tirto.id - Kepercayaan terhadap hantu dan dunia gaib sudah ada selama berabad-abad dan terus berkembang dalam berbagai budaya.
Di balik kisah seram dan fenomena supranatural yang sering kita dengar, ada satu pertanyaan besar yang sering terlintas: mengapa sebagian orang percaya akan keberadaan hantu, sementara yang lain sangat skeptis?
Dari sudut pandang sains dan riset psikologis, ada banyak faktor yang bisa menjelaskan mengapa beberapa orang cenderung percaya akan keberadaan hantu.
Sejarah Kepercayaan terhadap HantuIlustrasi Dukun. foto/istockphoto
Kepercayaan bahwa roh orang mati tetap hidup dan bisa berinteraksi dengan yang hidup bukanlah hal baru. Kepercayaan ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu dan menjadi bagian dari cerita rakyat, agama, dan budaya di berbagai belahan dunia.
Di Inggris pada era Victoria, misalnya, mengadakan seance atau ritual memanggil roh adalah kegiatan populer, terutama di kalangan bangsawan.
Organisasi yang berdedikasi untuk meneliti fenomena paranormal, seperti Society for Psychical Research di Inggris, bahkan berdiri pada tahun 1882 untuk mencari bukti ilmiah tentang kehidupan setelah kematian.
Kehadiran acara-acara televisi seperti "Ghost Hunters" juga ikut membentuk kepercayaan terhadap hantu di era modern. Acara ini mengajak penonton untuk melakukan “penelitian” tentang hantu dengan peralatan sederhana, seperti kamera inframerah dan detektor medan elektromagnetik.
Meski acara ini tidak pernah membuktikan adanya hantu, popularitasnya menunjukkan betapa besarnya minat masyarakat terhadap dunia gaib.
Alasan Orang Percaya HantuIlustrasi Dukun. foto/istockphoto
Percaya atau tidak, hantu adalah salah satu fenomena paranormal yang paling banyak diyakini di dunia. Berdasarkan survei Ipsos pada tahun 2019, sekitar 46% orang Amerika mengaku percaya pada hantu, dan sekitar 18% menyatakan bahwa mereka pernah melihat atau merasakan kehadiran hantu. Namun, mengapa begitu banyak orang meyakini eksistensi makhluk gaib ini?
Pengalaman Pribadi & Fenomena Pareidolia
Salah satu alasan utama adalah pengalaman pribadi. Banyak orang yang tumbuh dengan kepercayaan bahwa roh keluarga atau teman yang telah meninggal masih “menjaga” mereka. Ini menjadi semacam kenyamanan emosional, terutama saat kehilangan orang tercinta.Menurut psikolog Stephen Hupp dari Southern Illinois University Edwardsville, kepercayaan terhadap hantu sering kali merupakan hasil dari proses otak yang disebut
pareidolia, yaitu kecenderungan untuk mengenali pola, khususnya wajah manusia, dalam hal-hal yang ambigu.Misalnya, seseorang mungkin melihat bayangan atau bentuk yang menyerupai manusia di sudut rumah dan langsung mengaitkannya dengan kehadiran hantu.
Pernah Mengalami "Ketindihan"
Selain itu, fenomena seperti sleep paralysis atau ketindihan juga sering kali dikaitkan dengan pengalaman melihat hantu. Dalam keadaan ini, seseorang merasa terjaga tetapi tidak bisa bergerak dan sering kali merasa ada “sesuatu” yang mengawasi atau mendekatinya. Fenomena ini dapat menciptakan ilusi bahwa ada makhluk gaib di sekitarnya.Cara Orang untuk Mengistilahkan Hal yang Aneh
Salah satu tantangan utama dalam mengkaji fenomena hantu secara ilmiah adalah tidak adanya definisi yang pasti mengenai apa yang dimaksud dengan hantu itu sendiri.Beberapa orang meyakini bahwa hantu adalah roh orang mati yang “tersesat” atau memiliki urusan yang belum selesai. Sementara itu, ada yang beranggapan bahwa hantu adalah proyeksi telepati dari pikiran manusia.
Buku Ghostly Encounters: The Hauntings of Everyday Life karya Dennis dan Michele Waskul menyebutkan bahwa banyak orang yang mengaku melihat hantu sebenarnya hanya merasakan sesuatu yang "aneh" atau "tidak biasa" di sekitar mereka.
