña membawa lebih banyak uap air ke wilayah tertentu, termasuk Indonesia. Fenomena anomali iklim inilah yang pada akhirnya membuat hujan semakin besar, meskipun saat ini Indonesia sedang dalam periode kemarau.Gangguan Monsun
Kemarau basah juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan monsun. Gangguan monsun ini adalah adanya perubahan pola angin musiman. Gangguan ini bisa menggeser distribusi curah hujan.Monsun sendiri adalah pola angin musiman yang berubah arah secara periodik. Pola angin ini biasanya terjadi dua kali dalam setahun. Peristiwa ini sangat memengaruhi curah hujan di wilayah tropis, serta subtropis. Yang terpengaruh dengan monsun ini tidak hanya Indonesia, namun sebagian besar Asia Tenggara juga India.
Siklon Tropis
Selain perubahan iklim, anomali iklim, dan monsun, kemarau basah juga disebabkan adanya siklon tropis. Siklon tropis sendiri adalah adanya sistem tekanan rendah.Siklon tropis yang terjadi di wilayah perairan sekitar Indonesia ini ternyata bisa menyebabkan kemarau basah karena siklon tropis ini bisa menarik atau membawa uap air ke daratan. Peristiwa inilah yang kemudian menghasilkan hujan.
Dampak Kemarau Basah
Kemarau basah ternyata memiliki sejumlah dampak yang cukup signifikan bagi masyarakat, dan ekosistem Bumi secara keseluruhan. Berbagai dampak kemarau basah itu di antaranya adalah:
- Saat kemarau basah, bendungan dan waduk tetap terisi air. Ini tentu membuat pasokan air aman, khususnya bagi petani. Namun, saat kemarau basah sistem irigasi yang hanya dirancang untuk musim kemarau bisa terganggu.
- Kemarau basah bisa sangat menguntungkan bagi tanaman tertentu yang selalu membutuhkan pasokan air tinggi. Namun, hal ini tentu amat merugikan bagi tanaman yang hanya membutuhkan pasokan air sedikit.
- Petani banyak yang mengalami keterlambatan panen, akibat tanah pertanian becek, atau tergenang air terus menerus.
- Petani juga akan mengalami kerugian karena terjadi serangan hama, dan penyakit juga meningkat karena kelembapan yang tinggi.
- Petani bisa gagal panen, karena tanaman rentan rusak akibat selalu terkena hujan.
- Rentan terjadi bencana alam, seperti bencana banjir, ataupun tanah longsor di beberapa daerah yang rawan bencana. Selain itu, banjir rentan terjadi karena drainase dan sistem pengendalian air tidak disiapkan karena banyak yang menganggap belum musimnya.
- Jalan umum dan infrastruktur rentan rusak karena tergenang air terus-menerus.
- Banyak aktivitas terganggu, mulai dari aktivitas sosial hingga pribadi, karena hujan datang tidak terduga.
- Meningkatnya risiko penyakit akibat genangan air dan kelembapan yang tinggi, seperti diare, leptospirosis, dan demam berdarah.
Cara Mengantisipasi Kemarau Basah
Agar fenomena tidak biasa ini, yaitu kemarau basah, tidak mengkhawatirkan dan akhirnya merugikan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi kemarau basah.
Berikut ini beberapa cara mengatisipasi fenomena kemarau basah yang bisa diterapkan oleh kita semua, secara mudah dan sederhana:
Memantau Informasi Cuaca
Agar bisa mengantisipasi kemarau basah yang tidak biasa ini, kita bisa memantau terus informasi dari BMKG agar tahu bagaimana prediksi cuaca yang akan terjadi.Memperbaiki Infrastruktur
Salah satu cara untuk mengantisipasi dampak dari kemarau basah ini adalah, pihak yang terkait harus memperbaiki infrastruktur yang ada, semisal memperbaiki sistem drainase, menjaga kelancaran dan kebersihan gorong-gorong, dan terus melakukan perawatan terhadap waduk.Ini perlu dilakukan karena cuaca sudah tidak lagi bisa diprediksi secara jelas. Pemerintah harus selalu siap sedia, kapanpun, untuk segala cuaca.
Siap Siaga untuk Bencana
Selain pemerintah yang harus selalu siap sedia, warga yang tinggal di daerah rawan bencana, juga harus selalu waspada, dan siap untuk evakuasi atau segera melakukan tindakan bila kondisi tak terduga terjadi.Selain mengetahui jalur evakuasi yang jelas, warga juga harus selalu mempersiapkan logistik darurat, bila saja ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Petani Harus Adaptif
Untuk mengantisipasi kemarau basah, petani harus bisa menyesuaikan jadwal tanam dan memilih jenis tanaman yang tahan terhadap curah hujan tinggi. Petani sebaiknya menggunakan sistem drainase yang efektif agar air tidak menggenang di sawah atau ladang.Edukasi Kesehatan dan Kebersihan
Hal yang sangat penting lainnya sebagai cara untuk mengantisipasi kemarau basah adalah, pihak-pihak yang terkait harus melakukan edukasi tentang menjaga kebersihan lingkungan, menjaga keseimbangan alam, serta selalu menjaga kesehatan dalam kondisi cuaca apapun kepada seluruh warga masyarakat.Sekian uraian singkat tentang kemarau basah yang merupakan fenomena tidak biasa, karena hujan terus mengguyur beberapa daerah di Indonesia, walau musim kemarau sudah tiba.
Fenomena ini bisa membawa dampak besar yang cukup merugikan jika tidak diantisipasi dengan baik. Oleh karena itu, seluruh warga masyarakat dan pihak-pihak yang berkepentingan, harus terus melalukan adaptasi, meningkatkan kewaspadaan, dan terus menjaga kesiapsiagaan.
Editor: Lucia Dianawuri & Yulaika Ramadhani