Hal ini menunjukkan bahwa perasaan tak biasa ini bisa saja tidak berhubungan langsung dengan penampakan hantu, melainkan hanya sesuatu yang sulit dijelaskan dan ditafsirkan oleh pikiran manusia.
Fenomena Ketidakpastian Orang yang Percaya Hantu
Manusia memiliki dorongan kuat untuk mencari penjelasan dalam segala hal, khususnya pada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan oleh logika sederhana. Fenomena kepercayaan pada hantu ini sering kali disebabkan oleh rasa tidak nyaman dengan ketidakpastian.Ketika kita tidak dapat menjelaskan suatu fenomena atau kejadian, otak kita cenderung untuk mengisi kekosongan tersebut dengan apa yang kita percayai atau kita ketahui.
Hal ini mirip dengan teori theory of mind yang menjelaskan bahwa manusia selalu ingin mengetahui alasan di balik perilaku atau kejadian yang terjadi di sekitar mereka. Dalam beberapa situasi, terutama saat ada keterbatasan informasi atau penjelasan logis, orang akan mencari jawaban yang sesuai dengan kepercayaan yang mereka miliki.
Energi dan Hukum Termodinamika
Banyak orang yang meyakini bahwa energi dari tubuh manusia akan “berubah” menjadi hantu setelah kematian, berdasarkan Hukum Pertama Termodinamika yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan, hanya berubah bentuk.Namun, perspektif ilmiah menjelaskan bahwa energi tubuh kita setelah mati akan berubah menjadi panas yang kemudian diserap oleh lingkungan, bukan menjadi roh atau hantu.
Ilusi Sensorik dan Efek Elektromagnetik
Salah satu faktor ilmiah yang sering dikaitkan dengan pengalaman hantu adalah ilusi sensorik. Terkadang, otak kita bisa tertipu oleh hal-hal yang tampak atau terdengar nyata padahal sebenarnya tidak.Misalnya, mendengar suara-suara aneh di rumah tua mungkin saja disebabkan oleh suara angin atau getaran bangunan. Tetapi, karena pikiran kita sudah terbentuk oleh asumsi tentang rumah angker, kita pun cenderung mengasosiasikannya dengan kehadiran hantu.
Selain itu, medan elektromagnetik juga berperan dalam pengalaman supranatural. Beberapa ilmuwan, seperti Michael Persinger dari Laurentian University, dalam risetnya yang berjudul The Electromagnetic Induction of Mystical and Altered States within the Laboratory
menyebutkan bahwa medan elektromagnetik yang kuat dapat mempengaruhi fungsi otak dan menciptakan pengalaman spiritual atau mistis.Ini berarti bahwa beberapa tempat dengan medan elektromagnetik tertentu dapat memicu perasaan seperti diawasi atau merasa kehadiran makhluk lain.
Jadi, Apakah Hantu Benar-benar Ada?
Secara psikologis, kepercayaan terhadap hantu juga berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk mencari penjelasan atas hal-hal yang tidak bisa mereka pahami.
Dalam ketidakpastian, manusia sering kali merasa nyaman ketika memiliki keyakinan bahwa ada “sesuatu” di luar sana yang menjaga mereka, seperti roh leluhur atau orang yang dicintai. Keyakinan ini memberikan rasa aman dan kepastian meski tanpa bukti nyata.
Dalam bukunya Aliens, Ghosts, and Cults: Legends We Live, folklorist Bill Ellis menyatakan bahwa banyak orang yang ikut dalam aktivitas berburu hantu sebenarnya sedang mempraktikkan semacam legenda hidup atau bentuk playacting. Hal ini serupa dengan drama di mana seseorang “menghidupkan” legenda tersebut untuk merasakan keberadaan sesuatu yang supranatural.
Kepercayaan terhadap hantu masih hidup dan berkembang, sebagian besar didorong oleh pengalaman pribadi, pengaruh budaya, dan kebutuhan psikologis. Meski banyak fenomena yang dikaitkan dengan penampakan hantu, sains sejauh ini belum menemukan bukti yang meyakinkan untuk membenarkan eksistensi hantu.
Ketidakpastian ini memberikan ruang bagi spekulasi dan imajinasi untuk terus hidup. Pada akhirnya, pertanyaan apakah hantu benar-benar ada mungkin akan tetap menjadi misteri bagi sains dan akan terus menarik minat manusia di masa depan.
Editor: Iswara N Raditya